18) No Probs (!)

3.2K 316 18
                                    

Jeno memutuskan untuk mengayuh sepedanya, membeli kinder joy di alfamart seorang diri. Karena Jeno nggak bisa naik motor, jadi pagi ini ia bersemangat untuk mengeluarkan sepeda lama nya yang selalu menemani hari-hari nya ke sekolah.

Semenjak kenal Jaemin, tubuh bongsor nya kurang olahraga karena Jeno selalu di antar jemput oleh Jaemin sejak mereka bertunangan. Tapi kalo masalah olahraga di ranjang, Jeno akan lebih bersemangat kalo Jaemin serius.

Sepeda itu di beli oleh Luna karena saat itu Luna mendapat arisan. Sudah empat tahun usia sepeda itu.

Walau dengan modal sepeda dan baju sederhana anak rumahan yang melekat di tubuh nya, tidak mengikis aura manis dari wajahnya yang memang sudah melekat dari lahir.

Jeno menyapa siapa saja yang ia lewati, termasuk orang-orang yang sedang berjibaku dengan kegiatan mereka masing-masing. Karena rumah Jeno masih termasuk daerah pedesaan.

Anak itu meninggalkan ponselnya, jangan sampai mood secerah batu mulia dari wajahnya redup karena gangguan situs online.

"Haechannn!!!" teriak Jeno, mendapati anak itu sedang menggembalakan kambing.

Jangan salah, papah Haechan terkenal karena banyak nya hewan ternak yang di miliki. Di ujung jembatan, tampak Hendery sedang membabat rumput menggunakan celurit.

"Mass Hendery bawa mantan ya?!!!" teriak Jeno, kemudian anak itu tertawa.

Pantat Jeno terangkat tinggi, membiarkan kedua kaki nya mengayuh dengan tenaga dalam.

Sampainya di alfamart, Jeno mengambil dompet nya dari saku. Jeno berjalan menyapa mbak kasir. "Mbak, kinder ada?"

"Tumbenan naik sepeda, lagi kumat apa kau ini?" Jeno tidak menjawab, bola matanya berotasi dengan cepat.

"Udah gede beli nya kinder, beli ini dong"

"Kondom!!!? Buat kamu aja mbak, nggak sopan itu namanya. Kalo bisa mah, Jeno nggak perlu pake mbak. Udah lihai!" —jeno nggak sadar kalo dirinya botty.

Si mbak kasir tertawa, anak Luna emang luar biasa. Bisa menyangkal segala toxic tanpa membuat si onar tersinggung sedikitpun.

Dua belas butir kinder sudah di tangan Jeno. Langkahnya menuju tempat di mana makanan manis bisa ia temukan. Tidak memerlukan waktu lama, keranjang Jeno penuh oleh makanan. Tidak lupa membeli kopi sachet karena yang ja takutkan jika sewaktu-waktu temannya datang tak diundang.

Otot Jeno begitu sekal, kini menjunjung keranjangnya dengan satu tangan.

"Totalnya empat ratus tujuh luluh lima ribu rupiah, kembaliaannya buat donasi ya Jen"

"Enak aja! Donasi tuh kalo kembalian Jeno tinggal goceng, lah ini masih dua puluh lima rebu mbak, aing genepin buat beli sempak aja ye!"

Mbak kasir menganga lebar, Jeno benar-benar mengambil barang yang baru ia sebutkan.

Ngadepin anak model beginian emang harus panjang ususnya. Mbak kasir menggeleng setelah meng-scan dalaman pria yang diambil Jeno.

Jeno membawa belanjaannya keluar, cukup banyak dan berat.

"Aduh, dimana ya?" sebuah geraman menginterupsi gendang telinga nya.

Seorang pria dengan tinggi semampai tampak mencari sesuatu di depan alfamart tempatnya berbelanja. Jiwa inisiatifnya begitu tinggi, Jeno meletakkan belanjaannya di lantai dan menghampiri orang tersebut.

Pria berbusana formal itu terlihat panik dengan keadaan yang di alami nya saat ini.

"Mass, ada yang bisa saya bantu" —ujar Jeno, agak ragu manggil mas tapi pria itu terlihat lebih matang dari nya.

Mr Simple ( JAEMJEN ) end Where stories live. Discover now