8.

14.5K 1.9K 57
                                    

"Katakan pada ibu, Theo. Siapa yang orang terakhir yang kamu ingat saat itu." Axxel mencoba mengorek informasi dari putranya. Mungkin informasi sekecil apapun bisa dia dapatkan.

El memiringkan kepala, "Siapa? Aku tidak ingat bu. Orang terakhir? Kapan? Dimana? Saat apa? Hari apa?" tanya El beruntun. Hey dia tak mengerti apa yang di tanyakan oleh ibu Theo.

Axxel menghela nafas sabar. "Lupakan. Sekarang jawab, apa kamu ingat kejadian itu?"

El makin di buat bingung, "Kejadian apa ibu? Ibu bertanya tanpa spesifik. Aku bingung, itu membuatku kesal." bayi duda itu bersedekap dada memandang Axxel.

"Kejadian yang membuat kakak seperti ini," sahut Rafael. Dia menggantikan ibunya bertanya saat melihat sang ibu di ambang batas sabar.

Ell menaikkan alis, "Aku kenapa? Memang  kenapa denganku. Aku tidak apa apa, aku sehat."

Dia sangat sehat.. Sehat sekali.

"Siapa yang telah meracuni kakak." Kalista ikut menimpali. Dia memandang kakaknya datar.

Ah.. El sekarang ingat arah pembicaraan yang sedari tadi belibet ini. Dia mengangkat bahu acuh, "Aku di racuni? Sama siapa?" yah untuk saat ini, mari berpura-pura.

El baru menyadari, perubahannya membuat orang sekitar Theo merasa aneh. Jadi dia memutuskan untuk berpura pura amnesia. Itu lebih baik. Kalau dia menjelaskan jika dirinya bukanlah Theo, melainkan jiwa asing yang masuk. Dia bisa saja di katai gila.

Atmosfer disana seketika berubah.

"Theo.. Kau berubah."

Degh!

Acuan jantung El mendadak cepat. Dia berkeringat dingin mendengar ucapan ibunya.

"Jadi ultramen?" canda El, sebisa mungkin dia ingin mengalihkan pembicaraan. El terkikik pelan. Namun segera menghentikannya saat ibunya memandang dirinya tajam.

"Ibu.." matanya berkaca kaca memandang Axxel. "Jangan marah. Aku sungguh tidak tau. Memangnya aku di racuni? Kenapa aku tidak ingat," dia berujar lirih. Berharap orang orang di depannya ini luluh dan berhenti menginterogasi nya.

Axxel menghela nafas, "Ibu tidak marah nak. Ibu hanya khawatir denganmu. Melihatmu berubah seperti ini ibu khawatir." Bukan, bukan karena Axxel benci putranya berubah drastis. Tetapi, dia takut perubahan Theo berdampak pada anaknya itu.

Axxel yakin, Theo yang sekarang tidak bisa menjaga dirinya dengan baik. Anaknya yang sekarang berubah total dari Theo yang dulu.

Meski tak ayal dirinya senang putranya seperti ini. Putranya menjadi cahaya di gelapnya keluarga mereka.

Namun kekhawatiran Axxel yang utama. Musuh Leonardo ada dimana mana. Dia yakin, jika putra sulungnya akan menjadi target karena putranya yang berubah menjadi lemah.

Axxel akan mencari siapa dalang yang meracuni Theo. Sampai kapanpun itu.

El mendadak lesu, apakah dia telah mengecewakan keluarga Theo? Apa tingkahnya memalukan? Atau dia membuat kesalahan yang tidak dia ketahui.

Dia merenung memandang ibunya lemah, "Kenapa bu? Ibu malu punya anak seperti ku?"  okay katakan padanya, apa perkataannya sudah benar?

Pokoknya, dia harus melakukan sesuatu supaya keluarga Theo menerima. Harus!

Axxel menggeleng, dia menangkup kedua pipi Theo.

"Ibu khawatir, bukan malu." Axxel meralat.

El menpoutkan bibirnya, "Tidak, ibu pasti malu." dia melepaskan tangan Axxel dan memalingkan muka.

"Aku benci ibu."

Axxel memandang El tajam, "Kurung dan rantai dia!" dia pun pergi dari kamar.

El menganga, hey! Apa apaan! "Ah. Ibu! Apa maksudnya!"

El berniat menyusul, tetapi tubuhnya di tahan oleh Rafael yang tiba tiba berada di depannya. Alhasil, tubuhnya menubruk Rafael.

Dia melihat Rafael yang menyeringai ke arahnya. El menggeleng ribut. Dia mundur perlahan, namun langkahnya terhenti oleh Kalista yang sudah berhasil merantai satu kakinya.

Klik.

Sial!!






















Hello aku kembali!!

500 kata untuk satu minggu bauahahahhahahahhahah...



Typo, tandai brayy!!

Bye!!

Tbc.

Ayah ✔Where stories live. Discover now