8

730 106 15
                                    

Segala keterkejutan Alyzaa sirna begitu bayangan wajah Arsen juga segala janjinya pada pria kecil itu.

Dengan langkah cepat dan tergesanya ia pun segera menyusul Ares, suaminya. Membuka pintu di depannya yang tertutup rapat begitu ia tiba di depan ruang kerja pria itu. Tempat di mana kini suaminya berada.

Ada wajah terkejut yang tak bisa pria itu sembunyikan begitu Alyzaa membuka pintu ruangan pria itu kasar. Hingga menimbulkan bunyi keras.

Namun Alyzaa sama sekali tidak peduli, dengan berani ia pun melangkah masuk. Berdiri di depan Ares yang kini memutar tubuhnya, berdiri di depannya dengan wajah yang masih tampak datar dan dingin.

"Kenapa?" Ia berbicara lirih. Namun terdengar tegas. "Kenapa aku nggak boleh ketemu dia?!"

"Kenapa aku harus menjauhinya dan mengabaikan dia?"

Ares melengos, membalik tubuhnya tanpa tertarik menjawab pertanyaan istrinya. Namun secepat kilat Alyzaa menahan lengannya dan memutar tubuh pria itu.

"Katakan, Ares! Kenapa-"

"Apa kamu nggak bisa hanya menuruti ku tanpa banyak bertanya?"

"Aku harus tahu alasannya. Aku-"

"Apa pun alasannya. Penting atau tidaknya itu! Aku adalah suami kamu, Alyzaa! Dan aku berhak untuk melarang atau bahkan memintamu untuk melakukan apa yang aku inginkan."

"Dan,.. apa permintaan ku terlalu berat untuk kamu turuti?!" Ares menatap Alyzaa kian dingin dan datar. "Apa menjauh dari anak itu terlalu sulit untuk mu? Iya?!"

Saat melihat kedua mata suaminya tampak berkilat penuh emosi membuat Alyzaa menggeleng panik. "Res, bukan seperti itu. Aku hanya-"

"Bagus. Itu artinya kamu bisa melakukan apa yang aku minta, kan?" Nada suara itu kian tegas. "Jauhi dia, dan masalah kits selesai!"

"Masalah?!" Alyzaa tidak menyangka jika hanya dengan menemui Arsen, menyapa pria kecil itu, Ares akan menganggap semua itu sebagai masalah. Padahal, mereka berdua tahu betul apa hubungan pria itu dengan Arsen.

Ares memejamkan matanya saat Alyzaa menatapnya tak percaya. Menggeleng tegas. Ia pun berbaik dan bergumam lirih.

"Pergi lah, Za. Aku sedang tidak ingin bertengkar." Dia tahu, jika Alyzaa terus memancingnya, ia pasti akan kehilangan kendali dan membuat istrinya sakit hati karna kata-katanya-yang mungkin saja akan sangat di luar kendalinya.

"Dia keponakan mu, Res. Dia anak Rangga!" Alyzaa sama sekali tidak peduli dengan peringatan suaminya, dengan berani dia malah mengatakan itu. "Kamu tahu, dia bahkan putra dari kak-"

"Memangnya kenapa kalau dia putra Rangga?!" Ares berbalik. "Ada masalah dengan itu?"

"Res-"

"Apa karna dia putra Rangga?! Mantan suamimu sampai kamu selalu bersikap seperti ini?"

Alyzaa membuka mulutnya, namun tidak ada kata yang keluar dari sana. Ia hanya menatap pria di depannya tak percaya.

"Kenapa, kamu belum  bisa melupakan dia? Begitu?"

"Omong kosong. Kamu bahkan tahu keadaan ku, Res."

"Ya, karna itu Alyzaa! Karna aku tahu keadaan mu aku mengatakan itu. Kamu selalu bersikap seolah-olah semua urusan Rangga adalah urusan mu. Kamu bersikap semua seakan tanggung jawab mu!"

"Apa kamu tidak bisa melihat jika ibu anak itu bahkan mencampakkan anak itu?! Bahkan aku yakin, jika Rangga masih hidup, dia pasti akan memilih wanita it-" Ucapan Ares terhenti begitu merasakan rasa perih di pipinya begitu tangan Alyzaa menamparnya.

Gulali PernikahanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang