sembilan belas

663 90 15
                                    

guys komen dong :( minta maaf karna udah ghosting... jangan disiderin pls.






"Akhirnya di temenin juga ya sama suami." Sindir dokter begitu Lian memasuki ruangan bersama dengan Lijeong. Lijeong yg mendengar itu pun hanya tersenyum kikuk.

Dokter pun mulai melakukan pemeriksaan. Selama pemeriksaan dilakukan semua yang ada di dalam diam, baik Lijeong maupun Lian tidak ada yang bersuara. Suasana tegang itu jadi berdampak pada Lian. Lian mengaduh memegangi perutnya yang tiba-tiba terasa keram saat sedang menjalani USG.

"Dok?" panggil Lijeong kepada Dokter yang sudah menjauhkan alat USG dari perut Lian. Sang Dokter dan Lijeong saling pandang sebentar. Sebelum sang Dokter menghela napas dan memandang Lian yang sedang membenarkan pakaiannya dibantu seorang perawat.

"Waktu kontrol yang lalu, Lian ngeluh bayinya jarang aktif." ujar Dokter saat ia dan Lijeong sudah sedikit menjauh dari Lian. Lijeong berusaha tetap tenang, ia diam sampai Dokter menyelesaikan kalimatnya.

"Kami perlu izin untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut."

Setelah menyetujuinya, Lijeong menunggu di meja Dokter. Setelah melakukan pemeriksaan lebih lanjut itu pun Lian yang masih belum diberi tahu apa-apa duduk di sebelah Lijeong dan menunggu Dokter menjelaskan kepada mereka.

Tidak ada suara apapun yang terdengar sejenak setelah Dokter duduk di hadapan mereka selain suara kertas yang di bolak-balik. Di balik meja Dokter itu, Lijeong kembali menggenggam tangan Lian berusaha meyakinkan kalau tidak ada hal buruk yang terjadi.

"Di kontrol sebelumnya saya sudah jelaskan kalau bayinya kurang aktif bergerak karena ibu yang terlalu stress. Di tambah sebelum ini ibunya juga pernah komsumsi pil aborsi. Di USG pertama tadi detak jantung bayinya tidak terdeteksi...." Dokter sengaja menggantung kalimatnya. Ia memandang bergantian pasangan muda di depannya, memberi sedikit saja waktu untuk mereka mencerna perkataannya barusan.

"Setelah melakukan pemeriksaan lebih lanjut, dengan sangat berat hati saya harus meminta maaf. Kandungan Lian mengalami stillbirth, bayinya sudah meninggal di dalam kandungan sejak dua hari yang lalu."

Lian terdiam berusaha menolak fakta barusan. Begitu ia tersadar, Lian langsung melonjak berdiri dari kursinya sehingga genggaman tangan Lijeong terlepas dari tangannya.

Lian tidak dapat menerima. Telinganya mendadak menuli, tidak sadar dengan Lijeong yang terus memanggil sambil mengguncang bahu Lian agar wanita itu sadar akan sekitar.

Lian mengangkat pandangannya menatap Lijeong. Begitu mata mereka saling beradu, tangis Lian pecah begitu saja.

"Kakak....." suara Lian tidak mampu keluar karena tercekat. Ia memukul-mukul dadanya sendiri karena mulai merasa kesulitan bernafas. Berkali-kali Lijeong memanggil nama Lian yang mulai tidak dapat mengontrol diri.

Di sela-sela tangisnya Lian menyalahkan dirinya sendiri atas apa yang sudah menimpa bayi mereka. Pun dengan Lijeong yang tidak dapat berkata. Lidahnya terasa kelu berbicara.

Kalau dipikir lagi, Lijeong mengambil peran paling besar untuk semua ini. Jika saja waktu itu ia tidak kasar kepada Lian, mungkin saja mereka masih bisa menanti kelahiran bayi yang di kandung Lian.

Mungkin saja ini adalah sebuah ganjaran. Di saat mereka tidak menginginkannya, bayi itu dengan kuat tetap bertahan di dalam perut Lian. Dan di saat semua orang sudah mulai berdamai dengan keadaan, begitu juga dengan Lian dan Lijeong yang sudah menerima calon anak mereka....

......Bayi itu pergi sebelum sempat bertemu dengan kedua orangtua yang dulu tidak menginginkan dirinya.























apa yah....

Baby [SELESAI] | Lee Jeonghyeon Where stories live. Discover now