15.

11.4K 1.6K 101
                                    





El menelan ludahnya susah payah. Setelah mendengar seluruh tentang Kay. Dia berkeringat dingin. Kayzen merupakan putra dari Kelvin Drain. Teman sekaligus sahabat dia satu satunya.

Itu merupakan ingatan yang dia ingat. Kelvin, adalah salah satu orang yang berharga baginya.

Dan Kayzen merupakan putra satu satunya Kelvin. Penjelasan Kay membuat El shock. Pantas saja dia merasa tak asing. Pantas saja dia merasa jika dia sangat akrab dengan Kay.

Yang menjadi pertanyaan, apakah dirinya satu dunia dengan Kelvin? Apakah dia berada di satu Negara dengan Kelvin.

Tidak, tidak! Yang jadi pertanyaan utamanya adalah.. Kapan Kelvin menikah? Kok tau tau sudah punya anak? Kenapa dia tidak di undang?

"Kay, Kel- maksudku. Dimana ayahmu?"

Meski sedari tadi Kay merasa aneh, namun dia tetap menjawab, "Ayah sudah lama mati paman."  dia tak ingin di sakiti karena telah mengabaikan pertanyaan pria di depannya tersebut.

"HAHHH!!!!!??" El berdiri saking terkejutnya dia. "Mati!?? KELVIN MATI!!" Dia menganga tak percaya. Orang yang berharga baginya mati? Tidak bisa di percaya.

"Paman tenanglah!" Kay menuntun El untuk duduk. El masih dalam keadaan shock

Kay mengelus punggung El, pria tua di depannya ini tengah menangis. Di lihat dari air mata yang mengalir dari pelupuk matanya. Kay jadi penasaran, apa hubungan ayahnya dengan ayah Jean?

Ayahnya yang miskin berteman dengan ayah Jean yang kaya?

Keluarganya merupakan keluarga melarat. Ayahnya meninggal karena faktor kemiskinan. Ibunya pergi meninggalkannya setelah ayah mati. Jadinya, Kay menghidupi kebutuhan hidupnya sendiri.

Dia bekerja untuk hari harinya. Kay juga belajar untuk mendapatkan beasiswa. Dia benar benar berjuang untuk hidupnya.

"Kay, ceritakan semua tentangmu. Paman ingin tau, " ujar El. Dia menangkup kedua pipi Kay. Matanya berkaca kaca setelah melihat wajah anak di depannya.

Meski ragu, Kay pun menceritakan kisah hidupnya. El semakin mengeraskan tangisnya. Kay gelagapan, bagaimana mungkin pria tua di depannya ini tambah mengencangkan tangis?

Apa dia berhadapan dengan remaja pubertas?

Untung saja, dia di bawa ke kamar El. Selain kedap suara, dia jadi aman dari amukan pawang El.

"Huwaaa!! Betapa menyedihkan hidupmu Kay, huhu." El memeluk Kay. Dia berucap tanpa menfilter ucapannya.

Kay ingin berseru tak terima, namun yang di katakan El adalah fakta.

"Huhu,, jadi anak paman yuk Kay." El menduselkan wajah di ceruk leher Kay. Membuat baju anak itu basah karena ingus dan air mata.

Kay menggeleng ribut, "Tidak terimakasih paman." menjadi anak pria tua di depannya? Menjadi saudara Jean? Tidak terimakasih, dia masih mencintai kehidupannya.

"Huhu kenapa?"  El melepaskan pelukan. Dia bertanya sendu.

Tubuh Kay membeku mendadak. Memang boleh semenggemaskan itu meski sudah tua? Lihat saja tatapan melas itu? Bagaimana pipi yang sedikit itu berisi. Terlihat bibir merah itu yang terbuka karena terisak.

"P-paman?" panggilnya kaku.

"Heum?" El menarik ingusnya. Dia menatap Kay bingung. El memiringkan wajah menanggapi panggilan Kay.

Tubuh Kay kembali membeku, tanpa dia sadari. Keluar darah dari ingusnya. Dia tak sanggup melihat kegemasan orang di depannya ini. Meskipun telah terkikis usia, namun.. Tak bisa menutupi tingkat kegemasan yang di miliki ayah Jean.

Kay pingsan dengan darah di hidungnya.

El menjadi panik dan menangis histeris. Dia mengguncang tubuh Kay yang tak sadarkan diri, "Kayy!! Jangan mati! Huhu."

Akan tetapi, El tidak menyadari. Bukan hanya Kay yang mimisan. Tetapi, dari sudut ruangan, terdapat cctv yang memantau segala ruangan.

Dan yang memantau itu, terdapat 3 orang. Jean dan Aresh sudah tergeletak dengan darah yang mengucur. Sedangkan Kala tetap bertahan dan menutup hidungnya.

Serangan yang di lakukan ayahnya tak main main.

****

"Kay, ayo!" El dengan riang menarik Kay ke ruang makan. Ingin rasanya dia menolak, tetapi melihat betapa antusias ayah Jean membuat dia tak enak hati.

Kay di dudukkan di antara El dan Kala. Kay menelan ludah gugup saat semua mata menatap ke arahnya.

El mengambilkan putra putranya nasi dan lauk kesukan mereka. Lalu setelahnya mengambilkan Kay sepiring penuh nasi dan lauk.

Kay menatap horor piring berisikan nasi porsi kuli, "I-ini untukku?"

El mengangguk antusias, "Yaps! Untuk si kecil Kay. Makanlah nak! Kau butuh tenaga untuk menghadapi kejamnya dunia," ujarnya bijak.

Pria itu menepuk tangan, "Yosh!! Makan malam dimulai!!" riang El. Tidak seperti kepala keluarga lain yang memulai dengan tegas, El malah sebaliknya.

Mereka pun memulai makan malam dengan penuh aura permusuhan. Aresh dan Jean yang beradu tatapan, Kala yang memandang Kay tajam, Kay yang makan dengan gugup karena tatapan tajam Kala, dan El yang merasa makan malamnya berjalan dengan harmonis.

Dia mengembangkan senyumnya. Tidak buruk juga mrnjadi Theo, batinnya.



























Typo? Tandai..


Tbc.








Ayah ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang