Chapter 12

2.4K 839 1.1K
                                    


Anindita berkenalan dengan seluruh anggota Aspire, dia sampai melongok sewaktu melihat wajah mereka satu per satu sampai Caraka harus menyadarkan dengan menjentikkan jari di depan mata Anindita. Konon manusia paling tampan adalah Nabi Yusuf, tapi rupa cowok-cowok di depannya saja sudah tampan, bagaimana dengan rupa Nabi Yusuf, ya? Pikiran Anindita dengan liar berkelana. Tidak sadar kalau dia sudah selama itu memandangi mereka. "Biasa aja dong matanya, Mbak, kayak mau keluar tuh," tegur Caraka dingin.

"E—sori-sori, salam kenal semuanya, aku Anindita Kesh—"

"Oke cukup, bisa dipanggil Anin atau Anindita. Nggak perlu tuh memperkenalkan diri arti nama lo karena nggak penting dan kami nggak nanya," potong Caraka yang mengundang cekikikan dari cowok-cowok di depan Anindita. Hih, sepertinya bukan Caraka kalau belum berhasil mempermalukan dirinya.

Ekspresi Anindita berubah bete. Gadis itu menggembungkan pipinya. "Salam kenal Anindita. Jadi ini ya yang namanya Anindita, yang pernah lo ceritain ya, Bang?" tanya Kajev.

Padahal Caraka tidak pernah bercerita apa-apa, hanya kalimat buatan Kajev saja.

"Wah ceritain apa tuh?" Anindita menatap penuh antipasti, "pasti ceritain aku yang buruk-buruk, ya? Udah nggak kaget sih, dia kan emang gitu, hatinya jelek banget." Dia melirihkan suaranya ketika berbicara ke Kajev, bersikap seolah tidak ada Caraka di sana.

"Buahahahaha!!" kontan saja Bas yang tawanya paling besar dan menggema dalam ruangan. Puas sekali mendengar ada seseorang bisa me-roasting Caraka. Maklum saja, Caraka yang paling tua di antara mereka, jadi sedikit canggung untuk berkata di luar batas meskipun sebenarnya Caraka pasti tidak akan mengambil hati. Alhasil begitu mendengar Anindita berhasil melakukannya, Bas senang bukan kepalang.

Caraka memutar bola matanya dan membuat Bas langsung terdiam dan mengalihkan suasana dengan menatap Anindita. "Tolong dijaga dulu ya keponakanku."

"Haiii, nama kamu siapa?" Anindita berjongkok melihat mata gadis kecil berusia 3 tahun yang pipinya bulat dan merah, bibirnya mungil. "Liat deh rambut kamu sama kayak rambut aku, kenalin nama aku Kak Anin."

Bukannya menyebutkan namanya, bocah itu menangis. Awalnya ekspresinya berubah meringis, lalu dia menangis. Dari isakan terubah jadi teriakan. Tentu saja semua dalam studio terkejut. Bas langsung menghampiri, menggendong keponakannya untuk diam.

"Aciaa .... Sst ... diem dong. Nanti habis ini kubelikan permen, ya? Tapi kau diam, jangan berisik." Bukannya diam, tangisnya semakin keras sampai urat di wajah dan leher Acia terlihat. Menunjukkan seberapa keras usahanya menangis.

Caraka melirik Bas sebal. Semula Bas berjanji bahwa keponakannya itu tidak akan berbuat keributan dan mengganggu jalannya latihan, tapi yang terjadi di lapangan justru berbeda. Melihat ekspresi Caraka yang seperti singa mau menerkam, Anindita jadi seram. Gadis itu memutar otak untuk membuat Acia diam. Dia akhirnya bertepuk tangan sambil berjingkat-jingkat. Entah apa yang di kepala Anindita, tahu-tahu dia menyanyikan lagu pembuka dari kartun Crayon Shinchan yang sempat ditontonnya waktu kecil.

Seluruh kota merupakan tempat bermain yang asyiiiikk

Oh senangnya, aku senang sekaliiii

Oh senangnya, aku senang sekaliiii

Reijiro spontan menekan keyboard-nya memainkan not musik lagu Shinchan. Rajavas melirik Reijiro, memutar stik drum dan menyamakan ritme keyboard dengan ketukan drum. Biru segera memetik Bass diikuti Semesta dengan gitarnya. Kajev sebagai vokalis utama langsung menyambar mik dan ikut menyanyikan lirik, ikut bergabung menyanyi menggantikan suara Anindita yang cempreng.

Kalau begini aku pun jadi sibuk

Berusaha mengejar-ngejar dia

Kajev melirik Tenggara, cowok itu tanggap mengeksekusi lirik selanjutnya.

Cita Cinta CarakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang