16.

10.5K 1.5K 42
                                    



"Aaa~ ayo Kay buka mulutmu. Kau harus banyak makan. Lihat.. Tubuhmu kurus," ujar El menyuapi Kay sesuap nasi sembari memandangi tubuh kurus Kayzen.

Dia menggelengkan kepala, "Kasihan sekali kamu kay. Apa yang kamu makan ya? Selama ini hidupmu kekurangan ya?" sedangkan Kay? Dia diam sembari menyimak. Kay menerima suapan El, karena jika dia menolak, maka bayi duda di depannya itu akan merengek.

"Ugh, memikirkannya saja sudah sulit." El menggeleng kepalanya kuat. Dia sedang membayangkan dimana sulitnya Kay bekerja. Sebelum berangkat kuliah mengantarkan koran dan susu. Lalu di universitas menjual sesuatu sambil belajar, lalu pulangnya harus bekerja di cafe, setelahnya bekerja sebagai batender di club malam seperti novel novel yang di baca El.

Tiba tiba El menaruh piringnya, dia menepuk pundak Jay, "Kay.. Kamu harus tinggal disini. Paman harus menjagamu. Karena Kelvin pernah berpesan jika aku harus menjaga putra putrinya," ujar El dengan serius.

"Err.. Tidak paman." Berpesan? Kay tidak yakin. Apalagi melihat wajah El membuat Kay semakin ragu.

El sedih, dia menatap Kay sendu, "Kenapa?"

Jika Kay di berikan serangan seperti ini terus menerus. Dia sangat yakin jika dia akan selalu menuruti perkataan bayi duda itu dan sama sekali tak bisa menolak.

El pun hanya bisa sedih. Namun tak apa, dia tak boleh memaksa seseorang. Tetapi lain kali dia akan mencobanya lagi. El pikir, kehidupan Kay terlalu kejam buat Kay yang masih remaja. Dia jadi teringat kehidupannya yang dulu.

El juga membayangkan jika yang di posisi Kay itu adalah putra putranya.

Apalagi posisi Kay adalah anak Kelvin. El tak bisa mengabaikan anak yang sudah seperti keponakannya sendiri. Meski dia tidak mengerti tentang bagaimana bisa Kay adalah anak Kelvin. Namun yang El yakini adalah.. Dia tak ingin ruwet memikirkan masalah yang membuat dia sakit kepala.

Dia sudah melewati masa tegang setelah memenangkan hati putra putra Theo. Kini dia harus menerima imbalan seperti dia yang selalu santai menikmati gaji buta.

El sudah mengetahui tentang sesuatu. Tentang mimpi yang membuat dirinya menyimpulkan bahwa Theo.. Adalah dirinya, dan dia adalah Theo.

Theo merupakan dirinya di kehidupan pertama saat ia berusia 1-12tahun, dan menempati raga Azaziel ketika umur El 4 tahun. Waktu itu, secara bersamaan Theo kecil mengalami kejang setelah demam yang menyerang, lalu Azaziel yang terpeleset kue ulang tahun miliknya yang ke 5.

Tepat ketika umur Theo dewasa dan memiliki anak, El.. Kembali ke raga aslinya.

Itu sebabnya, selama berhari hari kenangan El beraduk dan membentuk sebuah memori. Puzzle itu seolah akan sempurna.

Jadi tak heran, ketika sifat El seperti anak kecil. Meskipun dia telah mendapatkan kembali ingatannya, efek samping dari hal itu adalah perubahan El yang condong seperti anak pada usia kisaran belasan tahun.

Sifat labil dan merengek khas seorang bocah di miliki El ketika apa yang dia inginkan tak terwujud. Sama halnya seperti anak kecil saat keinginannya tak di penuhi oleh sang ibu, maka anak kecil tersebut akan merengek hingga ibunya terpaksa memenuhi keinginan anaknya.

Azaziel dan Theo.. Sifat yang berbeda di antara keduanya menjadi pengaruh besar akan sifat El yang sekarang. Perpindahan jiwa yang kedua kali itu, berhasil membuat El berantakan.

Dia melupakan jati diri sebenarnya. Antara anak kecil atau orang dewasa. Namun poin lebihnya, dia mengingat seluruh kenangan di kehidupan pertama dan keduanya.

Siapapun orang yang di sisinya, El mengetahui. El mengingatnya, entah itu sebagai Theo atau sebagai Azaziel.

"Paman, kau tidak bisa semudah itu mengajak seseorang bergabung dalam keluargamu. Meskipun ayahku adalah teman dekat paman,  tapi menurutku.. Ini berlebihan. Semenyedihkan apapun hidupku, aku yang jalani. Jadi terserah aku. Aku tidak perlu di kasihani," ujar Kay panjang lebar.

Dia mengeluarkan unek uneknya selama beberapa hari ini. Karena El selalu mengajaknya masuk kedalam keluarganya. Bukannya Kay tak mau, tapi dia cukup sadar diri.

Dia tak pantas berada di sisi El. El sangat hangat padanya, ayah dari Jean itu cukup memberi perhatian lebih terhadapnya selama beberapa hari.

Mungkin sekarang cukup, Kay tak ingin terlena dan meminta lebih. Jadi, Kay segera beranjak pergi dari hadapan El.

El tak melarang Kay pergi, sejenak dia sadar akan tingkahnya. Melipat tangan di atas wajah, El bersandar di sandaran kursi dan merenungi tingkah egoisnya.

Dia terkekeh miris, sebenarnya apa yang sedang dia lakukan?

Dia menjadi sedikit egois ketika menyangkut Kay. Tanpa dia sadari, jika dia tak memikirkan perasaan anak dari temannya itu.

Dan lagi, kenapa dia sama sekali tak sedih akan kehilangan Kelvin. Dia menganggapnya orang yang berharga bukan?

El tak mengerti dirinya sendiri. Perlakuannya terhadap Kay murni karena perasaannya sendiri. Namun, El juga tak tau, perasaan apa sebenarnya itu.

Air mata mengalir dengan sendirinya. El menangis karena tak mengerti. Layaknya anak kecil yang menangis saat sesuatu yang dia inginkan tak di ketahui oleh orang lain.

"Ayah?" Jean menaruh tasnya dan mendekati El. Dia menangkup wajah sang ayah.

Pemuda itu langsung memeluk ayahnya erat kala melihat genangan air mata yang tertumpuk di pelupuk matanya. "Ayah, kenapa?"

El tak menjawab, dia hanya membalas pelukan Jean. Perasaannya tak menentu. Bibirnya melengkung, perasaan sedih membuncah ketika punggungnya di elus oleh Jean.

Dan.. Tangisnya pun pecah. Jean gelagapan sendiri. Segala cara dia lakukan agar sang ayah berhenti menangis. Namun, tangis ayahnya tak kunjung reda.

El menangis tanpa mengingat posisinya dan tanpa mengingat umurnya.

Bayi duda itu hanya meraung di pelukan Jean. Menangisi sesuatu yang tidak dia ketahui.

Atau bisa kita katakan, jika bayi duda kita.. Sedang tantrum.






























Sakitnya perjuangan, tak sesesak kehilangan seseorang.

Bersama bintang, kau menari. Bersama bulan, kau bersinar terang di gelapnya malam.

My uncle, my second father. Take it easy there, I'm fine..










Tbc.





Ayah ✔Onde histórias criam vida. Descubra agora