Friendzone

1.8K 273 34
                                    

"Katakan sejujurnya padaku, kenapa kemarin Tuan Bernard terlihat tidak menyukaiku, Sajangnim?" Desak Lisa.

"Tidak. Itu hanya perasaanmu saja."

"Benarkah?! Lalu kenapa sepertinya dia tidak mengetahui latar belakang hubunganku dengan Fred? Dari bahasanya kemarin, dapat kusimpulkan bahwa Tuan Bernard tidak mengetahui tentang kesepakatan hubungan kami ini. Katakan yang sejujurnya, Sajangnim?! Bukankah dulu kau yang bilang bahwa hubunganku dan Fred itu atas dasar persetujuan dari Tuan Bernard?!"


"Lebih baik Fred saja yang menjelaskannya."

"Aku akan bertanya juga padanya. Nanti! Sekarang aku butuh jawaban darimu."

"Aku pun sudah berjanji pada Fred untuk tidak akan mencampuri hubungan kalian ini. Semua jawaban yang ingin kau tahu, tanyakan padanya saja. Tujuanku setuju dengan ide ini hanya untuk membantumu terlepas dari skandal buruk kemarin. Kuharap kau bisa mengerti."





🐤🐤🐤

"mau sampai kapan kau terus pandangi layar ponselmu itu? —ini minumlah."

"Aku bingung. Aku begitu penasaran tapi tidak tahu cara yang baik untuk bertanya padanya." Lisa kembali menghela napasnya sembari memandangi draft pesan yang sudah ia buat sedari tadi namun masih belum juga ia kirim.

"lebih baik tanyakan langsung saja padanya. bahasa pesan terkadang mudah disalah artikan. —Buka mulutmu." Setelah memberikan Ice Coffee kesukaan Lisa, kini Bogum tengah mencoba menyuapi sepotong demi potong cake coklat kedalam mulut Lisa.

Pertemanan mereka memang sudah sedekat itu, membuat banyak teman-teman mereka curiga bahwa Lisa dan Bogum tidaklah berteman biasa seperti yang mereka akui. Kegiatan seperti ini; Bogum yang terlihat begitu menjaga dan memanjakan Lisa, tidak ragu ditunjukan oleh pria itu meskipun banyak mata yang memperhatikannya, dan Lisa; adalah Manusia yang paling tidak peduli dengan semua pandangan orang lain tentang dirinya.

"Kau yakin tidak mau makan berat? Teddy Hyung pasti masih akan lama datangnya, apa sebaiknya kita tidak makan siang saja dulu?" Bogum menatap Lisa seksama, dan kembali menawarkan potongan cake yang ada di tangannya. "Lagi?"

"Sudah kenyang, Oppa. Aku sedang tidak berselera untuk makan, lebih baik Oppa makan duluan saja. Aku—" Lisa seketika membatu kala dering ponselnya berbunyi dan menampakan nama dari si penelpon. "Apa ini? kenapa kebetulan sekali dia menghubungiku? Aku harus jawab apa?" Lisa kemudian bergumam dengan cemas tanpa peduli tatapan penuh rasa ingin tahu dari Bogum saat ini.

"Dari siapa? kenapa tidak kau angkat teleponnya?"

"Fred! Aku sudah seharian memikirkan bagaimana cara menghubunginya, sekarang kenapa tiba-tiba dia yang menghubungiku?! bagaimana ini, Oppa?" Tanya Lisa gusar pada Bogum.

"Abaikan saja kalau kau tidak nyaman dengan panggilan telepon darinya." Ucap Bogum tenang namun dengan nada bicara yang terdengar dingin.

"Tapi... Aku ingin bertanya perihal Ayahnya yang kemarin menemuiku, Oppa! Aku penasaran."

"Nanti lagi saja. Ayo, kita pergi. Teddy Hyung kemungkinan masih lama meetingnya, lebih baik kita pergi makan siang dulu. Kau harus makan, Lisa." Bogum dengan sigap segera membawakan Tas dan Jaket milik Lisa, lalu menarik lembut tangan Lisa untuk bisa bangun dari duduknya. "Ayo!"

Lisa yang bingung dengan keadaannya sekarang terpaksa menuruti saran dari Bogum, memasukkan ponselnya ke saku celana tanpa berniat mengangkat panggilan telepon dari Fred. "Aku mau Tomyam! lalu setelahnya tolong antarkan aku ke outlet Celine, ada beberapa titipan dari peter yang belum sempat kuambil, Oppa."

