17

689 69 4
                                    

Rumah yang biasanya dipenuhi canda, tawa juga bahagia itu kini mendadak menjadi senyap.

Tak ada lagi wajah bahagia atau bahkan tawa yang sering Ares temukan di wajah itu. Dan mengisi setiap ruang di rumahnya di sela waktu mereka bercengkrama.

Istrinya sering ia temukan diam, melamun juga kadang menangis diam-diam di belakangnya. Bahkan pernah di malam yang panjang, saat Ares tak mampu memejamkan matanya,  diam dan menatap wajah damai itu. Ada air mata yang tiba-tiba jatuh dari sudut-sudut mata itu. Membuat Ares hanya mampu memeluk tubuh itu erat dan mengusap punggung itu lembut.

Takut dan kalut-yang selama ini ia takutkan benar-benar menjadi nyata. Ia takut jika kecewa yang istrinya rasakan akan menghancurkan hati wanita itu tanpa sisa.

Angan dan keinginan wanita itu terganti dengan luka. Yang sayangnya Ares tak akan pernah mampu mengobatinya.

"Sayang, aku pulang." Seruan Ares yang masuk ke dalam kamarnya seketika mengejutkan Alyzaa. Wanita itu langsung menoleh, dengan buru-buru menghapus air matanya. Menarik senyumnya guna menyambut pria yang kini melangkah ke arahnya. Menunduk, mengecup puncak kepalanya. Membuat Alyzaa seketika melingkarkan tangannya di pinggang pria itu.

Senyum Alyzaa kian lebar, mengembang begitu Ares menatap wajahnya.

"Kenapa?"

"Aku punya kejutan buat kamu."

"Oh ya?" Alyzaa tidak bisa menutupi wajah terkejutnya. Yang dibalas Ares dengan anggukan kepala.

Ares tersenyum begitu menemukan wajah penasaran istrinya.

"Kejutannya ada di bawah. Ayo."

Alyzaa pasrah saja saat Ares menarik pergelangan tangannya. Memintanya untuk bangkit dan turun dari ranjang.

Yang saat pria itu kembali mencuri lirik, Alyzaa berusaha kembali menarik sudut bibirnya ke atas. Tersenyum dan kembali bersikap seakan semua baik-baik saja. Yang kembali membuat Ares mendesah. Kembali tidak suka dengan sikap wanita itu akhir-akhir ini.

"Res?"

"Hmm?"

"Dalam rangka apa kamu kasih aku kejutan?" Tanya Alyzaa, yang saat dia ingat-ingat. Perasaan ini bukan hari ulangtahunnya juga hari perayaan besar lainnya. Lalu-langkah Alyzaa seketika terhenti. Dia terdiam di tempatnya dengan pandangan lurus ke depan. Yang saat Ares menoleh karna istrinya berhenti mendadak. Ares tidak bisa menarik sudut bibirnya.

Dia tersenyum tipis begitu menemukan istrinya yang tampak tertegun juga terkejut.

Alyzaa memutar kepalanya ke arah samping. Menatap suaminya yang kini mengangguk dan memberi isyarat untuk kembali melangkah.

Tanpa kata juga tanpa bisa di cegah. Kedua matanya kembali berkaca-kaca. Membuat sesuatu dalam dadanya terasa mengambang hebat tanpa bisa di cegah.

Ares menarik nafas dalam, menghembuskannya secara perlahan. Lalu memutar tubuh istrinya untuk menghadap ke arahnya. Menghapus air mata yang jatuh membasahi pipi wanita itu.

"Aku udah bilang kan, kalau aku nggak suka lihat kamu begini. Jadi untuk kali ini, aku lagi-lagi kalah. Aku memutuskan buat-" kepala Ares menoleh sejenak. Menatap alasan Alyzaa kembali menjatuhkan air matanya.

"Turutin keinginan kamu yang dulu."

Alyzaa tidak tahu harus mengatakan apa. Dia hanya menunduk guna menahan isakannya.

"Hei, kok malah jadi nangis sih?" Tegur Ares, menarik tubuh itu agar bisa ia peluk.

"Ssstt, aku bawa dia biar kamu nggak nangis lagi, Za. Aku setujui keinginan kamu supaya kamu nggak akan pernah pergi dari aku. Jadi, berhenti nangis. Aku udah bawa dia bukan buat liat kamu nangis begini."

Gulali PernikahanWhere stories live. Discover now