7.

15.8K 2K 108
                                    






El bersembunyi di bawah ranjang ketika tak ada siapapun dalam kamar.

Kamera cctv memantaunya dari arah manapun, tetapi El tidak mengetahuinya.

Itu adalah hal yang wajar. Pertama, El adalah anak kost. Kedua El adalah anak orang melarat. Orang tuanya bekerja keras untuknya hingga ia bisa mencapai posisi sebagai pekerja kantoran.

Meskipun hal itu biasa saja bagi sebagian orang. Tetapi bagi El yang serba kekurangan itu adalah hal yang luar biasa.

Lagi, ketika El berada dalam tubuh Theo. Dia tak pernah berpikir jika dirinya akan mencapai posisi puncak. Posisi yang tak akan pernah bisa dia capai di kehidupan sebelumnya. Posisi sebagai pemilik perusahaan. Dan lagi, anak dari orang orang yang menyeramkan.

Bapak ibunya sudah lama tenggelam dalam tanah. Mereka meninggal sebelum melihat dia menjadi seorang yang sukses. Yah tidak salah bukan, pencapaiannya merupakan sukses bagi orang tuanya.

"Hah.. Aku berada di dalam masa sulit."  dia pundung. El juga lelah. Jadi Theo menguras batinnya.

"Mau sampai kapan kau di bawah, kakak?" suara serak khas Kalista itu terdengar. Tubuh El membeku, tangannya mengepal.

Sial, kenapa dia bisa ketahuan. Padahal dirinya sudah bersembunyi di tempat yang aman, batin El.

"Sampai kapan? Sampai aku terbangun di kasurku lah. Disini menyeramkan. Dimana Kala? Dia ninggalin ayah nya huhuu," sewot El sembari mengeluh. Dia berharap dia sedang bermimpi buruk.

Tapi.. El tak menemukan Kala maupun kedua anaknya yang lain. Mereka meninggalkan dirinya di kandang buaya. Oh, apakah anaknya juga d sekap?

"Maafkan ayah, Kala, Jean, Aresh. Kalian selamat kan diri kalian dulu. Baru selamatkan ayah. Dan kita akan bebas hehe," gumamnya.

"Keluar!"

Okay! El keluar. Dia menghentikan gumamannya dan keluar perlahan. Nada dingin tak terbantahkan dari wanita itu lebih seram dari pada kemarahan atasannya dahulu.

Bayi duda itu memilin ujung bajunya. Dia menunduk takut seperti saat ia akan di marahi oleh atasannya dahulu. "M-maafkan aku." dia membungkuk 90°, kebiasaannya ketika gugup dan takut. Inilah yang akan dia lakukan.

Kalista mengernyit, "Meminta maaf untuk apa?"

El berdiri kembali. Dia bergerak gelisah, "I-itu aku tidak tau."

"Wajahmu menyeramkan. J-jadi kupikir kau akan marah." El menutup wajahnya. Dia berjongkok.

Ia ingin menangis rasanya. Biarkan saja dia cengeng. Coba kalian yang ada di posisi El. Apa yang akan kalian lakukan? Bangun bangun dah punya anak 3, lalu keluarganya udah macam setan.

Ini tidak baik untuk jantung El. Dia tak cengeng, hanya saja mudah menangis.

Lihat, punggungnya sudah bergetar karena terisak. Dia takut. Wanita di depannya cuma diam berdiri. Tapi, tatapannya sudah seperti ingin membunuhnya.

El takut. Yah, meski dia sudah mati sekali sih.

***



Semua itu terekam jelas. Para Leonardo menatap itu datar.

"Gantikan posisi Theo, Rafael. Perusahaan mu berikan saja pada Alex," tital Axxel.

"Kau yakin bu?" kakaknya merupakan orang yg keras kepala. Dia juga penggila kerja. Apalagi sejak mendiang kakak iparnya sudah tiada. Entah apa yg akan terjadi jika kakaknya ta-

"Kau masih bertanya saat kondisi kakakmu seperti ini?" Axxel mengangkat sebelah alisnya. "Theo cukup diam di mansion. Kekayaan kita tak akan berkurang hanya karena dia tak bekerja. Apalagi, Theo bekerja hanya untuk mengalihkan rasa sedihnya." Axxel memngingat bagaimana keadaan putra sulungnya dulu.

Theo menjadi orang yang penggila kerja. Mengabaikan cucunya dan tak pernah sekalipun bertegur sapa. Meski dia tau, namun Axxel tak ingin ikut campur. Dia berpikir jika Theo cukup dewasa untuk berpikir lebih jernih.

Namun sekarang.. Dewasa? Dia tak yakin.

Yah itu tak masalah. Melihat bagaimana interaksi anak dan cucunya pun sudah cukup. "Perketat keaamanan mansion Theo. Jangan sampai ada penyusup atau musuh kita yang berani masuk."

"Kazawa, ubah seluruh sandi pintu di mansion Theo. Pergilah bersama istrimu. Urus orang orang disana." Dash memerintah.

Mereka semua menjalankan tugas masing masing. Perubahan pada sulung Leonardo. Membuat sesuatu hal yang tak d inginkan 1% akan terjadi.

"Katakan pada Kala, jika Theo akan pulang ketika semuanya aman."

Mereka tak ingin mengambil resiko publik tau tentang yang telah terjadi. Lebih dari itu, mereka tak ingin musuh musuh mereka, mengetahui titik lemah Leonardo.

Begitu besar efek yang harus mereka terima saat sulung Leonardo berubah. Apalagi, dari awal pun karena mereka lengah.













Typo? Tandai..

Dahh dahh.. Jatah liburku!

Aku sudah double up. Yang tanya yang satu kpn d up?

Tentu saja kemarin..

Bye!!





Tbc.

Ayah ✔Where stories live. Discover now