Bab 2 - Dancing in the Dark

2.2K 193 9
                                    

SILAU. Gavin melenguh karena merasakan sinar matahari menusuk kedua bola matanya, ia berusaha membuka matanya yang terasa berat. Tangan kanannya mengucek-ngucek matanya untuk melihat sinar matahari Los Angeles yang bersinar terik melalui balkon hotel.

Pria itu mengerjap-ngerjapkan matanya, ia menyadari bahwa ia tidak menggunakan apa-apa di bawah selimut putih yang menyembunyikan tubuh seksinya.

"Kamu udah bangun?" Seseorang datang dari arah kamar mandi, nampak sudah rapi dengan menggunakan pakaian sangat pendek dan samar-samar. Memperlihatkan bikini berwarna merah muda yang dikenakannya.

Gavin tersenyum kecil saat Liasha menghampirinya dan memberikan pria itu segelas jus apel.

"Minum," kata gadis itu manis. Gavin menerima gelas berisi jus apel itu dan meneguknya sampai habis.

"Aku gak tau kalau cowok minum bisa keliatan seksi," komentar Liasha menautkan sebelah alisnya dengan senyum kecil.,

"Jadi aku seksi?" tanya Gavin sedikit serak.

"Seksi," Liasha mengakui. Ia terkekeh kecil setelah mengatakan itu.

Gavin menyentuh pipi gadis itu, menilai dari sikap Liasha yang santai, sepertinya gadis itu sadar dengan apa yang mereka lakukan semalam. Sebagai pria dewasa, Gavin menyadari melakukan hal semacam itu bukanlah sesuatu yang aneh, hanya saja ia tidak ingin kalau apa yang mereka lakukan semalam dianggap sebagai kesalahan karena mabuk oleh gadis itu.

"Dari pakaian yang kamu pake, kayaknya mau ke pantai," ujar Gavin.

"Hm-m," Liasha mengiyakan. "Kamu mau ikut, kan?" tanyanya.

"Sebenarnya aku punya rencana buat berselancar hari ini," jelas Gavin kemudian. Ia memang berencana melakukan berbagai hal selama di Los Angeles, tapi ia tidak menyangka bertemu gadis Indonesia yang akan menemaninya liburan.

Liasha menepuk tangannya. "Pas banget, aku juga mau coba berselancar," ucap gadis itu dengan mata berbinar-binar.

"Kamu emang bisa berenang?" tanya Gavin.

"Kan ada pelampung," cetus gadis itu tanpa beban. Gavin terkesiap mendengar jawaban santai itu.

"Yaudah sekarang mending kamu pake baju, terus balik ke kamar hotel kamu, dan kita ke pantai. Ayooo!" Liasha mengerang manja dengan menggoyang-goyangkan tubuh Gavin pelan.

"Kayaknya Arabella yang aku kenal kemarin udah ilang deh, berubah jadi anak kecil," Gavin bergurau.

"Aku anggap itu pujian!" pekik Liasha tertawa kecil.

"Ayo cepetan pake baju, nanti aku tunggu kamu di lobi hotel."

***

Matahari bersinar benar-benar terik pagi itu, pantai juga nampak ramai dipenuhi wisatawan lokal mau pun wisatawan mancanegara.

Gavin sudah menyewa dua papan selancar, satu untuknya dan satu lagi untuk gadis yang dikenalnya sebagai Arabella. Pria itu pun ikut menyewa pelampung untuk Liasha yang katanya ingin mencoba berselancar di atas air.

"Padahal gak pake pelampung juga gakpapa, Bel. Toh aku juga gak bakal ngajak kamu berselancar sampai ke tengah-tengah ombak, kita coba dulu di atas pasir," ujar Gavin seraya merapihkan rambut Liasha yang berantakan karena kencangnya angin pagi itu.

"Buat jaga-jaga aja, siapa tau aku mau naik jetski kayak itu!" Liasha menunjuk beberapa orang yang bermain jetski. Gavin mendesah pelan.

"Kamu mau belajar selancar atau naik jetski?" tanyanya memberi pilihan.

Liasha mengangkat bahunya. "Kalau bisa semuanya kenapa enggak?" sahutnya santai. Gavin dibuat tidak berdaya dengan pilihan gadis ini yang terkesan random. Gavin tidak bisa membaca apa yang dipikirkan gadis itu.

Summer We MetМесто, где живут истории. Откройте их для себя