Bab 19 - Nightmare

1.1K 198 15
                                    

"KABAR kamu gimana, Sha?"

Liasha sadar kalau banyak sekali hal yang ia benci di dunia ini, salah satunya basa-basi. Sekali berbasa-basi, akan ada basa-basi kedua, dilanjut ketiga, dan seterusnya sampai mereka mendapatkan informasi sejelas-jelasnya untuk dibagikan kepada orang lain.

"Kabar saya baik, Pak. Kabar Bapak Fakri sendiri gimana?"

"Kabar saya juga baik," sahut pria yang menggunakan jas berwarna hitam itu. "Omong-omong kapan nih Sha nyusul kayak Bastian? Kamu udah ada calon?" lanjutnya langsung tancap gas tanpa disortir sama sekali.

Senyum yang awalnya tersungging di kedua belah bibir Liasha seketika melenyap tergantikan kerutan di dahi. Ia tahu harus menahan diri agar tidak mengumpat di depan pria pendek, gendut, botak, dan jelek ini. Tapi membayangkan dirinya meninju habis-habisan wajah pria ini sangat memicu adrenalinnya.

"Doain aja ya, Pak," balas Liasha seadanya. Ia tidak mau memperpanjang urusan dengan tangan kanan ayah dari mantan kekasihnya ini. Sial, di mana Mariana saat ia membutuhkannya? Katanya cuma mau mengambil cemilan ternyata sudah lima belas menit berlalu gadis itu masih tidak kunjung kembali ke sampingnya.

"Aduh sayang banget ya kamu gak sampe nikah sama Bastian, padahal dulu cocok banget lho kalian berdua," katanya yang masih belum menyerah memancing emosi Liasha. Entah apa menyenangkannya menekan orang lain demi kepentingan dirinya sendiri. Sungguh sangat tidak bermoral.

"Bukan jodoh itu Pak namanya," balas Liasha tenang.

Fakri Hartono yang tak lain adik dari ayah Bastian—CEO PT Zahra Publisher—mengangkat bahunya seolah-olah jawaban yang diberikan Liasha tidak tepat.

"Udah hampir dua taun lho semenjak kalian berdua putus, tapi saya masih nggak percaya kalau bukan kamu yang nikah sama Bastian. Padahal dulu kamu keliatan cinta banget sama dia," ujarnya masih belum menyerah memancing Liasha agar meninju wajahnya detik ini juga.

Liasha tersenyum tipis. "Bukannya wajar kalau saya keliatan jatuh cinta sama pacar sendiri? Lagian itu udah masa lalu, Pak. Sekarang kan Bastian keliatan bahagia sama perempuan yang dulu selingkuhannya," balasnya yang berhasil membuat Fakri sejenak kehilangan kata-katanya. Gadis ini tangguh juga. Padahal dulu terlihat lemah dan mudah terintimidasi.

"Harusnya dulu kamu maafin aja si Bastian itu, dia cuma khilaf. Sayang biaya pernikahan kalian yang hangus," balas Fakri pura-pura bersimpati atas apa yang terjadi di masa lalu.

Seandainya membunuh manusia tidak membuat Liasha masuk penjara dan masuk neraka, gadis itu pasti sudah menusuk perut pria gendut ini dengan pisau ratusan kali sampai puas.

"Kayaknya Pak Fakri punya hati yang besar ya," komentar Liasha dengan nada manis. "Pasti istri Bapak seneng punya suami yang punya pemikiran terbuka tentang perselingkuhan seperti Bapak," tambahnya.

Fakri mengerutkan dahinya tidak paham apa maksud perkataan Liasha. "Maksudnya?" tanyanya.

"Kan tadi Bapak nyuruh saya buat maafin perselingkuhan Bastian dulu, soalnya dia cuma khilaf. Berarti kalau misal Bapak mergokin istri Bapak sendiri tidur sama cowok di kamar, posisi mereka telanjang bulat, dan kedengeran suara-suara yang..." Liasha sengaja tidak melanjutkan ucapannya supaya bisa memperlihatkan ekspresi dramatis di depan Fakri.

"Wah, saya sih kagum banget kalau Bapak bisa maafin istri Bapak kalau misal hal itu beneran kejadian," katanya kemudian. Ternyata perkataannya itu berhasil membuat wajah Fakri merah padam. Pria itu mengalihkan pandangan ke arah lain tampak emosi.

"Saya sih ngasih tau aja ya Sha, terlalu pilih-pilih cowok itu nggak baik. Takut nantinya gak laku," cetus Fakri sangat kasar.

Tubuh Liasha membeku mendengar penghinaan terang-terangan di depan wajahnya. Kedua tangannya mengepal kuat-kuat. Tanpa sadar rahang gadis itu mengeras hingga urat lehernya nampak begitu jelas.

Summer We MetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang