19

732 77 3
                                    

Ares pada akhirnya kalah, menyerah dan hanya bisa pasrah saat Alyzaa, istrinya menyeretnya pulang. Tidak mungkin membiarkan wanita yang berstatus istrinya itu pulang sendiri kan? Hal itu jugalah yang membuat Ares pada akhirnya pasrah-pasrah saja saat Alyzaa membawanya pulang.

Dan hal pertama saat mereka memasuki rumah adalah sapaan ramah seseorang yang kini tengah memeluk kedua kaki istrinya.

Ares hanya melirik hal itu sebentar. Tampak enggan dan membawa langkahnya masuk ke dalam rumah. Tapi baru empat langkah dia masuk ke dalam rumah. Teguran istrinya membuat langkah Ares seketika terhenti. Dia menoleh ke arah istrinya itu.

"Sebentar, aku mau ngomong sesuatu."

Ares memutar tubuhnya, melipat kedua tangannya dan menatap istrinya itu menunggu.

Alyzaa menunduk, menatap Arsen yang kini masih memeluk kakinya. Dia lepaskan kedua lengan kecil itu, berjongkok di depan Arsen masih dengan senyum manisnya.

"Arsen, kalau Tante Iza minta sesuatu. Arsen mau nggak nurutin maunya Tante?"

Dengan patuh Arsen menganggukkan kepalanya tanpa ragu. Membuat senyum senang Alyzaa kian mengembang lebar.

"Mulai hari ini, Arsen bisa nggak panggil Tante Iza dengan sebutan mami? Mami Iza?"

Kedua mata Ares melebar sempurna. Tapi seakan keterkejutannya itu belum cukup. Dia semakin terkejut dengan sambungan ucapan istrinya itu-yang nyaris saja membuat jantungnya turun hingga ke perut.

"Nah, Arsen juga bisa manggil Om Ares dengan sebutan Papi. Papi Ares. Gimana?"

Jika awalnya Arsen hendak mengangguk menjawab pertanyaan awal Alyzaa. Berbeda halnya dengan permintaan kedua. Arsen seketika memutar kepalanya ke arah pria tinggi di belakangnya. Menatapnya sekilas sebelum kembali menatap ke arah wanita cantik di depannya. Yang masih tersenyum dengan lebarnya. Membuat dia tampak ragu seketika.

"Arsen mau kan? Manggil Tante dan Om dengan sebutan Mami dan Papi?"

"Sayang, kalau-"

"Mau."

Bibir Ares terkatup seketika. Dia terdiam dengan bibir tertutup rapat.

Sial! Kenapa jadi dia yang terasa mati kutu begini?

"Bener?"

Arsen mengangguk setuju tanpa ragu. "Iya." Yang seketika membuat senyum Alyzaa mengembang lebar. Senyum itu bahkan sampai ke mata. Dan Ares bisa melihat semua itu dengan jelasnya. Hingga dia hanya bisa menghela nafas pasrah.

"Kalau gitu ayo coba. Mami mau denger Arsen manggil Tante Iza Mami."

"Mami," dengan patuhnya Arsen memanggil Alyzaa seperti yang wanita itu inginkan. Yang saat itu membuat Alyzaa menatapnya berkaca.

Hatinya seperti ditumbuhi ribuan bunga dengan kembang api yang luar biasa hebat. Hingga rasanya ingin meledak penuh bahagia.

"Mami Iza." Ulang Arsen.

Alyzaa kian tampak terharu dan senang. Dia bahkan langsung membawa Arsen ke dalam pelukannya. Dia ciumi penuh kasih sayang puncak kepala pria kecil itu. Membuat Arsen pun balas memeluk perut Alyzaa. Melingkarkan kedua lengannya di sana.

Arsen yang melihat bagaimana suasana di sana berubah haru pun tak bisa mengatakan apa pun. Dia hanya diam sampai saat dia hendak berbalik.

"Sayang?" Panggil Alyzaa. Menghentikan langkah Ares. Dia langsung menatap istrinya itu.

"Kamu .... " Alyzaa sempat melirik Arsen yang kini mendongak ke arahnya. "Nggak mau peluk kami?" Sambungnya kemudian.

"Aku punya beberapa kerjaan yang harus dicek. Aku akan keruanganku dulu."

Gulali PernikahanDonde viven las historias. Descúbrelo ahora