Posesif

2.6K 264 22
                                    

Penampilan perdana yang Lisa sajikan pada Crazy Horse hari ini sungguh spektakuler dan mendapat banyak apresiasi dari para pengunjung. Semua yang hadir merasa sangat puas dan terhibur akan penampilan Lisa yang begitu totalitas.


Gegap gempita dan ucapan selamat dari orang-orang terdekat Lisa pun terus berdatangan di backstage, dimana kini Lisa tengah berada. Lisa senang dan bangga akan kerja kerasnya membuahkan hasil sesuai harapannya.


"Lisa, Frederic dan keluarganya ada di depan." Alice membuka pintu ruangan yang memang disediakan khusus untuk Lisa dari Club tersebut.


"Hah? Tu-tunggu sebentar." Lisa dengan segera meraih bathrobe sutera untuk menutupi tubuhnya yang masih menggunakan kostum tari, meski kini wig yang tadi ia kenakan sudah ditanggalkannya.


Berjalan cukup tergesa, Lisa menyempatkan diri melihat pantulan dirinya di cermin, memastikan bahwa dirinya masih terlihat baik saat menemui mereka.


"Lisa... Selamat untuk pertunjukan spektakulermu! Mulutku hampir tidak bisa tertutup di sepanjang acara." Delphine, Kakak tertua Fred datang menyapa Lisa dengan begitu hangat.


"Terima kasih. Semoga kau menikmati pertunjukkannya tadi." Lisa lalu memeluk wanita cantik itu dengan hangat, hingga berbalas sapa dan cerita satu sama lain.


Lisa lalu menyapa dan menerima banyak pujian dari anggota keluarga Fred yang lain, tidak terkecuali dari Ibu Fred, yang malam ini terlihat begitu cantik dengan balutan gaun hitamnya.


"Kau mengingatkanku dengan diriku di masa muda. Sangat Passionate akan dunia yang kau gemari. Bravo! Kau sukses malam ini" Peluknya hangat pada Lisa.


"Terima kasih." Hati Lisa seketika menghangat kala mendengar pujian dari Ibu Fred, sebuah pujian yang bisa Lisa rasakan ketulusannya.


Perlahan satu persatu mereka pun pamit meninggalkan Backstage karena kesibukan mereka masing-masing, namun yang cukup mengganjal hati Lisa kala Ayah Fred berpamitan tadi, terselip kata-kata yang membuat Lisa diserang rasa panik.


"Besok siang sempatkan mampir sebentar ke kantorku. Ada yang ingin kubicarakan denganmu, dan datanglah sendiri."



Lisa hanya bisa terdiam dan mengangguk, seakan tengah terhipnotis oleh Kharismanya.


Selepas kepergian mereka, tinggalah hanya Frederic seorang yang ada di hadapan Lisa, wajah pria itu murung, kulitnya yang putih kini terlihat memerah dan tatapan matanya sulit untuk bisa Lisa artikan. Fred lebih banyak diam malam ini, dirinya hanya berdiri diam mematung sambil mendengarkan keluarganya berbincang dengan Lisa.


"Kau baik-baik saja?" Tanya Lisa sedikit khawatir.


Fred tidak menjawab. Dirinya masih diam mematung menatap Lisa, lalu kemudian dia berjalan mendekat, memangkas jarak mereka. "Aku pamit. Pekerjaanku masih banyak, jadi pulanglah bersama Caroline; dia akan mengantar dan menjagamu."


"Aku bisa pulang sendiri. Kalau kau lupa, aku juga punya pengawal dan assisten pribadi." Entah kenapa mendengar Pria itu akan pergi begitu saja dan lebih mementingkan pekerjaannya dibandingkan dirinya, membuat ego seorang Lalisa terluka, Terlebih hingga detik ini tidak ada satu kata pujian pun yang keluar dari bibirnya.


"Biarkan mereka mengantar ibumu. Jangan membantahku, Aku sedang tidak ingin berdebat. Aku pulang." Lalu Fred meraih kepala Lisa dan diciumnya dengan ringan keningnya, setelahnya dia pergi begitu saja.


"Menyebalkan!" Ucap Lisa dengan pandangan mata yang mulai kabur karena air mata, dirinya benar-benar kesal dibuatnya.





🐤🐤🐤


"Sudah beres?" Tanya Fred pada Greg sesampainya mereka di sebuah bangunan perkantoran.



"Sudah, Tuan."


"Ayo." Perintah Fred serius sembari menuruni mobil mewahnya dan diikuti oleh sang pengawal.



