10

866 107 6
                                    

Pukul sembilan pagi Alyzaa tiba di panti asuhan. Tak seperti kemarin yang begitu tiba di sana ia langsung di sambut oleh Arsen, pagi ini tidak ada siapa pun yang menyambutnya.

Bahkan panti asuhan yang biasanya ramai itu kii tampak sepi. Meski bingung dan heran, Alyzaa tetap masuk, meneruskan niatnya dan segera melangkah menuju kamar Arsen. Namun langkahnya terhenti begitu di halaman pandanganya tidak sengaja bertemu tatap dengan seseorang yang dia kenal. Tampak berbincang dengan Bunda Ara di teras samping.

Mengikuti rasa penasarannya, Alyzaa berhasil menarik perhatian dua orang itu begitu ia melangkah mendekat.

"Pak Bram?" Alyzaa tak bisa menutupi keheranannya saat melihat pengacara suaminya itu-yang sangat sering ia temui di rumahnya saat Ares kadang meminta pria paruh baya itu untuk datang. "Anda di sini?"

"Selamat pagi, Bu Alyzaa," Sapaan ramah itu di sambut anggukan dan senyum tak kalah ramah oleh Alyzaa.

"Benar, saya ke sini karna di perintahkan pak Ares."

"Oh, benarkah?" Tanya Alyzaa, namun wajahnya menoleh ke arah bunda Ara. Yang ternyata sedari tadi menatapnya. Senyum di wajahnya sama sekali tidak luntur saat menoleh ke arah bunda Ara.

"Pak Bram datang ke sini untuk mengurus semua berkas Arsen."

Senyum Alyzaa luntur, ia tampak terkejut. "Ya?"

"Semalam Arsen di bawa oleh pak Ares, Bu. Dan-"

"Sebentar," Alyzaa yakin jika hubungannya dengan Ares semalam sudah membaik. Pria itu bahkan semalaman tidur memeluknya. Lalu, apa ini?

"Ares membawa Arsen pergi?"

*****

Tidak butuh waktu bagi Alyzaa untuk segera menemui suaminya itu di kantornya. Dia bahkan tidak mau repot-repot untuk menelpon atau mengabari kedatangannya pada pria itu.

Bahkan setibanya ia di sana, ia mengabaikan begitu saja sapaan sekertaris suaminya, Lylly. Yang melangkah tergesa menyusul langkahnya saat ia hendak membuka pintu ruangan suaminya itu.

"Bu, sebentar, bapak sedang ada tamu-"

Terlambat, pintu di depannya sudah Alyzaa dorong, dan terpampang lah wajah-wajah terkejut di dalam ruangan itu. Termasuk suaminya Ares.

Pria itu sedikit terkejut menatapnya, namun hanya beberapa menit sebelum senyumnya terbit. Bersamaan dengan pria itu yang beranjak bangun.

"Sayang, kamu datang?"

Alyzaa bisa melihat wajah itu yang menatapnya-seakan tak terjadi apa pun. Sama seperti semalam, yang seolah-olah semua baik-baik saja. Namun di balik wajah tenang itu, nyatanya ada sesuatu yang di pria itu sembunyikan.

"Bisa kita bicara sebentar?"

Ares yang berdiri di depan Alyzaa pun mengangguk. "Tentu."

Setelahnya Alyzaa hanya memutar tubuhnya tanpa menunggu pria itu. Melangkah menjauh dan membiarkan Ares sekedar berpamitan pada para tamunya.

"Mau bicara di mana?"

Alyzaa segera menoleh ke arah pria yang masih menatapnya tenang, namun  berbeda jauh dengan dirinya. Ia bahkan yakin jika wajahnya saat ini pasti tampak marah dan kesal.

"Di mana pun! Tapi pastikan jika tidak akan ada orang yang mendengar pembicaraan kita." Nafas Alyzaa kian memburu saat semua kata itu keluar dari bibirnya. Bahkan kedua matanya menatap pria yang kini meraih tanganya itu dengan sinis.

Tapi, seakan Ares benar-benar pintar membuat kekesalannya kian menggunung. Pria itu bahkan tidak peduli dengan apa yang ia lakukan, dengan santai pria itu malah menuntunnya menjauh dari ruangannya.

Gulali Pernikahanحيث تعيش القصص. اكتشف الآن