tujuh belas

736 105 15
                                    

"Adek gak papa kan? Kalau sekolahnya kita tunda satu tahun dulu?" Lian menyisir lembut rambut Munjung yang menjadikan pahanya sebagai bantal.

Munjung hanya berdehem singkat membuat dahi Lian menyernyit. Tangannya sontak berhenti bergerak di atas rambut Munjung. Dengan pelan Lian menarik Munjung agar mengambil posisi duduk berhadapan degannya di atas sofa yang ada di ruang keluarga rumah mereka.

"Adek kenapa?" tanya Lian dengan tangan yang bertengger di kedua bahu Munjung.

Munjung yang mendengar pertanyaan barusan menggigit bibir bagian dalamnya sambil berusaha mengalihkan pandangan. Pada akhirnya Munjung menunduk memandangi tangannya yang mencubit-cubit kecil pakaian Lian.

"Emmm kak... Sebenernya belakanga ini kepala adek sering sakit."

"Kenapa baru bilang sekarang!?" Suara Lian sedikit meninggi, ia bahkan tanpa sadar mengguncang bahu Munjung.

"Adek takut ngasih tau. Awalnya adek kira cuma sakit kepala biasa, tapi makin kesini malah makin sering."

"Bisa gak sih kamu tuh kalau ada apa-apa jangan di pendam sendiri? Kalau itu masalah serius gimana!?"


"Kenapa ini ribut-ribut?" Lijeong datang menyela sehingga atensi kedua kakak beradik itu teralihkan menuju Lijeong yang berjalan mendekati mereka.

Lian membuang nafas kasar. Ia lalu berdiri dari sana dengan mata yang masih memandang Munjung yang menunduk.

"Kasih tau Kak Ijong, dek. Kakak takut gak bisa kontrol emosi." katanya kemudian berlalu pergi menuju kamar.

Sepeninggal Lian, Munjung menceritakan semua kepada Lijeong yang duduk menggantikan posisi Lian tadi.

"Besok kita kontrol." Ujar Lijeong lalu hendak menyusul Lian namun tangannya di tahan Munjung.

"Kenapa??"

"Gue belum pernah ke makam Ayah sama Ibu loh,kak."

Lijeong terdiam sejenak. Ia memutar memori tentang Munjung yang memang benar belum pernah menjenguk makan kedua orangtuanya dengan Lian. Agak aneh kenapa baru sekarang anak itu mengatakan hal ini kepadanya setelah berminggu-minggu ia sadar.

"Kenapa baru sekarang pengen kesana?"

"Karena baru sekarang keadaan mulai normal. Rasanya kalau gue mintak kesana dari kemarin-kemarin gak tepat aja waktunya."

"Belum ada satupun keadaan yang normal dek asal lo tahu."

Baik Munjung maupun Lijeong sama-sama diam sejenak dengan saling pandang.

"Nanti deh." Ujar Lijeong sebelum beranjak dari situ.








Tadinya ini cuma 10-12 chapter tapi malah keblablasan ke chapter segini😭🤏

mampir ke work lain juga yah.

Btw tertarik gak kalau cerita Papa Lijeong sama Mama Taerae dibikin book terpisah?

Tapi publish kalau work ini udah selesai.

Kalau tertarik, kira2 anak zb1 yang bakal cocok siapa yah.....

Baby [SELESAI] | Lee Jeonghyeon Where stories live. Discover now