CCTV

2.1K 290 50
                                    

Sudah hampir setengah jam Lisa duduk menunggu Fred yang masih sibuk dengan panggilan teleponnya. Terkadang dia berbicara dalam bahasa Inggris, dan tak jarang terdengar dia pun berbicara dalam bahasa perancis.


menghela napas untuk kesekian kalinya, Lisa benar-benar dibuat bosan dengan keadaannya saat ini. "Lebih baik aku pulang saja. Sampai kapan aku harus menunggu seperti ini?!" Gumam Lisa kesal dengan bahasa Thailandnya.


"Mau kemana?" Suara Bass dari Fred menghentikan langkah Lisa yang baru saja akan beranjak dari duduknya. "Maafkan, panggilan telepon tadi tidak bisa aku tunda."


Fred kini sudah meletakan ponselnya, lalu dengan langkah tenang berjalan menuju posisi Lisa berada. Wajahnya tenang seperti biasa, tidak ada ekspresi yang terbaca darinya.


"Kenapa kau tidak turun sesampainya tadi?"


"Kenapa? Terserah akulah. Mau turun atau tidak itu bukan urusanmu." Jawab Lisa karena bingung mencari alasan yang tepat.


Fred menatap Lisa dan tak lama dia pun tertawa, tertawa cukup keras hingga membuat kulitnya yang putih seketika memerah. "Ternyata kau kekanak-kanakan juga ya? Kau mengingatkanku pada keponakanku."


"Hentikan! Kau kira kau siapa bisa menertawakanku?! —Sekarang cepat katakan kenapa aku harus menemuimu? Jadwalku padat, jadi jangan buang waktuku." Lisa yang merasa terpojok memilih berucap angkuh saat ini.


"Maaf, Aku tidak bermaksud menyinggung perasaanmu. Aku hanya merasa terhibur saja." Fred sudah menghentikan tawanya, lalu memutuskan untuk duduk di salah satu single sofa dekat Lisa. "Apa yang kau lakukan tadi di parkiran?" Tanya Fred serius.


"Mengawasimu!" Jawab Lisa lantang. "Aku sedang mengawasimu. Puas?! Aku heran, bagaimana kau bisa membuat aturan untukku agar bisa menjaga sikap di depan umum, sementara kau bisa bebas bermesraan dengan wanita lain di tempat umum seperti tadi?!"


"Bermesraan?" Fred terlihat terkejut, wajahnya terlihat seperti ia sedang berpikir keras. "Sandra, maksudmu??"


Lisa memilih tidak menjawab pertanyaan tak penting dari Fred. Lisa memilih mengeluarkan ponselnya dan mengabari Teddy bahwa pertemuan mereka hari ini sepertinya harus dibatalkan, mood Lisa sudah sangat buruk saat ini, dan ia tidak ingin teman-temannya terkena imbas karenanya.


"Apa kau masih bersamaku?" Fred tanpa diduga merebut ponsel milik Lisa yang tengah ia gunakan, beruntung pesan untuk Teddy sudah berhasil terkirim. "Apa kau tidak tahu, mengabaikan orang lain yang sedang berbicara denganmu dan memilih bermain ponsel adalah sebuah perbuatan yang sangat tidak sopan?" Kemudian ponsel milik Lisa, ia kembalikan lagi ke tangan Lisa setelah mengucapkan kata menohok itu.

Lisa diam. Dirinya dibuat malu oleh kata-kata Fred barusan. Namun ego seorang wanita tentulah diatas segalanya, dirinya tetap berusaha bertahan dengan sisa-sisa kekuatannya. "Aku harus mengabari teman-temanku yang 'tidak kau ijinkan dekat denganku', agar bisa tetap melanjutkan rencana mereka tanpa diriku. Aku sudah bilang kalau aku sibuk, tapi kau malah memintaku kesini dan mengabaikanku dengan kesibukanmu itu."


"Aku tidak pernah melarangmu berteman dengan siapapun. Aku hanya memintamu bisa lebih hati-hati dalam berinteraksi dengan teman-temanmu ketika berada di tempat umum. Itu sebuah perbedaan yang besar dengan istilah melarang yang kau maksud, Lisa."


"Aah! Lalu apakah itu tidak berlaku untukmu? Siapa wanita tadi? Sandra?! Kalian bermesraan di tempat umum, Fred! Kalau kau lupa, Outlet Celine ini adalah tempat yang bisa dengan bebas dikunjungi oleh siapa saja." Lisa menatap Fred dengan tatapan tajam siap bertarung.


"Sandra dan aku bermesraan? Apakah ada yang salah dengan matamu? atau perlukah kita cek CCTV bersama dan katakan padaku dibagian mana yang kau lihat saat aku bermesraan dengannya."

"Kau mau bilang kalau mataku bermasalah?!"


Fred mengusap kasar wajahnya, diam tidak menanggapi Lisa, namun tak lama ia segera mengeluarkan ponsel miliknya dari saku jasnya. "Tom. Siapkan file CCTV Outlet ini di 2 jam terakhir, bawa Sandra serta saat kau akan menyerahkan file CCTV tersebut ke ruanganku. 10 menit. Terima kasih."


