BAB 9

40 4 0
                                    

"Jack!" teriak Serra, dia sangat murka. Berkas New York Fashion Week yang akan di selenggarakan tiga bulan lagi terlihat hancur dan konsep yang di usung sangat tidak relatable dengan apa yang Serra inginkan.

Jaquine Adams berlari dengan separuh hak tingginya. Tujuh centi bukanlah perkara sulit bagi Jaquine untuk berlari. Semenjak Abrata Sera de León mengambil alih perusahaan, dia sudah terlatih untuk berlari dan mengejar semua deadline. Asisten paling sempurna menurut Skyline menjadi orang paling tidak kompeten bagi Serra.

"Ya Ma'am, aku di sini." Dengan terengah dan berusaha berdiri tegak, Jaquine tersenyum kepada Serra.

"Kamu tahu kenapa aku memanggilmu ke sini?" tanya Serra mendesis.

Jaquine terdiam dan mengangkat sebelah alisnya. Serra membanting berkas dengan lapisan hologram itu. "Kenapa konsep modelnya seperti ini? Apa kamu akan mengirim beruang ke sana? Bagaimana brand mau melirik jika kamu mengirim model yang begini rupanya!"

"Model is an image, we need to keep the consept, the face! Fierce Face, Jack. Bukan wajah-wajah artis pemain series Netflix." Serra membanting berkas itu dan menyugar rambutnya gusar."I can't imagine their become to be a model without training in here."

"Baik Ma'am."

"Baik Ma'am, apa kamu mengerti atau hanya berkata baik tanpa tahu harus apa kedepannya?!"

Jaquine terdiam lagi.

"Call them."

"Yes, Ma'am?"

"Call them, Jack. Suruh mereka datang kemari dan berlatih seperti model yang lain. Memangnya sementang mereka artis mereka melewatkan jadwal latihan? Apa mereka akan mewakilkan wajah brand dengan kaku?"

"Tidak Ma'am."

"Call them in fifteenth minutes!"

Jaquine buru-buru keluar ruangan dan segera menelpon beberapa artis dari agensi mereka yang diambil untuk bekerja sama dengan brand-brand fesyen Amerika untuk acara New York Fashion Week tiga bulan dari sekarang. Nama-nama itu adalah Ray Brown, Hero McGhie, Josephine Weedow. Diantara tiga nama itu, dua diantaranya adalah pemain peran, mereka terkenal karena salah satu serial di televisi berbayar dan cukup melambungkan nama keduanya. Sementara Ray Brown merupakan pembawa acara pada acara musik mingguan yang memiliki penggemar dimana-mana.

Serra keluar dari ruangannya, menekan tombol lift yang membawanya ke basemen, ruangan latihan para model. Serra hanya dapat melihat Ray Brown yang sedang menatap dirinya di cermin besar ruangan itu.

Pria itu tersentak akan kedatangan Serra, tersenyum dari cermin kepada wanita itu. "Apakah kamu model juga? Aku tidak tahu berapa orang yang akan dikirim ke New York Fashion Week."

Serra berjalan mendekat, bersedekap di dekat pria itu. "Oh ya?" Sebelah alisnya terangkat. "Beruntung sekali kamu masuk ke dalam neraka entertainment ini, Tuan?"

"Brown, Ray Brown and you?" Ray sepenuhnya berbalik dan mengulurkan tangannya. "I've never see you before?"

"Of course you not," jawab Serra angkuh. Dia melirik kuku-kukunya dan menjabat tangan Ray Brown dengan tegas. "Abrata Serra."

Mata Ray membulat. "Kamu pemilik agensi? Your name similiar to Skyline?"

Serra tidak menjawab dan malah melirik arloji Rolex Oyster nya dan mendesah pelan. "Lima belas menit, Jack?!"

"Yes Ma'am." Jaquine berlari dan hadir di depan Serra dengan telepon yang masih menyangkut di telinganya. "Baik, in five minutes can you?"

Serra menatap malas ke arah Jack. "Sudah lebih satu menit. Kemana dua talent lagi?"

"Theire still in take Ma'am. In five minutes?" tanya Jacquine meringis.

"Jika mereka tidak bisa. Kita yang akan gantikan dengan talent kita."

"Begini Ma'am. Bukannya aku-... Kita tidak bisa mengganti model, karena." Jacquine mengigit bibirnya. "Karena Mr. Mallory yang mengirim mereka dari DM Entertainment."

Serra mengerutkan dahinya. Sial, dia lupa akan hal itu. Archie adalah atasannya dan media pemain peran itu berada di bawah naungan suaminya. "Seharusnya mereka sadar diri, jika tidak bisa mengapa mengambil proyek ini?!" Serra sangat kesal. Waktu berharganya terbuang sia-sia. Seharusnya Serra melihat cara berjalan mereka dan menentukan banyak hal agar brand dapat terus bekerja sama dengan mereka. Semakin bagus para model berjalan dengan ciri khas mereka semakin kuat kerja sama antara brand yang akan di dapat.

"Bagaiman dengan aku Ma'am? Apa aku saja yang bisa berlatih?"

"Tidak bisa," ujar Serra mendesis. Matanya menatap tajam Ray Brown. "Batalkan saja."

"Ma'am?" Jacquine sangat terkejut. "Ma'am apa kita membatalkan kerja sama kita dengan brand?"

"Ya, jika talent tidak disiplin. Untuk apa bekerja sama dengan brand. Memalukan perusahaan saja."

"Ma'am aku bisa membawa nama perusahaan, tolong lihat aku berjalan," kata Ray memohon.

"Tidak bisa, out!"

"Ma'am please..."

"Jack beri tahu dia."

Jacquine tersenyum datar dan berbisik kepada Ray. "Do it."

Ketika Serra akan pergi, Ray berjalan mendahului wanita itu. Mata Serra langsung tertuju kepada cara berjalan pria itu yang sangat unik baginya. Bahunya terlihat tegap, tidak miring ke kiri atau dominan ke kanan. Lengannya meluncur sempurna ke bawah, tidak tertekuk atau terlalu lurus. Jari-jarinya seakan berkata aku siap dengan ini. Ketika Ray berbalik berjalan menghadap Serra. Mata tajamnya membuat Serra menarik sudut bibirnya. Mulut pria itu terjatuh rapat tetapi ada sesuatu yang membuatnya sedikit, sangat sedikit terbuka menambah kesan maskulin yang cukup baik. Kakinya, Serra tersenyum sinis. Kaki itu tahu apa yang harus dilakukan.

"Brown," panggil Serra tepat ketika Ray berdiri di hadapannya, "you in."

"And Jack, buang kedua artis Netflix yang sangat aku benci itu."

SERCHIEWhere stories live. Discover now