Chapter 16

2.6K 875 1.1K
                                    

Pss: ini part favoritku hehe! Selamat membaca, jangan lupa votes ya. Thank you.

***

Hari itu Sabtu pagi. Hari terbaik untuk menikmati hari, menyingkirkan berbagai macam hal seperti tugas, bahan presentasi. Gadis itu keluar dari kamar, melihat cahaya matahari terkuak dari pintu yang terbuka. Ah, indahnya hari ini! Anindita menguletkan tubuh. Lalu dia bertemu pandang dengan Janitra. Benar kata Caraka, Janitra sudah keluar dari rumah sakit sejak kemarin sore. "Eh, hai Kak, udah sehat?"

"Kenapa? Kecewa, ya? Pengin liat gue lebih lama di rumah sakit?" balas Janitra sarkastis.

Huh, Janitra dan Caraka memang pantas bersahabat. Mulutnya sama-sama pedas!

"Bi, tolong buatin aku susu kedelai." Gadis berambut panjang itu melongok ke dapur.

"Aku aja yang buatin, ya? Tadi Bibi pergi ke pasar."

"Nggak usah, gue sendiri aja."

"Kakak kan masih sakit. Aku juga nggak bakal ngapa-ngapain, kok. Kepikiran buat ngeracunin aja, nggak!" balasnya sambil tersenyum lebar.

Berhubung tubuh Janitra masih belum sepenuhnya sehat. Alhasil dia pasrah saja, membiarkan Anindita membuatkan susu kedelai. Setelah terdengar bunyi klontang panci yang heboh dari arah dapur, muncullah Anindita sambil membawa segelas susu kedelai yang masih hangat. Dia letakkan gelas itu di hadapan Janitra yang sudah duduk di ruang tengah.

Anindita duduk di sebelah Janitra, sengaja mengambil jarak karena tahu kakaknya itu pasti akan segera mengusirnya kalau dia ambil keputusan duduk dekat dengannya.

"Kak, suka Upin-Ipin nggak?"

"Nggak. Udah gede gini, ngapain nonton kartun. Emangnya lo, nggak ada kehidupan."

"Mereka tuh lucu banget tahu, Kak. Mereka kembar, terus kompak. Upin-Ipin itu udah yatim piatu, mereka punya Kakak namanya Kak Ros. Kak Ros ini Kakak yang galak tapi sebenarnya perhatian, tiap kali Upin-Upin mau makan, dia yang masakin. Kata Ipin ayam goreng buatannya Kak Ros itu enak banget. Kak Ros di rumah suka marah-marah, biasanya yang tenangin itu Opah."

"Opah yang mana?"

"Opah itu neneknya Upin-Ipin. Oh ya, mereka juga sekolah di Tadika Mesra, Upin-Ipin punya teman namanya Jarjit. Nah itu Kak, yang rambutnya dikuncir kayak benjol. Dia keturunan Punjabi. Dia suka banget pantun, kalau ada hal yang bikin takjub, biasanya dia bilang marvelous ... marvelous." Anindita memeragakan gerakan Jarjit. Lalu dia menoleh, rupanya Janitra sejak tadi mendengarkan dia bicara.

"Kok diem? Lanjutin."

"Ketua kelas di sekolahnya Upin-Ipin namanya Ihsan, dia anak paling kaya karena bajunya paling bagus kalau di kelas."

"Ihsan yang mana?"

"Yang pakai kacamata. Tapi dia pernah dimarahin sama netizen Indonesia soalnya ngejekin Upin-Ipin nggak punya bapak-ibu, akhirnya si Ihsan bikin klarifikasi permintaan maaf."

Janitra mengernyit. "Emang netizen Indonesia tuh norak, sama kayak elu."

"Terus di sebelah Ihsan namanya Mail, dia temannya Upin-Ipin yang paling rajin dan jago jualan. Dia bisa jualan apa aja, rambutan, ayam goreng, jagung bakar. Biasanya dia bilang dua singgit-dua singgit. Perempuan yang matanya sipit itu namanya Mei-Mei, dia orang Tionghoa, walaupun beda agama tapi dia selalu menghargai teman-temannya. Mei-Mei juga paling pintar karena cita-citanya mau jadi guru. Katanya sih Mail tuh suka sama Mei-Mei, soalnya suka jahilin Mei-Mei, tapi nggak bisa bersama karena beda agama."

Cita Cinta CarakaWhere stories live. Discover now