"Wait and we will see." Fred lalu bangkit dari duduknya, menjauh dari Lisa dan kembali duduk dibalik meja kerja miliknya. Mengabaikan keberadaan Lisa dan terlihat sibuk dengan layar laptopnya.


Lisa terdiam. Dirinya bingung, gugup dan takut? Hati kecilnya takut kalau kecurigaan yang ia sampaikan pada Fred ternyata salah dan malah membuatnya semakin malu. Namun seorang Lalisa tentu tidak akan dengan mudah mau mengaku kekalahannya, Ia yakin dengan apa yang dilihatnya tadi.


10 menit terasa sewindu kala tidak ada suara sama sekali yang keluar dari mulut keduanya. Wajah Fred yang terlihat sangat serius membuat Auranya sebagai seorang pebisnis semakin terasa mengintimidasi. Menarik napas untuk kesekian kalinya, Lisa kini semakin gugup kala terdengar ketukan dari balik pintu.


"Masuk." Jawab Fred lantang.


Seorang pria dengan setelan Jas berwarna Abu tua berjalan masuk dengan diiringi seorang wanita yang sudah Lisa lihat beberapa jam yang lalu, wanita yang Fred bilang bernama Sandra.


"Tom, Sandra, perkenalkan ini Lisa, Kekasihku." Fred berdiri menghampiri Lisa, meraih lembut tangannya agar bisa ikut berdiri disampingnya.

"Halo Nona Lisa, Saya Tom, Personal Assistant dari Tuan Arnault. Mohon maaf tempo hari saya terlambat menyampaikan pesan untuk Tuan dari anda." Tom mendekat dan mengulurkan tangannya dengan sopan kearah Lisa.

"Tidak apa. Salam kenal, Tom." Lisa menyambutnya dengan ramah.


"Saya Sandra. Saya juga sebagai Personal Assistant dari Fred; meski hanya untuk sementara waktu, lebih tepatnya saat ini saya sedang menyerap ilmunya untuk kepentingan bisnis keluarga saya nanti." Sandra menyalami tangan Lisa dan dengan spontan ia pun memeluk Lisa dengan hangat. "Aku juga kebetulan adalah sepupunya. Jadi kau jangan cemburu kalau untuk 1 bulan ini, aku akan terus membuntuti kekasihmu ini ya?" Celotehnya ramah.

Lisa mati gaya. dirinya tersenyum tetapi otaknya terus berputar memikirkan bagaimana cara untuk bertahan dari serangan Fred yang mungkin akan mempermalukannya. Lisa melirik kearah Fred yang ternyata tengah menatapnya dengan senyum jahil, terlihat jumawa karena kesalah-pahaman Lisa.


"Kau membawa yang kuminta?" Fred berbicara pada Tom.


"Ada Tuan. Ini data CCTV dari semua sudut Outlet dalam kurun waktu 2 jam ke belakang. Perlu saya putarkan dengan bigscreen ini, Tuan?" Tunjuk Tom kearah layar besar yang berada tidak jauh dari mereka.


"Cherie, Kau mau melihatnya sekarang?" Sapa Fred pada Lisa dengan wajah memerah seperti tengah menahan tawa.


'Kurang ajar! Fred benar-benar ingin mempermalukanku?!' Batin Lisa kesal.


"Kalau boleh tahu, Apa yang sedang kau cari dengan meminta data CCTV Outlet ini? apa ada masalah, Fred?" Sandra menatap Fred penuh rasa ingin tahu.


"Entahlah. Aku juga tidak tahu. Mungkin Lisa—"


"Tidak perlu, Tom! Maaf sudah merepotkanmu." Potong Lisa panik sebelum Fred menyelesaikan ucapannya.


"Cherie, tidak sopan memotong ucapan seseorang yang belum selesai berbicara." Bisik Fred tepat diujung telinga Lisa. membuat bulu kuduk Lisa meremang karena nada suaranya yang dalam dan rasa hangat dari hembusan napasnya.


"Baiklah, Kami pamit undur diri. Tom, Ayo kita keluar, mereka butuh privasi. Senang berkenalan denganmu, Lisa. Lain waktu mari kita minum kopi bersama." Sandra sekali lagi memeluk Lisa sebelum akhirnya pergi meninggalkan ruangan bersama Tom bersamanya.


"Aku mau pulang!" Rajuk Lisa setelah pintu sudah tertutup dengan sempurna.


"Aku tidak mengira kau sangat menggemaskan seperti ini, Cherie." Fred menatap Lisa dengan mata berbinar. "Ayo, aku antarkan kau pulang. Nanti malam aku harus kembali ke Paris. Jangan nakal ya?" Bisik Fred kala dirinya berdiri tepat di hadapan Lisa.




🐤🐤🐤TBC🐤🐤🐤

Me with Mr. SmileTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon