28. The Secret

2.5K 256 10
                                    

Masih terpapar jelas aura kesedihan dari iris mata hitam Jeno. Tubuhnya luruh di sudut kamarnya.

Jeno menolak ajakan Yeri untuk pulang ke rumah nya. Bi Minah yang menyaksikan tragedi berpulangnya Jeno ke rumah pasca acara pesta membuatnya menelpon Tuan Muda.

Tetapi usaha nya gagal ketika Jaemin menolak panggilan itu.

Kesedihan yang tidak bertepi, rasanya ingin sekali Bi Minah memberi peluk hangat pada bayi yang satu ini tetapi ragu. Bagaimana kalau sampai Jeno menolak dan ngamuk ketika di sentuh oleh wanita yang tabiatnya hanya seorang bibi ini.

Pelataran rumah Jaemin sudah di padati oleh teman-teman Jeno sendiri. Suasana begitu ramai seperti akan ada demo besar-besaran. Apalagi mereka saling geber motor, ada juga yang malah ngambil kesempatan buat berenang di depan rumah Jaemin. Oknum itu adalah Haechan dan Renjun.

"Kolam renang orang kaya mah beda nggak kaya waduk, keruh nya minta ampyun!!" seru Haechan sebelum mentas dari sana.

Kedua mata Yeri mengedar tajam. Tidak ditemukan sosok bangchan di sini. Apakah ia masih berurusan dengan polisi, karena main hantam wajah orang sembarangan?

Tetapi tidak berlangsung lama, kebingungan mereka yang sedari tadi menunggu Jeno keluar rumah pun kini terjawab oleh sebuah mobil Porsche warna hitam yang memasuki gerbang.

Semua tercengang, ketika bangchan keluar dari mobil itu. Yang lebih membuat mereka merasa berada di alam mimpi saat ini, ketika Jaemin keluar dengan menyeret tangan Jaehyun yang sudah babak belur sana-sini.

Paras rupawan Jaemin tampak mendidih, dengan kedua mata nya yang menatap bengis pada sosok yang ia seret di belakangnya.

Haechan yang masih di dalam kolam kini pun mengambil nafas dan menyelam. Si tuan rumah pulang dengan keadaan tidak baik-baik saja.

Namun jauh di luar prediksi, sifat anarkis Jaemin membuat raganya bergerak untuk membuang si Jaehyun ke dalam kolam. Surai hitam jaehyun ia cengkeram dan berulang kali menenggelamkan kepalanya ke dalam air ber-kaporit itu.

Jaemin tidak takut kalo semisalnya nanti Yuta dan winwin mengetahui watak bengis anaknya yang nyaris membuat Jaehyun mati.

Teman-teman Jeno mendekati bangchan dengan ribuan pertanyaan lolos dari mulut mereka. Bangchan tersenyum gagah, seolah-olah ialah sang pahlawan.

"Aku mengenal pria ini, perusahaan ayahku bangkrut karena otaknya yang licik" hembusan nafas lega perlahan keluar dari rongga hidung Guanlin yang meremat dadanya.

Guanlin syok bukan main. Ini bukan mimpi, pantas saja korupsi dimana-mana. Dan buku IPS Ekonomi pun semakin menebal.

"Jadi,"

"Ya- dia sudah menyusun rencana untuk menenggelamkan perusahaan om Yuta. Dia benar, dunia begitu sempit." Ujar bangchan, batik coklat yang ia kenakan oun koyak. Sepertinya pertarungan sengit pun terjadi di tempat pesta. Wajar kalau bangchan tampak marah ketika Jaehyun memasuki ruangan mereka waktu itu.

Jaemin masih mencengkeram tengkuk Jaehyun, tidak ada ampun. Haechan yang masih di dalam air bisa melihat air yang tadinya jernih kini berubah merah karena darah dari kepala Jaehyun yang mengucur deras.

"Aku pikir Jaemin akan marah karena peristiwa ini, tetapi tidak. Dia memanggilku sewaktu di basement kantor, kemudian aku ceritakan semuanya. Kita tau, Jeno tidak mungkin bermain belakang bukan?" Ucapan bangchan di benarkan oleh Han yang mengangguk setuju.

🐰🐶

Satu jam berlalu, tubuh Jaehyun terkapar di atas dinginnya keramik pinggir kolam. Mobil polisi pun kini mengepungi rumah Jaemin.

Membawa sepasang borgol besi, untuk mengamankan Jaehyun.

"Saya banyak mengucapkan terimakasih tuan Na, mungkin kalau tidak ada anda si tikus berkepala hitam ini tidak akan tertangkap" Jaemin tidak menjawab, lidah di dalam bibir tipisnya begitu kelu untuk berucap.

Tubuh basah Jaemin kini berlari otoriter ke lantai atas lewat tangga samping rumah. Bergerak langsung menuju kamar si manis di lantai tiga.

Sesampainya di lantai tiga, tangan Jaemin melambai pada bangchan yang mulai menggiring teman-temannya untuk pulang.

Bangchan tersenyum , "untuk Jeno, semoga kau bahagia selalu" monolog nya.

Jaemin menggedor pintu kamar Jeno, ada perasaan khawatir menyelimuti relung hati nya.

Jaemin mengingat ia meninggalkan Jeno tanpa sepatah kata pun, lebih banyak raut marah yang tertangkap oleh kedua mata sembab Jeno saat itu.

Mendengar pintu kamar di gedor dari balkon, Jeno melangkah sambil mengucek kedua matanya.

Jaemin tidak perduli walau tubuhnya bau anyir darah, pelukan hangat dari Jeno saat ini sangat ia butuhkan.

Jeno bergerak cepat membuka pintu itu, susah payah karena di kunci dan akhirnya berhasil juga.

Tangan Jaemin menarik pergelangan tangan Jeno, meraih tubuhnya ke dalam dekapan hangat.

"Maaf, maafin mass. Maaf sayang, maaf, mass Nana minta maaf hmmm" Jeno tidak menangis, namun bingung. Kedua matanya menangkap sosok Haechan yang berjalan sempoyongan dengan kolor hitam di pinggiran kolam.

"Mass Nana, nggak salah kok" sepertinya, air mata Jeno benar-benar kering.

Tidak ada tangis, hanya peluh sebesar biji jagung yang perlahan turun dari pelipisnya.

"Harusnya, mass minta maaf sama dede. Dari tadi nyariin papahnya" jeno mundur satu langkah, bercak darah yang menempel di baju Jaemin membuatnya mati-matian nahan muntah.

Jeno menyembulkan perutnya, sudah terbentuk dan bisa di lihat oleh Jaemin yang kini meluruhkan badannya. Mengecup perlahan lahan perut Jeno, mengusapnya hingga empunya kegelian.

"Mass Nana habis motong kambing ya? Kok bajunya banyak darah, hueeeekkkk"

"Ah, mass mandi dulu. Nanti mass ceritain semua!"

Jaemin berlari menuju kamar mandi, sungguh peristiwa yang tidak pernah di duga sebelumnya. Beraninya berurusan dengan mantan preman, saat ini atau kedepannya nanti Jaemin hanya bisa pasrah dan memfokuskan tabiatnya sebagai calon ayah.






17/03/2023

Mr Simple ( JAEMJEN ) end Donde viven las historias. Descúbrelo ahora