4

974 123 6
                                    

Alyzaa membuka matanya yang sedari tadi pura-pura terpejam. Menoleh ke samping, dia menemukan Ares yang kini sudah terlelap. Tidurnya tampak nyenyak, terbukti dengan wajah pria itu yang tampak damai dengan nafas teratur.

Bergerak hati-hati, dia pindahkan tangan pria itu yang memeluk tubuhnya erat. Ada erangan pelan dari bibir pria itu, gerakan tak nyaman sebelum pria itu berubah telentang. Kembali tertidur pulas.

Alyzaa, yang awalnya menahan nafas karna gerakan tiba-tiba pria itu pun menghela nafas lega. Nyaris dia takut membangunkan pria itu.

Menatap wajah lelap Ares sekali lagi. Dia baru turun dari atas ranjang setelah dirasa pria itu sudah kembali terlelap dan yakin tidak akan terbangun karna gerakan tubuhnya.

Alyzaa menggigit bibir bawahnya kuat, dengan hati-hati melangkah pelan, sesekali menoleh ke arah belakang-memeriksa Ares dan posisi tidur pria itu.

Karna, sering kali pria itu terbangun karna kadang mencari Alyzaa yang tak berbaring di sampingnya.

Setelah memastikan Ares sekali lagi, Alyzaa baru menutup pintu kamarnya. Menghela nafas lega saat dia berhasil keluar dari kamar.

Dengan sedikit tergesa-gesa, dia melangkah ke arah pintu yang berada di samping kamarnya. Pintu ruang kerja Ares.

Sekali lagi, dia menutup pintu ruangan itu dengan hati-hati. Sangat hati-hati agar tak menimbulkan suara.

Seketika kedua matanya mengedar, menatap sekeliling dan tampak mencari-cari sesuatu. Lalu pandangannya jatuh pada jam dinding yang berada di ruangan itu. Pukul satu malam. Dan Alyzaa harus bergerak cepat jika tidak ingin Ares mencarinya nanti.

Diantara cahaya remang-remang, karna hanya ada cahaya rembulan yang menerangi malam diantara jendela ruangan. Alyzaa bergerak pelan menuju meja kerja suaminya, tampak membuka beberapa laci meja dan mencari-cari sesuatu.

Setiap berkas yang berada di sana dia buka. Dia baca sekilas hanya bermodalkan cahaya malam yang temaram. 

Selesai memeriksa semua laci dan tak menemukan apa pun di sana. Alyzaa berdiri tegak, menoleh ke kanan-kiri dan menatap jejeran lemari di sekelilingnya.

Hanya ada buku-buku koleksi suaminya. Sedang di atas meja hanya ada berkas-berkas pria itu. Semua itu membuat Alyzaa semakin menggigit ujung bibirnya kuat.

Dia tak menemukan apa pun di sana. Atau mungkin Ares tak membawa berkas itu pulang?

Alyzaa menghembuskan nafas kasar. Benar, pria itu pasti tidak akan bersikap ceroboh. Dia tidak akan pernah membawa berkas itu pulang sedang bisa saja Alyzaa menemukannya di rumah.

Dengan semua rasa kecewanya, Alyzaa kembali ke dalam kamar. Beruntungnya, begitu dia menutup pintu kamar. Suara Ares terdengar mengapa.

"Sayang, dari mana?"

Tergagap, antara terkejut dan panik. Dia berdehem pelan. "Ambil minum." Dia melangkah cepat ke atas ranjang sebelum Ares bangkit dan bertanya banyak hal. Karna dia yakin jika pria itu akan menoleh ke samping di mana mereka menyimpan persediaan air minum di meja nakas tempat tidur. Tepat di samping pria itu berbaring.

"Berani turun sendiri?" Tanyanya lagi, begitu Alyzaa berbaring di samping pria itu. "Tumben gak bangunin?"

"Kamu kelihatan pules banget tidurnya."

Ares tak lagi menyahut, dan Alyzaa lega karna pria itu tak bertanya macam-macam atau bahkan memeriksa persediaan air mereka.

Bahkan saat Alyzaa tidur di sampingnya, merasakan usapan lembut di punggungnya. Alyzaa tahu jika pria itu kembali terlelap. Terbukti dengan nafas pria itu berubah teratur. Sedang Alyzaa, hanya menatap lurus pada wajah itu. Wajah yang kini memejamkan mata dengan dengkuran halusnya.

Gulali PernikahanWhere stories live. Discover now