5.

17.9K 2.3K 267
                                    










Di mansion besar keluarga Leonardo, sedang ramai karena sang kepala keluarga besar memberi perintah untuk berkumpul.

Mereka semua berkumpul, mulai dari keluarga adik pertama Theo yang bernama Rafael Leonardo. Di susul oleh keluarga adik perempuannya, Kalista Leonardo. Serta sang adik bungsu, Kazawa Floren yang baru saja menikah 6 bulan yang lalu.

Sementara Tuan dan Nyonya besar Leonardo bernama, Leonardo Dash dan Rosalie Azza.

Mereka semua berkumpul di satu ruangan yang begitu luas. Ruangan yang di rancang khusus untuk keluarga besar Leonardo.

Serta bintang kita, Theodoric Leonardo atau El yang sedang meringkuk di tempat duduk single sofa. Badannya gemetar tak karuan. Dia memegang ujung belakang jas hitam Yoshi yang dia jadikan tameng persembunyiannya. Berharap tak ada yang melihat ia.

Padahal, dengan adanya Yoshi di depannya pun sudah menjadikan dia perhatian bagi seluruh yang ada disana.

"Anjing, kenapa aku disini! Mau pulang!!" serunya dalam hati. Dia ingin pulang, kenapa dia harus pergi ke pertemuan keluarga ini. Mereka ini keluarga Theo, bukan keluarga El.

Apa ini! Kenapa wajah mereka semua datar! Tidak ada yang cerah, tidak ada yang bermuka santai, tidak ada yang bermuka manis. Seram, El ingin segera pergi.

Dia ingin menikmati waktu santainya.

Suasana sangat tegang, dia sangat takut. Heyy, jangan salahkan El, salahkan keluarga Theo yang menakutkan.

"Bagaimana kabar kalian?" ujar Dash memecah keheningan. Dia menatap satu persatu keturunannya.

Tak anda yang menjawab, mereka masih menampilkan raut datar mereka. Hingga terdengar satu celetukan yang di layangkan oleh pemuda di sisi kanan El, "Kabar baik sebelum kakek meminta kami kemari."

Candra Deepa, putra sulung Kalista. Dia memandang datar Dash yang juga tengah menatapnya.

Dash menaikkan alisnya, "Kau tak suka?" Candra mengerlingkan matanya malas.

"Satu poin minus untukmu Candra. Besok, kakek tidak akan mengizinkan ibumu memberikan uang  saku padamu." Candra hanya mendengus. Dia sudah biasa dengan hukuman yang seperti itu. Dia tak takut, Candra sudah memiliki uangnya sendiri.

"Terserah."

Selanjutnya, Dash bertanya satu persatu pada mereka semua. Karena kakek tua itu tau bagaimana sikap keturunannya yang tak jauh berbeda dengannya dan istrinya yang berada di samping.

Sampai matanya menatap aneh sekaligus penasaran pada putra sulungnya yang sedari tadi tak terlihat karena tubuh besar Yoshi.

"Yoshi menyingkir."

Yoshi mengangguk sopan. Dia berniat pergi, tetapi Theo langsung mencekal Yoshi dan memeluk pinggang pria itu. "No, Yoshi." kepalanya menggeleng. Dia takut, jangan sampai dia di tinggal oleh Yoshi.

Yoshi melepaskan tautan tangan El, lalu dia berbalik menatap sang tuan yang terlihat gelisah, "Tak apa tuan, mereka keluarga anda." El menggeleng ribut. Dia memeluk Yoshi dari depan.

Tidak, biarkan saja dia kekanak kanakkan. Dia tak mau di tinggal Yoshi. Keringat di dahi Yoshi bermunculan ketika aura tak nyaman menusuk punggungnya.

Mereka semua yang ada di ruangan melihat interaksi mereka berdua. Mereka telah mendengar apa yang telah terjadi pada sulung Leonardo itu.

Tetapi mereka tak menyangka akan separah Ini.

Ketiga anak Theo sangat gemas. Mereka ingin sekali mendekati ayah mereka. Tetapi karena tempat duduk yang sudah di tentukan dan tak boleh di langgar membuat mereka hanya bisa menggigit pipi dalam mereka.

"Yoshi."

Okay. Yoshi minggat,  "Maaf tuan, kali ini kita ga kawan." tentu saja dalam hati.

"Yoshi!! Yoshii!" dia berdiri mengejar Yoshi yang berlari meninggalkan ruangan. Tidak, dia tak ingin di tinggal. Dia takut, kenapa Yoshi tega meninggalkannya.

Perlahan air matanya turun karena takut. Ini lebih seram dari pada atasannya. El lebih memilih di marahi atasannya sepanjang hari dari pada diam di ruangan bersama makhluk datar.

Itu menyeramkan.

Karena kehilangan sosok Yoshi. El berjongkok, wajahnya bertumpu pada lengan yang ia lipat di atas lutut. El menangis. Seumur hidupnya ia tak ingin berdiam di tempat yang mencekam ini.

Tempat yang bisa kapan saja mencekiknya.

"Huhuhu.. Yoshi, mau pulang."

Kala yang sudah tak sanggup pun berdiri. Mengabaikan peraturan kakeknya dan menghampiri sang ayah.

Dia menarik ayahnya untuk berdiri. Lalu memeluknya, "Tenang ayah. Tidak ada yang perlu ditakutkan, Kala disini."

Meskipun dalam hatinya, ingin sekali mencubit kedua pipi ayahnya yang entah mengapa sangat menggemaskan. Ayahnya tambah hari tambah membuat dia gemas. Padahal dulu, ayahnya itu tegas dan penuh wibawa.

Tetapi sekarang ayahnya mirip dengan anak singa.

"Ugh Kala." mata berkaca kacanya memandang Kala, kemudian memeluk Kala setelah yakin jika yg di depannya adalah Kala, putranya. "Kala huhuhu, pulang."

Kala tersenyum, "Iya ayah, kita pulang. Kerumah kita." El mengangguk lemah.

Kepalanya sedikit pusing karena beberapa hari ini makannya tak teratur. Dia tak nafsu makan karena banyak pikiran.

"Ugh."  El memegang kepalanya kuat. Dia mencengkram bahu Kala.

"Ayah?" Kala menangkup wajah ayahnya yang pucat. "Ayah. ayah baik baik-"

Belum sempat dia berucap, tubuh ayahnya lebih dulu limbung. Untungnya, Rafael mencegah tubuh kakaknya ambruk ke lantai.

Dash yang melihat semuanya itu menyeringai, "Hoo~  apakah kita kedatangan sesuatu yang menarik disini?"

Semuanya pun tersenyum penuh arti. Kecuali Jean dan Aresh mengejar sang ayah yang di bopong oleh Rafael.

Di sisi Rafael, pria itu juga tersenyum misterius. Senyuman mengerikan khas keluarga Leonardo.

Kala? Dia berdecak. Semuanya akan menjadi sulit.

















Typo? Tandai..

Thank's.



Tbc.









Ayah ✔Where stories live. Discover now