33) he is my DAD

2.6K 224 4
                                    

Setelah mendapat ultimatum dari sensasi cempreng nya suara Haechan, Jaemin langsung pulang ke rumah. Bayangin aja kalo nggak ada Haechan, mungkin maksud Jeno memberi tau sesuatu yang urgent itu belum juga kesampean.

Jeno ngeliatin halaman rumah dari jendela kamarnya. Begitu lega nya melihat mobil suami masuk ke garasi rumah.

Raganya ingin terjun ke bawah, namun ada raga yang harus ia lindungi yakni jaemin kecilnya.

Jeno nggak tau harus berbuat apa, yang jelas kini ia mulai menangis. Mengingat peraduan seorang Yunho yang memohon sampai bersujud, perihal keringanan hukum untuk anaknya. Tidak ada orang tua yang membiarkan anaknya menderita, kecuali —orang tua Jeno sendiri.

Tidak berharap lebih, siapa orang tua Jeno sebelum Luna. Yang Jeno pikirkan saat ini adalah kebebasan Jaehyun, seorang oppa yang sedang berkorban untuk menemukan kembali anaknya setelah ia kehilangan suami kecilnya.

Ceklek

Pintu itu terbuka, Jeno berlari meraih tubuh Jaemin. Kedua tangan Jeno menyelip pada lipatan ketiak Jaemin, kepalanya membenam di dada bidang berbalut pakaian formal yang masih melekat sempurna.

Jaemin tidak bersuara, kehadiran tangis di mata Jeno baginya adalah sesuatu yang menyiksa. Jaemin menarik punggung Jeno, mengelap air matanya.

"Aku sudah tau, sekarang ikut aku turun" ucapnya dingin.

Jaemin melewati haechan yang sedari tadi berlindung diri di bawah meja depan kamar. Nafas haechan keluar dengan lega, tidak ada penyerangan dari Jaemin setelah kata-kata marjinal anti gledek keluar dari mulutnya.

Haechan lemas, kemudian pingsan di sana.

Jaemin tidak mengijinkan semua nya masuk ke dalam huniannya. Hanya ada Yunho, seorang pria mungil berpawakan seperti winwin dan seorang tahanan yang selalu menatap tajam ke arah Jeno tadi.

Jaemin duduk santai, satu kaki nya melipat ke paha. Tidak terpapar rasa takut di wajahnya, mimiknya santai namun garang.

Jeno mengambil posisi duduk lebih jauh dari Jaemin, lebih dekat dengan winwin.

"Saya sampai meninggalkan rapat penting di kantor saya" ucap Jaemin, masih dengan wajah datar nya.

"Maafkan kami Tuan, saya Jaejoong. Sangat wajar bagi saya untuk mengkhawatirkan kondisi anak saya"

"Di dunia ini tidak ada orang tua yang salah, kecuali —orang tua yang tidak tau diri" ucapan Jaemin memotong pembicaraan Jaejoong. "Jaehyun, sudah membuang anaknya sendiri. Bukankah, jeruji besi adalah tempat strategis untuk kesalahannya selama ini?"

"Tidak, bukan dia yang membuang anaknya! Tetapi dia!!—" sangkal Jaejoong, menunjuk Jaehyon.

Lirikan iblis dari mata Jaeyon tertuju pada telunjuk Jaejoong, tidak ada rasa takut dari pria itu.

"Lalu, kemana saja Jaehyun ketika mengetahui anaknya terbuang seperti sampah hmm? Orang tua memang selalu mendewakan bisnis nya dari pada darah dagingnya" —jaemin curi-curi pandang ke arah winwin.

Boom!

Tidak ada yang berani menyangkal perkataan dari mulut tipis Jaemin yang harus membuat orang menebalkan nyali sebelum berhadapan dengannya.

"Pada saat itu, kami memang sedang mengadakan pesta"

"Pesta atau perang saudara, saya tidak perduli. Kedatangan kalian kemari hanya membuat beban bagi saya dan keluarga saya!"

Aura pria matang bernama Jaemin Aloysius memang luar biasa, tidak ada yang berani menatap bria bertampang badas ini.

"Saya bebaskan, dengan satu syarat! Jangan ganggu kehidupan saya dan keluarga saya lagi, dengan sopan tinggalkan rumah saya sekarang juga" tubuh Jaemin menegak, jas hitamnya tersibak ke belakang.

Mr Simple ( JAEMJEN ) end Where stories live. Discover now