11.

13.3K 1.8K 45
                                    







"Jadi namamu Kay?"

Kay mengangguk ketika ayah dari Jean bertanya padanya. Sungguh, dia tak habis pikir, jika Jean merupakan tuan muda yang kaya raya. Itu sudah menjadi jawaban kenapa Jean bisa masuk ke dalam kampus.

Jean, tidak seperti dirinya yang menyedihkan. Okay, dia salah paham akan segala hal. Wajahnya memerah malu karena mengira Jean telah di kejar rentenir, bahkan lebih parahnya dia malah mengatakn jika Jean adalah anak pembantu.

Betapa rendahnya dia. Kay ingin menangis saja.

"Kay temannya siapa?" El yang semula duduk di tengah tengah twins A pun berdiri dan duduk di sebelah Kay. Dia mengelus kepala Kay sayang. Sementara twins A merengut tak suka.

Mereka bersedekap dada dan melihat interaksi El dan Kay.

El ingin dekat dengan teman putra putranya. Ini juga salah satu triknya agar putranya tak akan canggung padanya lagi. Dia harus total menyambungkan hubungan yang retak antara anak dan ayah.

El akan melakukan apa saja yang membuat dia berbaikan dengan ketiga putra Theo.

"Jean."

"Kami bukan teman." El mendelik mendengar pernyataan dari anaknya. Meski bersamaan tapi keduanya memiliki jawaban yang berbeda.

El berdiri dan berkacak pinggang, pantas saja dia melihat Kay yang terduduk di teras rumahnya, Ralat Theo.

"Ne.. Jean." El mengangkat satu telunjuk, "Kamu tidak boleh seperti itu. Kay sudah mau menjadi teman kamu. Jadi Jean tidak boleh menolak." El menasehati anaknya.

Mendapatkan teman sungguh sulit. Apalagi Kay terlihat tulus berteman dengan anaknya.

"Tapi ayah, dia yang mendekati ku. Dia tidak lebih dari pengganggu."

El menganga tak percaya. Apa apaan wajah yang penuh jijik itu. Bayi duda itu menoleh kesamping dimana Kay yang mengangguk.

Dia menepuk pundaknya. Kay mendongak lalu tersenyum manis.

Tidak bisa! Tidak bisa!!!!

El pun memeluk Kay. "Maafkan anak ayah ya Kay huhu." Kay yang mendapatkan pelukan mendadak itu kaget.

Dia bisa melihat dari balik punggung ayah Jean, jika Jean dan kelima pria berbeda usia menatapnya tajam. Dia menelan ludah gugup. Dalam benaknya bertanya, kenapa dia di tatap begitu tajam.

"Siapa bocah culun itu!" geram Alex. Suaranya dia kecilkan sehingga hanya ke 4 pemuda di sebelahnya saja yang mendengar.

Aresh mengangkat bahu, "Dia datang bersama kak Jean. Jadi kak, dia benar benar temanmu?" keempatnya kompak menoleh ke arah Jean yang menunjuk dirinya sendiri dengan telunjuk seolah berkata 'aku'

"Sudah ku bilang, dia bocah penganggu."

Lexis memandang tajam Jean, "Tapi kau berhasil membawanya kemari Jean."

Jean mendelik tak terima, "Aku hanya terlalu malas meladeninya."

"Dan sekarang lihat? Paman menempel pada orang asing itu." Jean mendengus mendengar penuturan Alex baru saja. Dia melihat ayahnya yang memeluk Kay sembari mengelus rambutnya.

Sementara di sisi Kala.. Dia mencoba untuk tak membanting satu persatu orang yang telah menganggu kesenangannya bersama sang ayah.

Pertama dia harus di ganggu oleh sepupunya, dan sekarang dia di ganggu oleh orang asing.

Alex dan Lexis saling tatap. Mereka menyeringai melihat ekspresi Kala yang tak enak di pandang.

Brak!

