37. Ada Sesuatu

7 2 0
                                    

Apa yang bisa Alvina harapkan dari orang tuanya? Sedari kecil, dia hanyalah seorang gadis yang tumbuh tanpa kasih sayang. Dia tidak pernah mengerti bagaimana rasanya kasih sayang orang tua.

Dulu, saat melihat teman-temannya diantar ke sekolah dan ditemani bermain, Alvina merasa heran kenapa ibu dan ayahnya tidak pernah seperti itu. Kenapa dia berbeda? Apakah ini karena dia adalah kalangan atas yang normalnya pihak laki-laki dan perempuan sibuk dengan urusannya masing-masing?

Setidaknya itulah yang Alvina percaya sampai gadis itu menemukan keluarga Mahardika. Keluarga yang kata ibunya memiliki koneksi lebih besar dari keluarganya. Lantas, Alvina mulai kembali bertanya-tanya, kenapa Dika memiliki keluarga yang harmonis? Kenapa orang tua Dika memiliki waktu untuk merawat kedua anaknya?

Pada akhirnya, Alvina kecil mulai menyadari jika orang tuanya memang tidak menyayanginya. Walaupun begitu, Alvina masih terus berharap jika suatu saat orang tuanya akan menyayanginya. Bahkan ketika ia tumbuh menjadi seorang gadis remaja, Alvina masih tetap menunggu.

Karena itulah Alvina tak pernah melawan. Satu-satunya pemberontakan yang pernah gadis itu lakukan adalah ketika memilih jurusan di SMA. Gadis itu berharap, dengan menjadi anak yang penurut akan menggugah hati kedua orang tuanya.

Pada kenyataannya, dunia tak seindah ekspektasi. Firda ataupun Haidar tak pernah menoleh sedikit pun ke arahnya. Firda terus menatap ke arah Lala yang tampak berkilau, sedangkan Haidar mungkin menatap segala kekuasaan yang bisa pria itu raih lewat bisnisnya. Tak ada yang sadar bahwa pelan-pelan, mental seorang gadis kecil mulai runtuh karena terus-menerus diabaikan.

Alvina selalu saja dianggap sebagai antagonis sejak bertemu dengan Lala. Bagi mereka, Lala yang begitu sempurna hanya pantas menjadi heroin. Dan seseorang yang mendekati kesempurnaan itu selain sahabat Lala adalah villain. Tanpa peduli jika Alvina sama sekali tidak pernah melakukan perbuatan buruk selama tidak diusik.

Selama ini yang disorot hanyalah perbuatan buruk dari Alvina. Yang padahal saat itu dia hanya sedang berusaha membela diri. Namun, apakah ada yang peduli? Tentu saja tidak. Mereka justru senang memutarbalikkan fakta agar Alvina terlihat semakin buruk dan tak lagi mengusik kesempurnaan Lala.

Mereka tidak peduli jika apa yang mereka lakukan akan membawa Alvina pada kesengsaraan. Ibunya yang begitu terobsesi dengan kesempurnaan Lala semakin menggila saat Alvina tak kunjung bisa seperti Lala. Apalagi saat mengetahui Alvina memiliki bakat yang berbeda dari Lala, wanita itu memilih menutup mata.

Seperti saat ini, padahal bukan Alvina yang salah. Bukan Alvina yang memutuskan, tapi ibunya menyalahkannya. Sungguh, Alvina tidak bisa mengontrol perasaan orang lain. Lantas kenapa Firda menyalahkannya?

"Kenapa sih? Kenapa, Alvina? Kenapa kamu nggak terlahir sempurna kayak Lala? Mama itu mau punya anak Lala, bukan kamu!" Lagi-lagi, bentakan menyambut Alvina sesampainya di rumah.

"Mama 'kan udah bilang kalau kamu harus menikah sama Dika nantinya, mana hasilnya? Buat ngambil hati Dika aja kamu nggak becus! Oh, atau mungkin kamu emang terlalu buruk dibanding Lala buat jadi pasangannya Dika. Kalau mama jadi Dika pun pasti pilih Lala karena dia sempurna."

Sakit.

Alvina juga ingin dibanggakan seperti itu. Oleh ibunya saja, itu sudah cukup. Atau setidaknya sehari saja Firda bersyukur memiliki anak sepertinya dan tidak terus membandingkannya dengan Lala.

Tak bisa kah?

Alvina mengepalkan kedua tangannya di samping badan. Kata Dika, dia harus berani melawan. Ini saatnya 'kan? Lagipula orang tuanya juga tak akan pernah menyayanginya walaupun ia menjadi anak baik dan penurut.

"Kenapa?" tanya Alvina yang membuat Firda tertegun. Untuk pertama kalinya, Alvina berani mengeluarkan suara saat dimarahi.

"Kenapa harus Lala? Kenapa mama nggak bisa noleh ke aku? Aku juga cantik, Ma. Aku pinter juga kok, tapi aku suka pelajaran sosiologi, bukan fisika. Aku bisa nerusin perusahaan papa dengan usahaku sendiri. Aku nggak perlu Kak Dika buat ngurusin itu semua. Jadi kenapa aku harus ngelakuin yang mama suruh?

A ReasonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang