11

764 122 11
                                    

Ares tahu jika hubungannya dengan Alyzaa akhir-akhir ini terasa lebih dingin dan hambar. Wanita itu tampak selalu menghindar dan menjauh darinya.

Istrinya itu, masih pulang lebih awal. Masih menyambutnya saat pulang kerja, masih menyiapkan semua kebutuhannya, juga masih mau menemaninya makan. Ia masih melakukan semua kebiasaan-kebiasaannya seperti biasanya.

Namun berbedanya, Alyzaa lebih banyak diam, kadang lebih menghindar ketika Ares berusaha mengajaknya ngobrol. Bahkan kadang tidur pun, wanita itu lebih menjaga jarak dan tak mau lagi di peluk. Dia lebih sering memunggunginya, dan tampak dingin.

Sampai satu pemikiran kadang memenuhi kepala Ares, apa dia sudah sangat keterlaluan waktu itu? Apa dia harus meminta maaf?

"Za?" Tegurnya begitu mereka masuk ke dalam kamar, malam itu ia baru pulang kerja, dengan Alyzaa yang menyambutnya seperti biasa.

Namun tidak ada senyuman manis, tidak ada wajah manja atau pun sapaan ramah seperti biasa. Dia hanya diam dan menerima tas dan jasnya, lalu berbalik dan pergi. Semua yang wanita itu lakukan dalam diam.

Dan entah Ares yang sudah tidak tahan dengan keadaan ini, tidak lagi bisa menahan diri lebih lama lagi. Ia raih siku wanita itu dan menariknya agar berbalik.

"Kenapa?"

Ares mengeram dalam hati, apalagi saat wanita itu bertanya dengan nada malas.

"Kenapa?" Ia mendengus. Tak percaya jika kata itu akan keluar begitu saja dari bibir istrinya dengan wajah yang tampak menatapnya enggan. "Kamu masih marah?"

Oke, mungkin Ares tidak seharusnya bertanya seperti itu disaat ia bahkan belum meminta maaf dengan apa yang telah ia lakukan pada wanita itu. Jadi, mungkin khusus malam ini mereka harus menyelesaikan semua masalah mereka. Jika tidak, Ares yakin jika dia bisa lebih gila.

"Marah?" Ares menatap tangannya yang kini di tepis Alyzaa. Lalu menatap wajah wanita di depannya lebih intens. "Apa aku masih pantas untuk marah?"

"Za,"

"Kamu pasti lelah, kan? Aku akan siapkan air untuk mandi."

Belum sempat Alyzaa melangkah lebih jauh, Ares kembali menghadang langkah wanita itu. Berdiri tepat di depan Alyzaa yang kini menatapnya kesal.

"Aku nggak butuh air. Aku nggak butuh air atau apa pun sebelum kita selesaikan masalah kita malam ini."

"Masalah?" Alyzaa kembali mendengus tak percaya. "Kamu masih ingat kalau kita masih memiliki masalah?"

Mengabaikan segala sindiran istrinya yang kian terdengar tak bersahabat, Ares meraih pundak wanita itu. Ia pegang erat dengan bibir mendesah kasar.

"Oke, aku minta maaf. Maaf karna aku sempat nggak percaya dan berpikir kamu masih mencintai Rangga. Hmm?"

Alyzaa diam, namun kedua mata wanita itu tidak bisa berbohong jika ucapan pria di depannya masih belum bisa membuat suasana hatinya membaik.

"Za,"

"Sebenarnya,... apa yang membuat kamu membenci Arsen?"

Tubuh Ares menegang dan begitu pun wajahnya yang kini berubah kaku. Semua itu tak luput dari perhatian Alyzaa, membuatnya bertanya-tanya sebenarnya ada apa. Kenapa Ares mendadak tidak menyukai Arsen, padahal dulu ia ingat betul saat Alyzaa ingin mengadopsi Arsen, Ares tampak tak keberatan, dia malah membantunya mencari solusi. Lalu, apa ini? Kenapa ia mendadak berubah?

"A-apa,... ada sesuatu yang aku nggak tahu di sini?"

Ares diam, ia masih membungkam mulutnya dengan sedikit kesulitan menelan ludah. Air ludah itu terasa nyaris mencekiknya. 

Gulali PernikahanWhere stories live. Discover now