satu

1.7K 144 9
                                    





Gadis dengan seragam SMA mengusap air matanya kasar. Tidak percaya dengan hal yang baru saja dikatakan oleh laki-laki yang duduk di kursi kemudi itu.

"Gini doang gak bikin gue percaya, bocah!" Jeonghyeon melempar satu buah testpack bergaris dua ke atas pangkuan gadis di sebelahnya. Gadis itu—Liana—melempar kembali testpack tersebut bersama testpack-testpack positif lainnya tepat ke muka Jeonghyeon.

Calon Mama muda.... Seharusnya tidak bisa disebut gadis lagi.

Lian memukul lengan Jeonghyeon secara brutal. Tentu tidak terima dengan apa yang laki-laki itu katakan. "Sialan lo! Tanggung jawab anjing!! lo yang maksa gue!" Lia meringis karena Jeonghyeon terlalu kuat menggenggam tangannya yang terus memukuli Jeonghyeon.

"Lo bisa diem gak sih!? nyesel gue pacaran sama bocah."

"Gugurin aja sih. Lagian kan lo juga penyakitan." Lanjut Jeonghyeon yang setelahnya mendapat tamparan keras dari Lian.

Yang lebih muda keluar dari mobil karena tidak sanggup lagi mendengar lebih banyak kata-kata jahat dari yang lebih tua. "Dasar lo pedofil! cuih!" Lian meludahi bangku penumpang mobil Jeonghyeon sebelum menutup kasar pintu mobil.

"PEDOFIL DARI MANANYA ANJIR!?" Teriak Jeonghyeon yang tidak diindahkan Lian.

Sebelum benar-benar pergi dari sana Lian memukul depan mobil Jeonghyeon menggunakan tasnya yang penuh dengan buku-buku tebal membuat Jeonghyeon semakin kesal dengan tingkah laku mantan(?) pacarnya itu.

_______________________

Lian pulang ke rumah dengan menaiki bus. Ia sudah terlalu lelah dengan semua ujian akhir sekolah ditambah lagi dengan masalah Jeonghyeon. Di dalam bus, Lian mengirimi pesan kepada teman dekatnya bertanya apa mereka punya waktu untuk bertemu dengan Lian. Namun hingga Lian sampai di depan pintu rumahnya pun tidak ada satupun dari mereka yang membalas pesan dari Lian.

Ini bukan yang pertama kalinya mereka memperlakukan Lian seperti itu. Padahal jika Lian yang berada di posisi mereka ia tidak pernah menolak meski dirinya sendiri juga sedang sibuk. Ia ingin marah, tetapi sudah tidak sanggup karena tidak punya tenaga.

Lian membuka pintu rumah dengan perlahan hingga sedikit cahaya dari luar masuk menerangi ruang utama rumah tersebut. Sore itu cukup tenang walau sesekali terdengar suara angin yang bertiup kencang. Memang akhir-akhir ini cuaca begitu buruk, membuat suasana hati Lian pun ikut memburuk.

Di rumah yang cukup luas itu Lian tidak tinggal seorang diri. Ia tinggal di sana bersama kedua Orangtuanya dan satu adik laki-laki yang hanya berjarak 4 tahun dengan Lian.

Lian berjalan perlahan menuju kamarnya. Hatinya sedikit gelisah karena suasana tidak enak yang timbul akibat dari penghuni rumah yang belum pulang. Walau hal demikian bukan pertama kalinya bagi Lian, tapi hal tersebut tetap mampu memancing kegelisahan setiap kali ia mengalaminya.

Hari semakin gelap dan tampaknya hujan lebat akan segera turun. Lian berharap anggota kelurganya yang lain segera sampai di rumah dengan selamat.

Setelah membersihkan diri dan berganti pakaian Lian berbaring di atas kasurnya. Ia tidak ingin memikirkan apa saja yang sudah terjadi hari ini karena tidak ada satupun hal baik.

Lian memejamkan mata, mencoba untuk tidur namun rasanya begitu sulit. Sakit kepalanya kambuh lagi. Berkali-kali Lian mencoba mencari posisi ternyaman tapi tidak kunjung ketemu.

"Lama-lama gue copot juga ini kepala." celetuknya sembarangan karena rasa sakit itu rasanya semakin parah.

Lian mencoba untuk duduk dan alhasil kepalanya seperti berputar disertai nyeri pada dadanya. Ia mematikan semua penerangan di dalam kamar tersebut untuk meredakan rasa sakit di kepalanya. Di tengah kegelapan ia mengambil ponselnya, mencoba menghubungi seseorang untuk meminta bantuan.

Ia tidak terlalu berharap karena mungkin sama seperti sebelumnya, tidak ada yang akan menanggapi Lian dengan serius.

Dan ternyata benar, tidak ada yang bisa ia mintai bantuan.

Kecuali Jeonghyeon, satu-satunya orang yang tersisa. Namun Lian tidak ingin meminta bantuan pada orang yang ia maki-maki beberapa jam yang lalu itu.

"Lijeong sialan! semoga lo kena Sindrom Couvade biar tahu rasa!"

Pada akhirnya Lian memaksakan diri (lagi) untuk tidur. Cukup lama bagi Lian agar bisa tertidur walau pada akhirnya ia terpaksa untuk bangun karena suara pintu yang diketuk secara brutal dari luar.

Lian keluar dari kamar, dan rumahnya masih kosong sama seperti waktu ia pulang tadi sore. Di luar hujan masih deras, hati Lian sedikit lega karena mungkin saja yang mengetuk pintu adalah anggota keluarganya yang lain.

Namun saat membuka pintu utama rumah tersebut ia sedikit kecewa. Di sana yang berdiri bukan Ayah, Ibu, maupun adiknya. Melainkan tetangga yang berjarak beberapa rumah dari rumahnya yang juga merupakan karyawan Ayah Lian.

"Loh kak Ji??? Ayah mana?? Ayo masuk dulu." Lian mempersilahkan tamunya untuk masuk.

"Kamu udah makan?? Pasti belum kan?? Ayo pakai jaket aja, gak usah ganti baju. Kakak anter cari makanan."

Lian bingung mengapa tamunya ini datang-datang mengajak pergi mencari makanan.

Malam-malam begini.

Disuasana hujan yang lebat.

"Eh gak usah kak. Sakit kepala Lian kambuh lagi, jadi males keluar. Lian nunggu Ayah, Ibu sama adek di rumah aja." tolaknya.

Namun sepertinya tamu Lian ini tidak mengerti dengan ucapan Lian. Ia terus memaksa agar Lian mau ikut dengannya. Pada akhirnya Lian mengiyakan ajakan tersebut karena merasa kasihan pada 'Kak Ji' nya yang terus memaksa.

45 menit menaiki mobil. Lian akhirnya sadar kalau sedari awal sebenarnya ia tidak benar-benar diajak untuk mencari makan.

Malam itu benar-benar menjadi malam yang tidak akan pernah ia lupakan dan akan selalu menjadi penyesalan Lian seumur hidup.











Disclaimer!
Semua cuma karangan.
Kalau ada kesamaan tempat, waktu, kejadian, maupun karakter dengan cerita lain. Itu hal yang tidak di sengaja dan ada di luar kendali aku.
Bijak ya, jangan sangkut pautin karakter Lijeong disini dengan yang di rl walau author makai fisualisasi Lee Jeonghyeon🙏🏻







btw Lijeong ijo😍😍😍

btw Lijeong ijo😍😍😍

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

©Jiwoongitis

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.



©Jiwoongitis

Baby [SELESAI] | Lee Jeonghyeon Where stories live. Discover now