15) How about my Ex?

3.3K 316 13
                                    

Hidung bangir Jaemin tampak kembang kempis setelah mendengar laporan dari Mark mengenai situasi rumah Jeno yang begitu ramai saat ia berkunjung ke sana.

Di samping itu, Jaemin merasa lega. Karena si manis tentunya terhibur karena kedatangan teman-temannya, setelah anak itu kehilangan banyak air mata beberapa hari lalu.

"Jadi malam minggu ini, saya bisa kembali ke rumah untuk beristirahat" ucap Mark.

Punggung Mark telah menopang sebuah ransel besar berisi pakaian.

"Kembali lah selasa sore, aku tidak papa" jawab Jaemin, sambil memainkan bolpoint di tangannya.

"Saya bisa kembali senin sore, saya pamit" sanggah Mark.

"Yoit! Hati-hati di jalan" ucap Jaemin.

Jaemin menutup matanya, menaruh kepalanya yang pening diatas meja kantornya. Bayangan akan peristiwa yang menimpa pada tunangannya masih bersarang di otak kecilnya.

"Siapa orang tua mu?"

"Mengapa dia begitu tega?"

"Apa salah mu?"

"Mengapa dia membuangmu dengan kejam"

Tingg

Ponsel Jaemin berdenting, nomor yang tidak ia ketahui sebelumnya telah mengirimkan sebuah pesan.

Sender : Aku mengundangmu pada acar ulang tahunku, mantan terbaik. Joy ❤️

Jaemin : kapan itu ? Aku tidak janji bisa hadir

Joy : kenapa? bukankah nyanya sudah berjanji akan selalu ada buat aku apapun keadaan nya.

Jaemin : tunggu saja

Joy : aku tidak memaksa

Jaemin : kau tidak mau menunggu kedatanganku?

Joy : horee! Thankyou anyanggi

Jaemin menghela nafas berat, malam minggu malam yang tabu. Jaemin ingin menikmati waktunya dengan keluarga pun kini harus di curi oleh Joy, mantan kekasihnya.

Jaemin melihat desk calendar, sebagai seorang mantan tentu saja Jaemin tau tanggal istimewa yang bersagkutan dengan nya.

Sudah menjadi jalan hidup Jaemin yang selalu di berkati dengan kesibukan.

"Aaaarrrghhhhhhh!!!!!!!!!"

Sraaaaakkkk

Tangan Jaemin mengobrak-abrik apa saja yang ada di depannya. Terkesan brutal, itu lah sifat yang belum pernah di ketahui oleh Jeno.

Yang Jeno tau, sosok Nana baginya adalah makhluk pribumi yang tidak banyak bicara.

Tidak heran, kalau Jeno selau menyebutnya dengan 'Mr Simple'.

Jaemin segera pergi dari ruangannya, menuju basement kantornya. Langkahnya panjang serasa persetan dengan sifat toleransi nya. Banyak orang yang menyapa dan menunduk hormat padanya, namun di acuhkan dengan nyalang.

Mobil Jaemin melesat membelah keramaian jalan. Kedua mata elangnya menyorot tajam ke arah jalanan, saat ini Jaemin hanya ingin bertemu dengan Jeno.

Jaemin sesekali melirik cincin yang melingkar di jari manisnya. Lidahnya kelu bersamaan dengan lirikan matanya yang perlahan merah berair.

Laju mobil Jaemin semakin kencang saja. Ada rasa yang tidak bisa di ungkapkan, namun senyum tipis kembali terbit dari bibir ranum nya. Ketika gerbang rumah Jeno tersorot oleh lampu mobilnya.

Mr Simple ( JAEMJEN ) end Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang