Chapter 14

1.4K 146 18
                                    

Tumben. Tumbenan Kaizo mau menitipkan anaknya kepada (Name) di hari Minggu yang cerah ini, dengan alasan ada pertemuan dadakan dan tidak bisa mengajak bayi.

Biasanya 'kan, Kaizo enggan untuk itu. Jikapun Pang ingin bermain dengan Oboi, Kaizo terus menemani Pang hingga mereka pulang. Menemani Pang atau menemani (Name), sih, sebenarnya?

Ya sudah, sih, (Name) tidak masalah dan dengan senang hati menjadi tempat penitipan anak. Anak itu sedang asik bermain dengan adiknya di dalam baby room alias kamarnya Oboi. Ditemani beberapa mainan yang berserakan di sekitar mereka, tapi itu bukan masalah, nanti (Name) ajarkan mereka untuk merapikannya.

"Ada apa, nih?" Halilintar bertanya begitu kala melihat kakaknya berdiri di ambang pintu kamar Oboi. Kemudian, ia baru menyadari keberadaan Pang di dalam kamar itu. "Dia siapa?"

"Dia anak dari teman kakak, dititip di sini karena dia sibuk."

Halilintar hanya ber'oh' untuk itu. Ia seketika merasa memiliki dua adik. Beda dengan kakaknya yang merasa memiliki dua anak jika mereka berdua sudah bersatu.

"Mau kenalan?" ucap (Name)

"Ah? Gak." ucap pemuda itu seraya menggeleng.

"Masa sih, kamu 'kan suka anak kecil. Apalagi, Pang lucu, tau."

"... Gak. Aku sibuk." Setelahnya, ia pergi dari situ.

(Name) hanya geleng-geleng kepala. "Dasar gengsi."

Daripada menghalangi jalan di ambang pintu terus, (Name) memutuskan untuk bergabung dengan mereka. Seketika saja Pang menempeli mama gadungannya itu, sampai-sampai Oboi merasa sedikit cemburu, dan ikut menempel di sisi lain.

Entah aura seperti apa yang dipancarkan oleh (Name), ia begitu memikat untuk anak kecil ini. Jika dilihat dari sudut pandang "dia siapanya", jelas Pang bukan siapa-siapa tetapi dengan cepat ia terpelet oleh (Name).

Hoax! Aku ga pakai pelet! -(Name)
sfx: hoak hoak hoak!

"Akak, mau susu!" ucap Oboi, terdengar seperti rengekan. Sebab memang dari tadi pagi Oboi belum minum susu.

"Eh iya, Oboi belum ada nyusu, ya..." ucapnya seraya menurunkan Oboi dan Pang bergiliran dari pangkuannya. "Bentar, ya. Kakak buat susu dulu."

"Pang mau ga!"
(Pang mau juga!)

"Eh? Pang belum nyusu juga?" tanya (Name)

Anak itu mengiyakan. Halah, padahal tadi udah dikasih susu sebotol sama Kaizo pas sebelum berangkat. Emang ini anak caper ke (Name).

"Beneran? Kakak tanya ayahnya dulu, ya--"

"--Ndak! Pang lum usu!"
(Enggak! Pang belum nyusu!)

(Name) terdiam, lantas merasa curiga dengan sikapnya yang bersikeras. Bahkan sampai memotong ucapan (Name).

"Pang minum susu apa biasanya?" tanya (Name)

"Susu meyah." Begitu katanya, sebab warna kotak susu itu merah.

(Name) seketika tau anak itu membohonginya. "Di sini cuma ada susu kuning. Ya udah, lah, kakak ke dapur dulu." Segeralah ia pergi ke dapur sebelum anak itu menyahut lagi.

Kedua anak itu menatap kepergian (Name), kemudian saling tatap satu sama lain. Jika mereka bukan anak balita, pasti sudah berkata "awas, lu. Dia punya gue".

Kecil-kecil posesif, ya🗿.

Tak lama, (Name) kembali dengan sebotol susu hangat. Ia memberinya pada Oboi. Tidak langsung dilepas oleh (Name), anak itu malah minta dipegangi, sementara satu tangan Oboi sibuk bermain.

Widower [✓]Where stories live. Discover now