"Siap, Bos!"



🐤🐤

Lisa tidak mengira kedatangannya ke Outlet Celine akan membuatnya menjadi kesal seperti saat ini. Sehabis makan siang dengan Bogum, mereka langsung menuju destinasi selanjutnya sesuai rencana awal, namun sesampainya mereka di pelataran parkir Outlet tersebut, Lisa mendapat sebuah kejutan yang tidak di sangka-sangka. Didepan matanya kini ia tengah memperhatikan interaksi antara seorang wanita cantik yang entah siapa itu dengan pria yang seharusnya kini sudah sah menyandang gelar sebagai kekasihnya.

"Kau tidak mau turun? Daripada menduga-duga, lebih baik kau datangi mereka." Bogum terlihat mulai jengah karena terpaksa harus ikut mengintai dari dalam mobil bersama Lisa.


"Tidak. Untuk apa aku turun?! baru beberapa jam yang lalu dia menghubungiku, sekarang sudah bersama wanita lain saja! Kau lihat itu, Oppa? bagaimana kalau ada fans atau media yang melihat kedekatan mereka?! Kemarin saja, memarahiku karena terlalu akrab dengan Mino Oppa didepan umum, lalu apa bedanya dengannya sekarang?!"


"Nah! kalau begitu, coba tanyakan langsung padanya! kenapa kau tidak boleh akrab dengan teman-teman lelakimu, tetapi aturan itu tidak berlaku untuknya?" Bogum lalu menghela napasnya sedikit keras. "Aku tidak suka berada dalam posisi seperti ini, Kau temui dia sekarang atau kita pulang?!" tatap Bogum tegas kearah Lisa yang masih tidak melepaskan pandangan matanya dari interaksi kedua orang tersebut.


"Pulang saja." Jawab Lisa lemas.


"Pengecut." Gumam Bogum namun diwajahnya masih terukir senyuman khas dirinya.


"Aku bukan pengecut, Oppa! Aku hanya tidak mau menjadi bahan tontonan orang saja. Aku tidak mau mempermalukan diri sendiri dengan datang menghampiri mereka!"


"Terserah kau saja." Bogum lalu segera menghidupkan mesin mobilnya, namun ketika baru saja akan bermanuver; sebuah ketukan yang cukup keras terdengar dari sisi kaca pintu mobil di sebelah Lisa, mengagetkan keduanya.


tok...tok...tok...


"Permisi nona, Tuan Arnault meminta anda untuk turun." Seorang pria berkebangsaan asing, bertubuh tinggi dan sangat besar layaknya seorang pengawal; berucap pada Lisa dalam aksen bahasa inggrisnya yang unik.


"A-apa? Tuan Arnault?! Apa maksudmu itu Fred? atau Tuan Bernard?!" Selain terkejut, kini Lisa seketika diliputi rasa gugup.


"Tuan Fred, Nona. Beliau meminta anda untuk turun dan ikut dengan saya, Tuan Fred sudah menunggu anda."


"A-apa?! Sejak kapan dia tahu keberadaan saya disini?"


"Kurasa sejak awal kedatangan anda di pelataran parkir ini, Nona. —Mari Nona, Tuan sudah menunggu."


Rasa terkejut dan malu kini seketika menyelimuti Lisa, dirinya tidak mengira bahwa gerak geriknya yang tengah mengintai ternyata sudah diketahui oleh pria itu.


"Kau mau tetap pulang denganku atau turun mengikutinya, Lice?" Bogum membawa Lisa kembali dari kekalutan pikirannya.


"Kurasa aku akan turun, Oppa. Kau tidak apa kan pulang sendiri?"


Bogum lalu menarik napasnya sebentar lalu tersenyum sembari menganggukkan kepalanya sebagai bentuk jawaban dari pertanyaan Lisa. Pria itu masih mengukirkan senyumannya hingga Lisa keluar dari mobil miliknya. "Aku pulang. Kau hati-hati ya?" senyumnya terasa begitu sendu, menatap Lisa dengan tatapan penuh makna yang sayangnya tidak bisa Lisa sadari.

"Kenapa kau semakin menjauh, Lice?" Gumam Bogum selepas kepergian Lisa.


🐤🐤🐤 TBC🐤🐤🐤

Me with Mr. SmileWhere stories live. Discover now