Chapter 19

1.5K 137 7
                                    

"(Name), aku gak suka pacaran doang."

"Iya, iya. Kamu udah pernah bilang itu. Maunya nikah aja... 'kan?"

Belum genap sebulan hubungan kasih mereka, tampaknya ada yang kebelet nikah. Kaizo itu sudah pernah menikah lalu cerai, jika ia ingin memiliki istri lagi, ia lebih memilih untuk kawin lari dibandingkan pacaran.

Pria itu bergelayut manja di hadapan kekasihnya. (Name) suka melihatnya, tidak seperti Kaizo yang biasanya. Pria yang biasanya terlihat seperti serigala ini seketika berubah menjadi kucing di hadapan (Name). Namun, ia hanya tumbenan seperti ini.

"Kalau pacaran 'kan waktu untuk kita terbatas, pada akhirnya kita pulang ke rumah masing-masing dan nunggu hari berikutnya buat ketemu."

"Kamu udah pernah bilang itu." ujar (Name)

"Lagian, kamu punya ayah posesif banget. Katanya entar dulu nikah."

"Ngaca, kamu juga posesif ke Pang, waktu kita pertama kali ketemu."

"Masih aja ingat." Lalu, pria itu memeluk (Name) dari samping. "Sekarang gak lagi, deh. Kamu boleh main sama Pang sepuasnya, atau sekalian aja bawa dia pulang sama kamu."

"... Kamu kelihatannya capek, bukan karena udah lama jadi duda dan punya anak yang masih kecil, 'kan?"

"Enggak. Akhir-akhir ini kurang tidur aja karena kerjaan."

"Hem, kelihatan dari matanya." Tangannya terulur, mengusap bawah mata Kaizo. "Tidur, sana. Mumpung masih siang."

"Sama kamu, ya."

Seketika (Name) mencubit pinggang pria itu, tapi ia malah hanya nyengir bego.

"Kalau aku tidur, nanti kamu pulang, ninggalin aku."

"Yah... iya, sih. Kalaupun aku ga pulang, aku otak-atik rumah kamu. 'Kan katanya, anggap rumah sendiri."

"Iya, boleh. Nanti juga jadi rumah kita."

(Name) tersenyum. Pada akhirnya, ia membalas pelukan Kaizo, hingga beberapa menit kemudian pria itu ketiduran di sana. (Name) hanya mampu menggeleng. Ia pun memposisikan agar pria itu berbaring di sofa yang tadi mereka duduki.

"Kayak kucing." gumamnya. Entah kenapa tiba-tiba ia kepikiran untuk merias wajah Kaizo yang sedang tidur, tapi cepat-cepat ia buang ide jahilnya itu. "Kasihan, ah."

Lalu, (Name) memutuskan untuk pergi ke dapur dan mengintip isi kulkas. Hemat sekali si Kaizo, kulkasnya saja kosong. Padahal barusan (Name) ingin bereksperimen membuat sesuatu.

(Name) pun berinisiatif untuk membeli bahan kue. Ia kepikiran pancake. Ya sudah, ia pun segera keluar saat pintu terbuka dari luar. Menampakkan Pang yang baru pulang bersama Ying.

"Ga mampir dulu?" tanya (Name) saat Ying hendak pergi.

"Kebetulan aku buru-buru, aku langsung pulang, ya."

"Oke, hati-hati."

Setelah itu, Pang menutup pintu dan merentangkan tangan ke arah (Name). Minta digendong. (Name) pun menggendong balita itu.

"Pang di rumah aja, ya, kakak mau pergi sebentar."

"Kemana?"

"Jajan. Pang temenin ayah tuh, dia lagi tidur di sana."

Pang menurutinya, lalu ia turun dan segera pergi menuju Kaizo. (Name) memandanginya sekilas, dan pada akhirnya ia pergi keluar.

Beberapa menit kemudian, (Name) kembali dengan tas kain ukuran sedang yang berisi bahan kue serta jajanan yang memang sengaja dibelikan untuk Pang. Ia pun memberi jajanannya pada Pang, lalu kembali ke dapur untuk menyibukkan diri.

Widower [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang