Bab 7 - You're My Best Summer

1.3K 148 4
                                    

LIASHA membuka matanya dengan susah payah, ia merenggangkan kedua tangannya ke atas kuat-kuat berusaha mengumpulkan nyawanya. Aneh sekali, semalam ia tertidur dengan sangat nyenyak sampai tidak terbangun sama sekali. Alangkah baiknya ia bisa tidur nyenyak seperti ini setiap hari, tanpa harus melewati rasa gelisah, dan ketakutan akan masa depan yang terasa begitu kejam di dalam pikirannya.

Ia mengubah posisinya menjadi duduk di atas ranjang, menguap lebar-lebar dengan mata yang mengerjap-ngerjap. Eh tunggu... Liasha mengucek matanya berulang kali untuk memperjelas penglihatannya. Lho, ia ada di mana? Kenapa kamar ini terlihat sangat asing?

Liasha cepat-cepat memeriksa dirinya sendiri, pakaiannya masih lengkap, tubuhnya pun baik-baik saja. Syukurlah.

"Kamu udah bangun?" seruan ramah itu mau tak mau membuat tatapan Liasha terarah pada seorang lelaki menggunakan kaus putih polos, serta celana pendek berwarna hitam yang berjalan menuju ke arah ranjang dengan membawakan nampan berisi makanan.

"Gavin, ini kamar kamu?" tanya Liasha langsung. Gavin menganggukan kepala sebagai jawaban.

"Kamu keliatan nyenyak banget tidurnya, aku gak tega bangunin kamu cuma buat nanya di mana kamu taro kartu kamar," jelas Gavin seraya duduk di tepi ranjang dan menaruh nampan itu di atas kasur.

"Wow," gumam Liasha dengan mata membulat.

"Apanya yang wow?" tanya Gavin heran.

Liasha berdeham kecil. "Ya, wow aja," katanya. "Aku gak tau kalau kamu nginep di kamar kayak gini. Harusnya kamu bilang sejak awal," tambahnya.

"Emang kenapa kalau aku ngomong dari awal?"

"Apa lagi?" Liasha mengangkat bahu. "Aku bakal ngerengek sama kamu buat pindah ke sini," lanjutnya dengan senyum lebar.

Gavin tersenyum lalu menggelengkan kepalanya tidak habis pikir. Apa pun yang dikatakan gadis cantik itu selalu di luar dugaan Gavin. Ia tidak pernah bisa menebak setiap ucapan yang akan keluar dari mulut Liasha. Menarik sekali.

"Sebenernya semalem aku sekalian kerja sih, ada banyak hal yang harus aku selesain kalau mau lama-lama di sini," kata Gavin. Ia memberikan roti bakar selai cokelat ke hadapan Liasha.

"Muka kamu juga keliatan capek banget. Belum tidur ya?" ujar Liasha seraya mengambil potongan roti bakar yang tangan Gavin. Raut wajahnya memperlihatkan ekspresi khawatir.

Gavin menyentuh tengkuk belakangnya yang terasa pegal. "Tidur kok, tapi cuma dua jam. Aku juga jadi ngerasa gak enak sama asisten aku yang ikut lembur," katanya.

"Kamu punya asisten? Kok aku gak pernah liat?"

Gavin mengusap pipi Liasha lembut. "Kalau mereka muncul, kamu pasti gak mau mesra-mesraan sama aku," godanya.

Liasha mendengus lalu menyingkirkan tangan Gavin yang menyentuh pipinya. "Pede banget sih," cetusnya.

"Lho? Fakta kok. Coba kalau mereka ngintilin terus di belakang aku, kamu pasti gak mau aku gandeng," balas Gavin mengebu-ngebu.

"Iya dah iyaaa," seru Liasha mengalah. "Mending kamu sekarang cepet sarapan, habis itu tidur lagi. Hari ini kamu istirahat aja di kamar," kata gadis itu menyarankan.

Gavin menelengkan kepalanya, untuk kesekian kalinya merasa heran dengan sikap santai yang diperlihatkan Liasha kepadanya.

"Bel," panggil Gavin pelan.

"Ya?"

"Kamu gak penasaran?" tanyanya.

Liasha mengerutkan dahinya tidak mengerti. "Penasaran apa?"

Summer We MetWhere stories live. Discover now