end of chapter

1K 94 20
                                    

nanggung. sekaligus aja.

btw udah liat tiktok terbarunya belum?🙂 beneran cogil bikin gila










Butuh waktu lama bagi Lijeong dan Lian untuk bangkit dari keterpurukan. Apalagi Lian yang mengalami dampak paling besar. Berbulan-bulan setelah menjalani operasi untuk mengeluarkan janinnya yang sudah meninggal, Lian tidak mau berbicara kepada siapa pun tanpa terkecuali.

Ia selalu diam di dalam kamar tanpa pencahayaan, marah kepada siapapun yang mencoba membuka gorden agar cahaya matahari dapat masuk melalui jendela.

Hingga satu tahun berlalu. Meski belum sepenuhnya berdamai pada keadaan, Lian perlahan mencoba menjalankan aktifitas seperti biasa. Walau sering kali berakhir dengan sebuah lamunan yang terkadang membahayakan dirinya sendiri.

Hingga pada satu titik, di saat Lijeong yang sudah lelah tanpa sadar membawa kebiasaan buruknya dengan berkata kasar. Disaat itulah meski tidak sepenuhnya bermaksud demikian Lian meminta diceraikan. Lalu pada malam harinya, hampir saja ia menabrakkan dirinya pada mobil yang sedang berlalu lalang jika tidak dihalang oleh Lijeong.

Di tahun berikutnya, saat semua sudah baik-baik saja. Pasangan itu mengadopsi seorang anak dari panti asuhan. Bukan karena Lian yang sudah tidak bisa hamil lagi. Tapi untuk menemani Lian yang merasa kesepian sebab Lijeong yang sibuk kuliah dan Munjung yang sudah mulai masuk sekolah lagi.

Di kala itu, baik Lian maupun Lijeong tidak jatuh cinta pada anak yang terlihat paling pintar maupun paling sehat. Tetapi pandangan mereka jatuh pada seorang anak yang umurnya satu tahun di bawah Lili. Balita yang waktu itu berumur 4 tahun, yang tidak sehat fisiknya karena terkena asma diangkat oleh Lijeong dan Lian menjadi anak mereka.

Anak itu, mereka ganti namanya menjadi Juni karena Juni adalah bulan dimana pertama kali mereka bertemu.

"Juni, adek bisa gak? Ngomong Bunda?"

"Una?"

"Bunda, sayang. Buunnda." ajar Lian pada Juni yang belum lancar berbicara diusianya yg ke 4 tahun.

"Bunda?"

Lian mengangguk sambil tersenyum. Jari telunjuk Juni ia ambil lalu dengan pelan Lian gerakkan untuk menyentuh pucuk hidungnya.

"Iya. Ini Bunda, itu Papa." Dari pucuk hidungnya, Lian mengalihkan telunjuk Juni kearah Lijeong yang baru saja masuk ke dalan kamar mereka.

Begitu hari-hari mereka dihabiskan dengan memberikan semua kasih sayang kepada Juni. Bentuk balasan karena mereka tidak sempat memberikan itu semua kepada anak kandung mereka.

Setahun, dua tahun berlalu. Juni kini telah masuk usia untuk duduk di bangku sekolah dasar. Lijeong pun sudah menyelesaikan perguruan tingginya. Semakin baik pula kehidupan mereka.

"Bunda kenapa?" tanya Juni yang tidak tahu menahu memeluk leher Lian dari belakang di saat mendapati Bunda cantiknya duduk di atas ranjang berjam-jam tanpa melakukan apapun.

Lian menolehkan kepalanya kebelakang, dan langsung menangis ketika bertemu pandang dengan Juni. Juni yang terkejut melepas pelukannya dari leher Lian mengira kalau ia sudah menyakiti Bunda.

"Papa... Apa Bunda nangis karena adek?" Lijeong yang baru datang duduk di sebelah Lian dan membawa Juni untuk duduk di atas pangkuannya. Dengan cepat Lijeong menggeleng agar Juni tidak ikut menangis bersama Lian.

Lian yang mendengar pertanyaan itu keluar dari mulut Juni langsung berhambur memeluk Juni yang otomatis dirinya memeluk Lijeong sekaligus. Meski merasa sesak berada di pelukan dua orang dewasa, Juni tidak protes. Pikirnya biarlah begitu asal Bundanya berhenti menangis.

"Adek maafin Bunda ya sayang?? Seakan gak puas nyakitin anak kandung Bunda, sebentar lagi kayaknya Bunda juga akan nyakitin perasaan Juni."

"Lian, jangan ngomong gitu di depan Juni. Dia masih terlalu kecil buat ngerti."

Juni hanya diam mendengar percakapan kedua orangtuanya yang tidak ia mengerti sama sekali.

Saat ia dan Lijeong berkonsultasi ke dokter untuk mulai mengikuti program kehamilan, yang Lian dapati malah dirinya yang ternyata terkena kanker serviks. Ia jadi mengingat kembali kesalahan yang ia dan Lijeong lakukan bertahun-tahun yang lalu.

Lian tidak khawatir tentang dirinya yang mungkin saja dalam kasus ini tidak beruntung. Ia hanya khawatir akan menyakiti perasaan Juni yang harus tumbuh tanpa dirinya.

"Kalau memang sayang sama Juni kamu harus punya keinginan buat sembuh. Cuma dengan cara itu kamu gak akan melukai perasaan dia sebagai seorang anak. Cukup sekali kita melakukan kesalahan. Mungkin memang lukanya gak akan pernah bisa sembuh. Tapi setidaknya kita harus jaga luka itu supaya gak tambah lebar."

Tanpa Juni, luka Liana dan Lee Jeonghyeon akan selamanya ternganga dan bertambah parah. Tanpa Juni pula, suatu saat mungkin luka itu dapat menyakiti Lian dan Lijeong lebih dalam.


END















END

ओह! यह छवि हमारे सामग्री दिशानिर्देशों का पालन नहीं करती है। प्रकाशन जारी रखने के लिए, कृपया इसे हटा दें या कोई भिन्न छवि अपलोड करें।

Sepatah dua patah

ओह! यह छवि हमारे सामग्री दिशानिर्देशों का पालन नहीं करती है। प्रकाशन जारी रखने के लिए, कृपया इसे हटा दें या कोई भिन्न छवि अपलोड करें।



Sepatah dua patah.

Kataku sih ini happy ending ya.

rencana awal cuma 10 chapter malah jadi 20 chapter.

Makasih buat yang udah baca ini dari bulan maret sampai sekarang udah bulan Juni.

Terima kasih juga buat kalian yang udah mau support dan kasih cinta kalian buat Lee Jeonghyeon rl.

Aku nanti comeback dengan book baru. sering2 cek profile yah wkkwkw.

see you.

Baby [SELESAI] | Lee Jeonghyeon जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें