6.

17.1K 2K 98
                                    






"Ugh." El membuka mata. Sontak dia mengernyit saat sinar lampu menyeruak masuk kedalam retinanya. Di antara terangnya sinar lampu. Ada beberapa bayangan yang menatapnya tajam.

"Ah, Aku sedang bermimpi buruk. Ya, kau hanya perlu tidur lagi." El berujar pada dirinya sendiri. Dia memiringkan tubuhnya berharap apa setelah bangun nanti, bukan pandangan  menyeramkan yang nanti menyambutnya.

Namun belum sempat matanya tertutup, tangannya di tarik yang membuat ia langsung terduduk, "Kau tidak bermimpi kakak."

El linglung, dia menatap seseorang yang berucap padanya, "Huh?" bayi duda itu memiringkan kepala bingung. "Kau siapa?"

"Rafael, adikmu."

El menggeleng ribut, "Tidak aku tidak memiliki adik. Tidak!!" El itu anak tunggal. Tidak mungkin ayah ibunya bercocok tanam dan memiliki anak tanpa sepengetahuannya.

Tapi tunggu, dia kan Theo!

Tubuhnya membeku menatap seluruh anggota keluarga Theo yang menatap tajam dirinya. Sial, kenapa dia bisa lupa!

"Kau melanggar peraturan Theo. Kau harus di hukum." El menggeleng ribut ketika pria yang di yakini ayah Theo itu berujar.

"Di hukum? Hey! Apa apaan. Memang aku salah apa!" sewotnya. Dari mana keberanian itu muncul? Sifatnya dan sifat Theo beradu. Memunculkan sifat baru yang tanpa di sadari oleh El.

Shit! Hey, dia melakukan apa?? Kenapa dia di tatap setajam ini.

Pandangan El meliar, dia mencari keberadaan anak anaknya. Dapat! El langsung berdiri, meninggalkan ranjang dan menghampiri ketiga putranya yang menatap dirinya khawatir.

"KALA.. JEAN.. ARESHH!!" teriaknya menggelegar. Sungguh, bukan Theo sama sekali. El membuat karakter Theo OOC terlalu jauh. Menyebabkan siapapun yang melihat akan tercengang. Termasuk ketiga anaknya. Mereka memang terbiasa dengan perubahan ayahnya, meski terkadang mereka kaget seperti saat ini.

"Ayah, jangan berlari.. hey." Kala berdiri, dia menatap khawatir ayahnya yang berlari tanpa alas kali.

Tubuh bongsor Theo, El rapatkan dengan tubuh Kala. Dia memeluk kala sebentar lalu bersembunyi di belakang Kala. Berharap, jika tubuhnya tak terlihat oleh mereka.

"Kala, ayo pulang," ujarnya sedikit merengek.

Jean yang di sebelah pun menepuk pundak El, "Ayo ayah, kita pulang. Kerumah kita." dia tersenyum. El menoleh, ia langsung saja memeluk Jean, "Anak ayah kenapa manis sekali. Tidak seperti 'mereka' huh."

Mereka yang di maksudh El adalah keluarga Theo.

Saat meneluk Jean, otomatis dirinya menghadap Aresh. Aresh menangkup wajah El, "Ayah tidak ingin disini?" El memgangguk.

"Disini menyeramkan Aresh." El mengulurkan tangannya untuk mengelus pipi Aresh, "Kau juga sama? Kita pulang yah. Jangan khawatir, ayah akan melindungimu dari mereka," serunya. Tangannya terkepal kuat di udara.

"Paman, bukankah tubuh Jean terlalu kecil untuk pelukanmu." El menoleh ke arah pemuda yang dia ingat namanya Candra.

El mengernyitkan dahi, dia meraba raba punggung Jean, "Tidak tuh," jawabnya polos. Menurutnya, tubuh ketiga anaknya sama seperti dirinya. Hanya saja, tubuh Kala lah yang lebih besar.

Dia menatap Candra intens. Tubuh Candra juga sama seperti Kala, besar. Apa keluarga ini keluarga Titan?

"Kemari.. Paman akan lebih baik ketika memelukku." Candra merentangkan tangannya.

Sontak Aresh menghalangi pandangannya ayahnya. Jean mengeratkan pelukannya. "Ugh, Jean. Sesak!" dia memukul mukul punggung Jean.

"Maafkan aku ayah."

El tersenyum maklum, "Iya, jangan khawatir." walaupun dalam hati dia ingin menghantam wajah Jean dengan sepatu. Tapi, demi rencananya untuk memperbaiki hubungan Theo dan anaknya.

Baru akan berucap kembali, tubuh Theo tertarik kebelakang. Pelakunya adalah Rafael. Kalista dari samping menancapkan jarum suntik berisi cairan bius sebelum El berontak.

Tubuh itu ambruk, Rafael pun membopong tubuh kakaknya.

"Pulanglah anak anak, pertemuan ini berakhir." Kalista pergi di ikuti yang lain kecuali anak anak mereka. Kala ingin protes, tetapi para orang tua lebih dulu pergi.

"Arggh sialan!!!" Kala menendang udara. Dia kesal sekali terhadap paman dan bibinya.

"Ck ck ck, jika tadi kalian memberikan paman padaku, dia tak akan di rebut oleh orang tua sialan itu," ujar Candra remeh. Dia mengangkat bahu memandang Kala rendah.

"Kau terlalu banyak berbicara kak." Candra memutar mata malas.

"Jangan ikut campur Irene."

Irene, adik Candra itu bersedekap dada, "Kelakuanmu selalu saja memalukan."

"Jaga bicaramu gadis sialan!" Candra terbawa emosi, dia mendekati Irene, mengangkat kerah adiknya.

Bukannya takut, Irene malah mencengkram kuat rahang Candra. Keduanya beradu kekuatan.

Sedangkan yang lain hanya menatap acuh pertikaian itu. Kala memilih mengajak saudara pulang. Dia akan memikirkan cara supaya ayahnya cepat pulang.

Untuk saat ini dia harus berpikir jernih.

"Haruskah kita merebutnya, Alexis?" Alexandro, kembaran Alexis. Merupakan anak pertama dan kedua Rafael.

"Sepertinya bagus melihat wajah suram Kala bersaudara."



***


"Memangnya, sejak kapan keracunan bisa mengubah seseorang?" Calestine, istri Rafael bertanya. Dia duduk di sebelah ranjang El di tidurkan.

"Tidak di jelaskan secara pasti. Tetapi dokter berkata demikian." suami dari Kalilista, Aldevaro yang menjawab.

"Bukan masalah. Kita jadi memiliki sedikit kesenangan. Iya kan honey?" sahut Kazawa. Pria itu memeluk mesra sang istri.

Giselle menjawab, "Kau benar sayang, di keluarga mu memiliki wajah menyebalkan. Kehadiran Theo yang baru bukan masalah." hanya dia yang berani mengatakan hal itu.

Giselle merupakan menantu yang memang sudah terpilih berada di dalam keluarga Leonardo. Walaupun sikapnya yg jurang ajar, tetapi tetap saja dia yg terpilih.

"Diamlah." mereka berdua diam ketika, Axxeline bersuara.

Axxe menatap sang putra yang akan terbangun. "Lihat, dia akan sadar."

Mereka semua sontak menatap El yang menggeliat.  Bayi duda itu memegang lehernya uang berdenyut-denyut.

"Ck, bangsat mana sih yang nusuk nusuk," kesalnya. Dia duduk dengan kesal. Matanya belum terbuka, tetapi ia malah misuh misuh.

Tepat setelah kedua mata itu terbuka. El seperti melihat pemandangan alam baka. Gelap! Gelap sekali!!























Typo? Tandai..

Ceritanya aneh? Ya ga tau, kok tanya saya.




Tbc.

Ayah ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang