50. Tersangka Utama

17 3 0
                                    

Bukan hanya rumah keluarga Rabbani yang diselimuti duka, rumah keluarga Alexander pun begitu. Lebih tepatnya suasana duka yang pekat itu berasal dari salah satu kamar. Kamar milik seorang gadis yang merupakan putri tunggal keluarganya.

Alvina terus menangis sembari menatap ponselnya. Jika dilihat dari jam terjadinya kecelakaan, sudah pasti Dika belum sempat bertemu dengan Lala. Dengan kata lain, Lala pergi dalam keadaan belum berbaikan dengan siapapun.

Alvina terlambat menyadari kesalahannya.

Alvina yakin setelah ini akan ada banyak orang yang menyesal, apalagi setelah mereka mengetahui kebenaran. Orang-orang yang menyebarkan fitnah tentang Lala, orang yang merundung gadis itu, juga orang yang menertawakan kesusahannya. Mereka semua pasti menyesal. Jika tidak, maka mereka tidak pantas dianggap sebagai manusia.

Ah, sekarang Alvina mengerti bagaimana cara menuntaskan rasa bersalahnya. Jika tidak mendapat maaf dari Lala, setidaknya Alvina ingin berguna untuk gadis itu. Jadi Alvina akan membantunya untuk membersihkan kembali nama baiknya.

Termasuk ... mengungkap dalang dari penderitaan Lala beberapa waktu ke belakang.

Alvina bangkit dari tidurnya. Mengusap air mata yang tergenang di pipi juga matanya sehingga penglihatannya kembali jernih. Kemudian pergi ke meja belajar, tempat dia menyimpan buku-bukunya.

Alvina mengambil buku mata pelajaran sejarah wajib kelas sepuluh yang sudah tidak digunakannya. Masih banyak halaman kosong. Alvina sengaja menggunakan buku ini sehingga tak ada yang akan curiga setiap dia menulis apapun. Lagipula, memanfaatkan barang bekas adalah hal yang bagus 'kan?

Hal pertama yang Alvina tulis adalah tersangka yang paling memungkinkan atas kasus Mading. Yang pertama, Alvina menuliskan nama Rere. Jelas saja, Rere adalah salah satu penggemar Dika yang membenci Lala. Apalagi setelah gadis itu menjadi kekasih si Ketua OSIS.

"Rere ini tersangka paling memungkinkan sih. Apalagi salah satu foto di mading itu latarnya di ruang OSIS. Jangan-jangan waktu gue mergokin dia?" gumam Alvina.

Sejujurnya, Alvina tidak bisa menemukan tersangka lain. Lala adalah seorang gadis baik yang tidak suka mencari masalah dengan siapa pun. Jadi sedikit sulit mencari orang yang berniat jahat kepadanya.

Jika pun ada seseorang yang iri pada Lala, dia pasti tidak akan senekat itu sampai menyebarkan berita hoax tentang Lala. Terlalu beresiko, apalagi keluarga Lala bukan keluarga sembarangan.

"Pasti ada motif lain, dendam misalnya? Gue harus cari tau semuanya."

🌷🌷🌷

Berita meninggalnya seorang Aqila Azzahra dengan cepat meluas di seluruh dunia maya. Banyak orang turut berduka cita. Terutama para penggemarnya saat Lala menjadi Iris Biru.

Para penggemar Lala ingat betul jika gadis itu sempat memiliki keinginan sebelum meninggal. Katanya, dia ingin membuat sequel dari novelnya yang baru saja terbit. Sebab pujaan hati yang menjadi inspirasi bagi Lala telah benar-benar menjadi kekasihnya.

Namun, tak lama kemudian Lala justru menghilang dari dunia maya. Lala yang dulu selalu menyempatkan diri untuk memberi kabar kepada para penggemarnya, mendadak hilang. Gadis itu bahkan tidak memberi kepastian apakah dia sedang hiatus.

Sampai kemudian ... kabar yang sampai ke telinga penggemar justru kabar kematiannya. Hal ini tentu saja menjadi pukulan telak. Gadis baik nan lemah lembut itu sudah pergi. Bahkan tanpa sempat mewujudkan keinginannya.

Atas dasar kecintaan, penggemar Lala mencari tahu semua hal tentang gadis itu. Seperti latar belakangnya, di mana dia bersekolah, juga siapa kekasihnya.

