Chapter 22

1.6K 130 15
                                    

Garis dua...

Untuk pertama kalinya (Name) memegang benda panjang yang menampakkan dua garis berwarna merah. Ini masih pagi, dan cukup mengejutkan untuk (Name).

Akhir-akhir ini ia merasa ada yang tidak beres dengan dirinya. Daripada overthinking sampai-sampai self diagnose, (Name) memilih untuk pergi ke rumah sakit sendiri. Tanpa ditemani suami, anak, saudara, atau siapapun. Ia datang sendiri untuk diperiksa.

Ia kira dirinya sedang sakit sesuatu, tapi ternyata ia sehat-sehat saja. (Name) bersyukur untuk itu. Kemudiannya, ia dikejutkan dengan hasil pemeriksaan yang didapatkan.

"Bu, kenapa kelihatan ga percaya gitu? Ini anak bareng suami sah 'kan?"

(Name) mengangguk. "Iya... saya udah nikah, kok."

"Baguslah. Lalu, kenapa datang sendiri?"

"Suami saya lagi kerja."

"Um, tapi, 'kan bisa aja sama anggota keluarga yang lain, atau sama teman."

"Saya maunya sendiri aja." ucap (Name) sambil tersenyum.

"Jadi... saya boleh pulang sekarang, ga, bu?" tanya (Name)

"Oh, boleh. Obatnya jangan lupa, ya, diminum rutin. Kalau ada apa-apa bisa balik lagi ke sini."

(Name) mengangguk paham. Ia pun turun dan segera keluar untuk pulang ke rumah.

Setibanya di rumah yang sepi, hanya ada Pang yang diam di dalam kamar. (Name) pun pergi ke kamar anak itu dan sudah melihat Pang sedang kebosanan.

Ia tadi pamit pada Pang untuk keluar sebentar dan ia juga mengunci pintu rumah. (Name) memang sebentar saja, tapi sepertinya Pang kebosanan karena ia ditinggal sendirian.

(Name) pun mendekat, dan duduk di pinggir kasur. "Masih pagi, loh, jangan ketiduran." ucap (Name) seraya tangannya mengelus kepala Pang.

Anak itupun bangkit. "Pang bosan. Mama tadi pergi kemana?"

"Emm. Keluar rumah, deh, ada urusan sedikit."

Pang menyipitkan matanya. Rupanya, ibunya ini mencoba merahasiakan sesuatu. Sama halnya dengan sang ayah yang kadang pergi keluar meninggalkan dirinya dengan alasan ada urusan. Entah apa itu.

"Bilang! Mama habis dari mana!" ucap Pang, dengan suara cempreng yang nadanya ditinggikan.

"Sstt, bicaranya yang pelan. Bilang apa tadi?" tegur (Name)

"Mama habis dari mana." ucapnya, mengulang perkataannya barusan.

"Kamu mau tau? Ayah kamu aja ga tau."

"Biarin. Mama jangan kayak ayah yang suka kayak gituu." Raut wajahnya kini tampak cemberut.

"Umm, kasih tau, ga, ya?"

"Kasih tau!"

"Nanti aja, ah."

"Sekalang!"

"Kenapa harus sekarang?"

"Biar Pang tau. Mama enggak boleh bohong, bohong dosa, tau."

Wanita itu justru terkekeh. "Nanti, ya... tunggu ayah pulang."

Pang mulai sebal. "Oke, tapi janji!" ucapnya seraya mengacungkan kelingking.

"Iyaa, sayangnya mama." (Name) pun menautkan jari kelingkingnya dengan kelingking Pang.

=====

"Bos, kalau lagi sakit mending gak usah kerja."

"Iya, tuh. Biasanya kalau lagi sehat juga jarang ke kantor."

Widower [✓]Where stories live. Discover now