Chapter 5

1.6K 159 8
                                    

Jarum jam sudah menunjuk kepada angka satu. Itu artinya sudah jam satu siang. Namun, Pang masih di rumah (Name). Tadi (Name) sudah membujuk Pang untuk pulang, tapi Pang tak mau. Katanya, ingin tinggal dengan (Name) saja.

"Pang, pulang yuk. Ayah pasti nyariin Pang."

"Nda! Pang mawu di cini. Kalo cini kan, mama nda malahin Pang."

(Name) menghela napas untuk kesekian kalinya. "Percaya deh, Pang, ayah pasti khawatir nyariin Pang. Kalau Pang ga pulang, nanti ayahnya sedih karena ditinggal sendirian."

Pang terdiam sambil memikirkan perkataan (Name). Dan pada akhirnya, Pang tetap menggeleng.

(Name) mencoba memikirkan satu hal. Lalu, terbesit satu ide di pikirannya. (Name) kembali menatap Pang, yang kini sudah tidur saja.

"Lah.. malah tidur." (Name) mengurungkan niatnya dulu. Ia segera membawa Pang untuk dibaringkan di kamarnya Oboi.

===

Satu setengah jam berlalu, Pang bangun dari tidurnya. Ia melihat sekitaran yang sudah kelihatan berbeda, karena seingatnya tadi tidur di sofa ruang tamu. Lalu, ia segera mencari keberadaan mama abal-abalnya.

Pang mengintip keluar kamar. Ia tak hafal dengan isi rumah ini. Ia asal cari sajalah di sekitar situ dulu.

Tak menemukan siapapun di sekitar lantai dua, ia pun turun ke lantai satu. Sama juga, ia tak menemukan siapapun. Apa semua orang berencana meninggalkannya sendirian di rumah ini?

Pang terduduk di lantai. Ia bingung mau kemana. Menatap ke sekeliling yang begitu luas, lalu dapat ia rasakan tubuhnya digendong.

"Mama?" ujar Pang dengan binar mata semangat.

"Iya.. nyariin ya? Tadi kakak habis dari belakang rumah."

"Pang mau pulang ga?" Lagi, (Name) menanyakan pertanyaan yang sama. Mencoba membujuk anak orang ini.

Mau langsung dibawa pulang pun, (Name) berniat memberitahu Kaizo terlebih dahulu. Tapi 'kan, (Name) tak tau apapun sosial media ataupun nomor telfonnya. Akan jadi kejutan jika ia tiba-tiba datang dengan membawa Pang. Pastinya Kaizo akan marah-marah dan menunduh dirinya telah menculik Pang. Makanya, ia jadi ragu.

Pang menggeleng untuk kesekian kalinya. "Oboi mana?"

"... Lagi keluar sama Ayah." ucap (Name) seadanya.

Lalu, Pang minta diturunkan. (Name) pun menurunkannya dari gendongan. Ia perhatikan, Pang hanya pergi duduk ke sofa.

(Name) tiba-tiba teringat dengan idenya tadi. "Pang, ikut yuk," ajak (Name).

"Temana?"

"Keluar. Mau 'kan?" ucap (Name) dengan raut wajah penuh harap Pang mau menerima ajakannya. "Nanti kita jajan deh," tambahnya

Langsung Pang mengiyakan, dan ikut dengan (Name). Mereka berdua berjalan keluar dari rumah, tak lupa sebelumnya untuk mengunci pintu. Pang seketika tak peduli mau diajak kemana, yang penting jajan.

Setelah jajan, mereka berjalan ke tempat lain. Jalanannya tampak familiar. Hingga tibalah mereka di depan rumah seseorang.

Pang langsung cemberut. "Mama ko ajain Pang puyang?!"

"Ssst. Kalau kamu ngelawan, ga jadi dikasih jajan."

Pang pun terdiam. Demi jajan, akan Pang hadapi ini.

(Name) hendak menekan bel pintu, lalu secara tiba-tiba ternyata pemilik rumahnya membuka pintu dari dalam karena hendak keluar. Dua-duanya sama-sama terkejut. Saat Kaizo melihat Pang di belakang (Name), atmosfer seketika terasa berat.

Widower [✓]Where stories live. Discover now