Fred berjalan memasuki sebuah gedung bertingkat yang kalau pada siang hari biasa di gunakan sebagai gedung perkantoran. Gedung itu memiliki sebuah basement rahasia yang hanya bisa di akses oleh Fred dan anak buahnya saja, memiliki sebuah ruangan dengan pencahayaan yang minim, furniture yang terbatas namun dipenuhi oleh beberapa benda-benda aneh yang memang biasa digunakan oleh Fred maupun anak buahnya untuk mencapai tujuan mereka.



Langkah Fred terlihat tenang dengan wajahnya yang tanpa ekspresi ketika melalui lorong demi lorong dengan banyaknya penjagaan di setiap sisinya, membuat area ini memiliki lapisan-lapisan penjagaan yang ketat, menjadikan hal yang mustahil bagi siapa saja yang mencoba kabur dari sini.



Fred memasuki sebuah ruangan yang paling dalam dan kelam, dan ketika dilihatnya para pembuat onar sudah duduk terikat tidak berdaya dengan mata tertutup di hadapannya, seketika itu juga Fred tidak bisa menahan dirinya untuk tersenyum sinis. Berjalan dengan langkah kaki yang elegan, dirinya pun kini tengah berdiri tepat di hadapan mereka.



"Hei?! Siapa kau sebenarnya?! Apa-apaan ini?! Lepaskan kami!" Teriak salah seorang pria disana ketika menyadari akan kehadiran sosok lain di ruangan itu.



Fred lalu duduk di depan mereka dengan penuh kharismatik, memancarkan aura tenang yang dibawanya namun terasa begitu berbahaya. Keheningan yang menyeruak di ruangan itu pun entah bagaimana membuat penghuni di dalamnya ikut terdiam, menciptakan rasa gugup bercampur ketakutan.



Fred menatap tajam mereka dengan mata birunya, menipiskan bibir menahan senyum sinisnya yang terkendali. "Kalian tahu kenapa kalian semua berada disini?" Suara Fred mengalun tenang dan memenuhi ruangan.



Dengan penuh rasa takut, salah satu dari ke empat orang yang terikat itu membuka suaranya, "Saya tidak tahu dimana letak salah saya, tapi saya memohon maaf dan tolong lepaskan saya!" Ucapnya lirih dengan diiringi isakan tangis frustasi diakhir kalimatnya.



Fred diam sejenak sembari menatap tajam ke arah orang itu, menyelidik sebelum bertanya, "Kau benar tidak tahu letak kesalahanmu?"



"Tidak... saya tidak tahu." orang itu menggelengkan kepala, tubuhnya bergetar karena takut.



Fred memajukan tubuhnya mendekat kearah telinga orang itu, tersenyum mengejek dan dengan nada sarkatis berucap, "Dan apa kau tahu bahwa mungkin malam ini adalah malam terakhirmu untuk bisa bernapas?"


"A...Apa?! Apa salahku?! Aku tidak melukai siapapun! Aku tidak melakukan salah apapun!" Ucapnya panik.


Mendengar jawaban dari orang itu, Fred sudah hampir berada di batas kontrol dirinya, menggeretakkan giginya, Fred lalu berdesis penuh amarah. "Kau sudah kurang ajar terhadap wanitaku. Kau melecehkannya dengan mulut kotormu. Bahkan kalian berseloroh akan... akan menodainya... Kau dan teman-temanmu adalah sampah. Dan dunia ini tidak butuh sampah seperti kalian."


"Si... Siapa kau?! Berapa uang yang kau minta? Aku dan keluargaku akan memberikannya!" Salah seorang dari mereka berucap panik, lalu ditambahkan lagi dengan yang lain. "Tadi kami hanya bercanda! Kami menyukai Lisa! Kami mengidolakannya! Tadi kami hanya banyak minum."


"Apakah kau Arnault?! Benar! Kau salah satu anak dari Arnault, bukan?!" yang lain pun mulai iut bersuara. Ruangan yang sebelumnya heninh, kini mendadak gaduh dengan ucapan-ucapan dari mulut mereka.


"Kalian berurusan dengan orang yang salah. Keluarga kalian tidak akan pernah mencari kalian, sebab kalian itu tidak pernah ada di dunia ini." Suara Fred mengalun dengan nada dingin yang mencekam, membuat kegaduhan sebelumnya kini berganti dengan tangis ketakutan.


"Greg, selesaikan mereka. Jangan tergesa-gesa. Beri mereka kenangan indah hingga merekalah sendiri yang akan memohon untuk kematiannya."






🐤🐤🐤TBC🐤🐤🐤

Me with Mr. SmileWhere stories live. Discover now