delapan belas

573 92 13
                                    

Lian memandangi salah satu kamar di rumah yang sudah ia kosongkan itu. Ia memperhatikan setiap sudut ruangan sambil mempertimbangkan apa saja yang akan ia letak di sana nanti.

Kandungan Lian sekarang sudah memasuki usia 28 minggu. Memang benar belum terlalu mendekati hari persalinan. Tapi tidak ada salahnya sudah mulai mendekor kamar untuk bayi.

Lian merasa mungkin saat ini dirinya sudah mulai bisa berdamai dengan Lijeong, dengan bayi mereka, dan dengan dirinya sendiri. Ia sudah mulai sedikit terbuka dengan Lijeong dengan membiarkan lelaki itu sekedar memeluk dirinya ataupun melayangkan kecupan di pipi Lian.

Menutup pintu kamar kosong itu pelan, Lian lalu beralih pergi ke kamarnya yang sudah mulai penuh dengan perlengkapan bayi. Besok atau lusa rencananya barang-barang itu akan mereka tata.

Ngomong-ngomong soal Lijeong, suami Lian itu kini sedang berada di dalam kamar mandi. Lijeong belakangan ini memang sedikit sibuk soal kuliahnya. Ia sering tidak punya waktu untuk mengurus Lian sehingga wanita itu harus melakukan ini itu sendiri walau terkadang di bantu oleh Mama sesekali.

Pintu kamar mandi terbuka. Lijeong dengan pakaiannya yang sudah rapi keluar dari sana. Ia berjalan mendekati Lian yang duduk di tepi ranjang sambil mengurus beberapa kain untuk perlengkapan bayi.

"Aku pergi dulu ya." pamit Lijeong dan segera beranjak setelah mengambil dompetnya yang ia simpan di atas nakas.

Lian menahan tangan Lijeong membuat langkahnya terhenti. Sambil mengerutkan kening Lijeong berbalik memandang Lian yang kini tengah berdiri di belakangnya.

"Kamu baru pulang, mau kemana lagi?"

"Mau ketemu temen bentar. Kenapa sih?"

"Temen kamu aja terus diurusin. Anak kamu lupain aja." kerutan di kening Lijeong perlahan menghilang. Ia memposisikan badan menjadi sepenuhnya menghadap Lian dengan tangan mereka yang masih saling bertautan.

"Kamu hari ini ada kontrol?? Kok gak bilang?"

"Aku baru aja ngingetin kamu tadi malam dan sekarang udah lupa?? Anak kamu apa bukan sih ini kok bisa-bisanya yang begini aja lupa."

"Jam berapa kontrolnya?" Lijeong yang malas berdebat segera mengalihkan pembicaraan. Ia mengecek jam di pergelangan tangan kirinya begitu Lian berkata kalau janji dengan dokter itu satu jam lagi.

Ia dengan cepat menyuruh Lian segera bersiap. Tidak butuh waktu lama, Lijeong pun mengendarai mobilnya membelah jalanan kota yang padat.

Saat sampai di rumah sakit, mereka menunggu sebentar karena jam janji masih sekitar 15 menit lagi. Di ruang tunggu yang hanya ada beberapa orang itu Lian dan Lijeong duduk di salah satu bangku panjang.

Kedua tangan Lian yang terasa dingin, mungkin karena efek pendingin ruangan ia satukan di atas paha. Lijeong yang melihat Lian melakukan hal tersebut sambil terus menunduk mengambil salah satu tangan Lian untuk ia simpan di dalam genggamannya yang hangat.

"Kenapa?" bisik Lijeong pada Lian agar suaranya tidak mengganggu yang lain. Lian mengangkat pandangannya mengarah ke Lijeong. Kepalanya lalu menggeleng pelan sedangkan tangannya yang bebas ia bawa untuk mengusap pelan perutnya.











Bentar lagi end ya🤡

maaf dah ngeghosting beberapa minggu ini😔

Baby [SELESAI] | Lee Jeonghyeon Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang