Bab 25 - Hopeless

999 172 11
                                    

ARABELLA KIRAN putus asa.

Gavin sudah sering melihat banyak orang datang kepadanya dalam keadaan putus asa. Ada yang mencoba bernegosiasi kembali, ada yang rela mempertaruhkan segalanya, dan ada yang memilih menangis untuk mengambil hatinya.

Tetapi... jarang ada yang melakukan lebih dari itu.

"Saya sudah memberi keringanan, bukan? Saya nggak masalah dengan kerugian yang Capital Asset dapatkan, kita cuma mau narik jumlah uang yang tersisa aja. Bahkan kami juga gak masalah kok kalau kalian bayar sisanya dalam kurun waktu satu atau dua bulan," kata Gavin kepada seorang perempuan yang duduk di depannya dengan agak gelisah.

"Tapi apa mungkin Bapak bisa pikir-pikir lagi? Kalau projek aplikasi novel kita sudah berjalan—"

Gavin cepat-cepat menggelengkan kepalanya. "Bukan masalah itu, sejujurnya saya sih suka sama projek aplikasi novel kalian, inovatif lah ya kalau bisa dibilang. Tapi bukan, bukan cuma persoalan itu. Ada banyak hal yang harus kita pertimbangkan untuk setuju memberi investasi tambahan kepada perusahaan tertentu, sayangnya Diamond terlalu berisiko bagi kami," katanya menjelaskan.

"Karena perusahaan-perusahaan di grup kami yang memilih berdiri sendiri?" tanya Arabella langsung kepada intinya.

"One of many reasons," sahut Gavin mengangkat bahunya. "Kita berhak merasa khawatir, bukan?" tanyanya sambil tersenyum lebar. Pria itu bangkit berdiri dan mengambil ponsel dari meja kerja. Ia sudah meminta tolong Ferry untuk memantau kedatangan Liasha ke perusahannya. Gavin akan menunjukkan kepada gadis itu siapa yang sebenarnya harus memohon di antara mereka berdua.

"Kami akan memberikan persentasi pencapaian-pencapaian terbaik kami kepada Capital Asset kalau Pak Gavin mau bantu mendukung kami, jadi tolong beri kami kesempatan untuk membuktikan itu secara langsung kepada Bapak. Kami yakin akan membuat Capital Asset mendapatkan keuntungan yang setimpal," kata Arabella bersungguh-sungguh, ia harus melakukan segala cara agar Gavin mau berubah pikiran dan kembali membantu Diamond Publisher untuk melanjutkan projek mereka.

"Gimana kalau gagal? Apa yang harus Mbak Arabella lakukan kalau persentasi pencapaian-pencapaian terbaik itu gak berhasil? Bentuk tanggung jawab apa yang bisa Mbak Arabella berikan kepada kami?" tanya Gavin dengan tatapan mata yang sangat mengintimidasi. Pria itu memang mengatakannya dengan tenang dan terkendali, tapi tatapan matanya mampu membuat tubuh Arabella membeku di tempat.

"Saya yakin akan—"

"No, no, no, bukan kayak gitu. Saat manusia membutuhkan sesuatu, mereka terkadang mengatakan hal-hal yang di luar kuasa mereka. Entah benar-benar mampu atau tidak, mereka terbiasa melakukan apa pun dalam keadaan terdesak. Masalahnya saya gak butuh keyakinan palsu semacam itu, soalnya kenyataan gak seindah angan-angan," sela Gavin tidak percaya dengan kesungguhan Arabella. Ia bukannya berpikiran sempit, tapi kesungguhan saja tidaklah cukup untuk membuktikan kau layak dikasihani maupun diberi kesempatan.

"Memang benar saya lebih memilih perusahaan yang bisa menjanjikan keuntungan yang besar, dan kebetulan Diamond belum memenuhi itu. Dengan begitu, saya memohon maaf sebesar-besarnya, kami tidak bisa membantu Diamond lagi," Gavin melanjutkan.

Arabella terdiam, ia tidak tahu lagi harus berkata apa karena memang tidak ada yang bisa dirinya tawarkan kepada Gavin agar mau membantu Diamond.

Di ruangan itu seketika hening, Gavin sebenarnya perlu melakukan sesuatu agar Arabella setidaknya meneteskan air mata. Ia sudah meminta bantuan Ferry untuk membohongi Liasha dan berpikir seolah-olah Gavin sudah melakukan hal buruk kepada kakaknya.

Tiba-tiba saja diluar dugaan, Arabella turun dari kursinya dan menempelkan kedua lututnya di lantai. Bersujud di bawah kaki Gavin, menyerahkan satu-satunya pertahanan diri yang ia punya.

Summer We MetWhere stories live. Discover now