Kala menghempaskan meja di tengah tengah sofa itu. Melewati langsung kesamping Kay. Kay? Pemuda itu shock saat sebuah meja terbang di sampingnya.

Dia melihat ke arah seseorang yang sejak dia datang hanya diam. Rasanya dia ingin menangis saja. Kenapa dia harus pergi kerumah ini, pikirnya.

Twins A menyeringai. Sungguh, ini yang mereka tunggu. Walaupun mereka tak berhasil karena Kala sangat menjaga emosi di dekat ayahnya, tetapi sekarang mereka senang ketika Kala sudah di ambang batas.

El kaget, dia sama Shocknya dengan Kay. Meja terbang? Apa di dunia ini ada sihir. Dia melepaskan pelukannya pada Kay. Menoleh satu persatu anak muda di belakang mereka.

Aneh. Mereka bahkan tak bereaksi, siapa sebenarnya yang melempar meja?

Karena ia yang membelakangi mereka, dia jadi tak melihat siapa pelakunya. Saat akan bertanya, El mendadak pusing. Dia memegangi kepalanya.

Dia menyendarkan kepalanya pada sofa.

Kala yang melihat gerak gerik ayahnya pun menetralkan emosinya. Dia tak ingin ayahnya mengetahui sisi lain dirinya.

Kala mendekati ayahnya. "Ayah, ada apa?"

El mendongak, "Huh?" dia memegangi kepalanya. Menatap Kala sayu. Kepalanya berdenyut denyut. Sebuah ingatan menyeruak masuk kedalam ingatannya.

Ingatannya yang bercampur dengan ingatan milik Theo. Padahal Theo sudah mengirim segala ingatan milik pria itu. Tetapi kenapa masih ada kepingan memori yang masih tersisa.

Layaknya puzzle yang membentuk sebuah memorie.

"Ayah, lebih baik ayah beristirahat. Aku akan mengantar ayah ke atas." El tak menjawab. Dia menerima uluran tangan Kala.

Sebelum itu dia menatap Kay yang bengong. Dia menepuk bahu Kay. Membuat Kay tersadar dari shoknya. "Ah!"

"Kay, paman ke atas dulu. Jangan sungkan ya, anggap rumah sendiri," ujar El. Rasa pening di kepalanya makin nyut nyutan.  Dia bahkan harus di papah.

Aresh sangat khawatir. Dia membututi keduanya meninggalkan 4 manusia yang menampilkan raut wajah bermacam macam.

"Sudah kukatakan jangan sok dekat denganku sial!" Jean berjalan mendekati Kayzen dan mengangkat kerah anak itu. Tak sampai di situ, Jean menhempaskan tubuh Kay yang membuat Kay terhempas dan terjerembab ke lantai marmer yang dingin.

Dahinya bertubrukan. Alhasil.. Keningnya saat ini memerah. Di dalam benakmya, masih memproses apa yang terjadi padanya.

Sungguh dia tak pernah berpikir jika Jean se kasar ini.

"Pergi kau sampah!" Jean tak peduli jika Kay masih Shock atau apapun. Dia menarik kerah leher belakang Kay dan menyeret anak itu keluar.

Kay memegang kerahnya, berharap cekikan yang di akibatkan oleh tarikan Jean pada bajunya berkurang.

Sesampainya di depan, Jean membanting tubuh Kay. Menyuruh pengawal mengusir atau membawa tubuh Kay ke luar mansion.

Inilah sifat Jean. Sifat alami Leonardo. Begitu pun Kala, dan Aresh. Mereka selama ini selalu menyembunyikan sifat asli mereka.

Maka dari itu, twins A sangat ingin menganggu Kala bersaudara. Mereka mencari cara agar saudara itu mengeluarkan taring mereka dan berhenti bersikap bodoh.

Tetapi, tanpa mereka menjalankan peran, rencana mereka berhasil.

Mereka puas. Sangat puas. Twins A senang akan perubahan pamannya.






















Typo? Tandai..


Thanks.


Tbc.

Ayah ✔Where stories live. Discover now