Prolog

3.8K 243 4
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


LIASHA Kiran menghela napas untuk ke sekian kalinya. Gadis berambut panjang itu menempelkan ponselnya ke telinga.

"Aku baru selesai konsultasi, Kak," katanya pelan kepada seseorang melalui telepon. Sebisa mungkin ia menjaga nada suaranya agar terkesan bahwa dirinya baik-baik saja, dan bisa melalui sesi konsultasi tanpa kendala apa pun.

"Gimana perasaan kamu? Membaik?" tanya kakaknya hati-hati.

Liasha tidak tahu apa yang harus ia jawab kepada kakaknya. Ia lalu menyandarkan kepalanya ke dinding ruang tunggu klinik.

"Dokternya bilang kalau sebaiknya aku gak mengurung diri di kamar terus-menerus, dan cari suasana baru. Kalau masih gak mempan juga, mereka bilang lebih baik aku jalani hipnoterapi."

Arabella Kiran mendesah pelan. "Menurut Kakak mending kamu luangin waktu buat diri sendiri deh, liburan kemana kek gitu. Jangan sampe stress dan memaksakan diri sendiri lagi, Dek."

Liasha memijat pelipisnya dengan sebelah tangannya yang bebas. Ia menyunggingkan senyuman tipis yang membentuk lesung pipit di pipi kirinya.

"Ke mana ya Kak? Yang jauh dari Indonesia," gumam Liasha setengah merenung. Matanya menatap ke depan dengan pandangan kosong. Liasha sudah pasrah dengan hidupnya. Gadis itu sudah bosan melihat matahari terbit esok pagi.

"Los Angeles, gimana? Kebetulan sekarang lagi musim panas. Kamu bisa berjemur di pantai sambil minum koktail, mendaki gunung mungkin, and anything you need. I will make a vacation list for you, if you want."

Liasha terdiam sejenak. Tidak selamanya menghadapi masalah merupakan cara terbaik untuk bertanggung jawab kepada diri sendiri. Sekali saja, biarkan ia melarikan diri sejauh mungkin untuk melupakan rasa sakit yang menyiksanya setiap malam. Sekali saja, biarkan ia tidur dengan nyaman tanpa harus mendengar suara-suara dari alam bawah sadar yang hanya bisa menyiksanya detik demi detik.

Biarkan ia melarikan diri untuk menyelamatkan dirinya yang sudah kehilangan tujuan hidupnya.

Dalam sekali tarikan napas Liasha berucap pelan, "Okay. Please, book me a ticket to Los Angeles for Friday morning, this week."

Summer We MetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang