dua

1.2K 156 13
                                    

Satu setengah bulan sejak kejadian Lian memberi tahu Jeonghyeon bahwa ia sedang hamil, sejak saat itu Jeonghyeon tidak pernah lagi menghubungi Lian maupun sebaliknya.

Sebenarnya Jeonghyeon tidak ingin peduli lagi. Namun sesekali tersirat dalam benaknya untuk mencari tahu mengenai kondisi Lian. Tetapi kesibukan akibat tugas kuliahnya di semestar empat ini membuatnya mengurungkan niat tersebut.

Dia akui waktu itu memang ia yang salah. Tidak seharusnya ia memperlakukan Lian seperti itu. Tetapi sebagian di dalam dirinya menolak untuk mengaku.

Jeonghyeon dan Lian bukan pasangan baru. Mereka telah menjalin hubungan sejak Jeonghyeon kelas tiga SMA hingga beberapa bulan yang lalu.

Terkadang ia merasa bersalah pada Lian. Ia khawatir, karena terkadang Lian itu ceroboh dengan kesehatannya. Ia sering mengeluh tentang sakit kepala kalau dirinya terlalu banyak beraktivitas. Kalau minum es sedikit saja bisa radang dua hari penuh.

Lian tidak benar-benar dalam kondisi tubuh yang baik.

Dua minggu yang lalu Jeonghyeon memberanikan diri untuk sedikit mencari tahu keadaan Lian karena tidak tahan. Dia menghubungi adik Lian lewat sebuah pesan singkat yang sampai hari ini tidak dibalas oleh Junghyun.

Junghyun.......

Adik laki-laki Lian yang secara kebetulan memiliki nama yang hampir sama dengan Jeonghyeon.

Jeonghyeon, pacar Lian yang lebih sering dipanggil dengan Lijeong.

Lalu Junghyun, adik laki-laki Lian yang biasa dipanggil dengan Munjung.

Lijeong bertanya-tanya mengapa Munjung tidak membalas pesannya. Tidak mungkin Lian sudah memberitahu bahwa ia hamil kepada keluarganya. Sebab hingga saat ini hidup Lijeong masih damai, hanya sedikit terganggu karena ia benar-benar secara mendadak putus kontak dengan Lian.

Ingin mendatangi Lian ke rumah ia tidak memiki keberanian. Sedangkan kalau mencari ke sekolah Lian sudah tidak memungkinkan karena anak kelas tiga sudah selesai ujian dan mereka tidak lagi datang ke sekolah.

Sore itu Lijeong sedang duduk di sebuah cafe berniat mengerjakan tugas kuliahnya. Namun semua berakhir dengan percuma karena saat ini kepalanya hanya dipenuhi dengan Lian. Ia duduk sendiri di kursi paling pojok, dengan tembok cafe yang telah diganti menjadi kaca jernih yang menampakkan pemandangan jalanan yang dipenuhi oleh para pejalan kaki dan kendaraan roda empat serta roda dua berlalu lalang.

Ia terus memandang kearah jalanan hingga netranya menangkap seorang pejalan kaki dengan balutan dress berwarna hitam yang panjangnya selutut. Dengan cepat Lijeng membereskan tasnya dan keluar dari cafe tersebut untuk mengejar orang yang ia lihat tadi setelah membayar di kasir.

Lijeong hanpir kehilangan orang tersebut jika ia salah berbelok ke tempat yang lebih ramai. Di sana, dengan jarak 15 langkah Lijeong dapat melihat orang itu.

Itu Liana, berjalan sendirian seperti tanpa arah.

Buru-buru Lijeong berjalan agar jarak mereka lebih dekat. Segera ia menarik tangan Lian ketika sudah dapat digapai karena perempuan itu berjalan hampir di rute yang salah. Lambat sedikit saja mungkin ia akan disenggol pengendara  mobil maupun motor yang sedang buru-buru.

Lijeong menelisik Lian yang terlihat sangat berbeda dengan yang ia kenal. Wajahnya sayu, cahaya wajahnya sudah menghilang. Kata orang perempuan yang hamil akan terlihat lebih cantik dari pada biasanya. Namun yang Lijeong lihat sekarang hanyalah Lian yang memiliki tatapan kosong.

Lijeong menyentuh perut Lian. Berusaha mencari tahu apa bayi itu masih ada disana atau sudah tidak lagi. Ibu jarinya secara reflek bergerak mengusap perut Lian saat dirasanya perut itu tidak lagi rata.

Karena jika hanya dilihat sekilas, tidak akan ada yang sadar kalau Lian sedang hamil dengan pakaian seperti itu

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Karena jika hanya dilihat sekilas, tidak akan ada yang sadar kalau Lian sedang hamil dengan pakaian seperti itu.

Lijeong menghela nafas kasar. Kedua matanya terpejam sebentar berusaha meredam emosi dengan kedua tangan yang menahan bahu Lian.

"Gue kan udah bilang, gugurin aja."

Mendengar Lijeong berkata demikian, Lian mendorong tubuh laki-laki itu dengan pelan agar menjauh darinya.

Tanpa sepatah katapun. Ia pergi dari sana. Tidak memperdulikan Lijeong yang terus memanggil namanya dan mengikutinya dari belakang.










©Jiwoongitis

Baby [SELESAI] | Lee Jeonghyeon Donde viven las historias. Descúbrelo ahora