Di zaman modern, mencari informasi menjadi begitu mudah. Dari berita yang sempat beredar, penggemar mengetahui jika Lala kala itu tengah mewakili SMA Major dalam kompetisi sains nasional bidang fisika. Sayangnya, dia kalah di pertandingan final.

SMA Major langsung saja menjadi sorotan. Mulai dari NASM, klub jurnalis sekolah yang merupakan satu-satunya kegiatan yang gadis itu ikuti. Kemudian berita gosip yang diterbitkan NASM mengenai Ketua OSIS dan primadona sekolah yang tak lain adalah Lala menjalin hubungan.

Juga ... kasus perundungan terhadap Aqila Azzahra.

SMA Major yang awalnya dielu-elukan, kini dicerca habis-habisan. Baik dari sisi penggemar maupun bukan penggemar, semua sepakat memusuhi SMA Major karena tak becus melindungi salah satu siswinya. Bagaimana bisa mereka hanya diam saat murid mereka dibully secara terang-terangan?

Apalagi yang menjadi korban adalah putri salah satu konglomerat. Keluarga Lala dapat dengan mudah melaporkan sekolah atas kasus ini. Lantas bagaimana jika korbannya adalah orang yang tidak mampu secara finansial?

Suasana semakin memanas kala satu persatu akun anonim bermunculan. Akun-akun itu membuat thread yang mengatakan jika mereka adalah salah satu korban bully di SMA Major. Mereka bahkan menyertakan bukti visum dan tangkapan layar saat dibully di dunia maya.

Fakta yang memukul telak harga diri SMA Major adalah di salah satu postingan, terdapat bukti jika pihak sekolah justru membungkam korban. Mengancam mereka akan dikeluarkan dan dimasukkan ke dalam daftar hitam sekolah mana pun.

Dalam sekejap, reputasi SMA Major hancur lebur.

🌷🌷🌷

Alvina kini berjalan dengan jantung yang berpacu kencang. Saat ini dia sedang dalam perjalanan menuju ruang kepala sekolah. Tadi saat pelajaran, tiba-tiba saja seorang siswa menyela dan berkata jika Alvina diperintah untuk datang ke ruang kepala sekolah.

Alvina jelas tahu jika dia akan segera tertimpa masalah. Sebelumnya, tidak ada kabar baik yang keluar dari ruang kepala sekolah. Siswa yang pernah memasuki ruangan itu sudah pasti terlibat dalam sebuah masalah besar.

Alvina mengetuk pintu ruang kepala sekolah, kemudian masuk saat sudah diizinkan. Sang kepala sekolah langsung saja meminta Alvina untuk duduk. Alvina pun hanya menurut.

"Kamu tau kesalahan kamu apa?" tanya (nama), sang kepala sekolah.

"Maaf, Pak/Bu. Saya tidak merasa memiliki kesalahan apapun." Alvina memberanikan diri untuk menjawab.

"Kasus pembullyan Lala, terutama foto-foto di mading itu ... ulahmu, kan?"

Alvina menggeleng panik. Dia benar-benar terkejut. Tidak menyangka jika kepala sekolah menuduhnya menjadi dalang utama kasus perundungan Lala.

"Ayolah Alvina, jangan buang waktu saya! Segera akui kesalahanmu dan terima hukumanmu!"

"Mohon maaf, Pak. Saya tidak bersalah dan saya tidak akan pernah mengakui kesalahan yang tidak saya lakukan. Lagipula atas dasar apa Anda melayangkan tuduhan ini kepada saya? Saya yakin Anda bahkan tidak memiliki bukti," balas Alvina tegas. Belasan tahun hidup penuh kekerasan, Alvina tidak takut kepada siapapun kecuali orang tuanya.

"Alvina, kamu adalah orang yang paling berpotensi menjadi tersangka dalam kasus ini. Motifnya jelas, iri. Kamu adalah rival Lala sejak SMP tapi belum pernah bisa mengalahkannya. Kamu sudah lama dekat dengan Dika, tapi Lala yang dipilih menjadi kekasih. Dan yang paling penting, keluargamu sama berpengaruhnya. Sehingga kamu tidak khawatir tentang akibatnya."

Ah, Alvina melupakan satu hal.

Seseorang yang paling berpotensi menjadi tersangka utama dalam kasus ini adalah ... dirinya sendiri.

***
To Be Continued

Hello, i'm back!

A ReasonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang