Chapter 10

1.3K 145 3
                                    

Unknown

Hi
13.01

Siapa?
13.10✓✓

Fanboy mu
13.10

(Name) menatap layar handphone-nya dengan ragu. Ia melirik-lirik ke sekitar, lalu kembali menatap handphone di genggamannya. Apa ini Alan? Akhir-akhir ini ia merasa diteror oleh pria itu.

(Name) melirik ke arah jendela, ia agak terkejut melihat ada seseorang yang berdiri di seberang jalan, menghadap ke cafe. Ia pun menarik diri dari jangkauan jendela agar dirinya tak terlihat dari luar sana.

"Alan apa-apaan, sih?" gerutunya

Pengirim pesan dengan nama unknown itu terus mengirimkannya pesan tidak penting. (Name) jadi risih. Ia pun memblokir nomor tersebut, lalu segera kembali ke meja kerjanya. Kemudian pekerjaannya berlanjut karena jam istirahat sudah akan berakhir.

===

"(Name), tolong kontrol adekmu tuh," ucap seorang pelayan yang merupakan teman kerjanya.

"Ada apa? Bukannya tadi dia sama Kak Eva?" sahut (Name)

"Engga lagii, cepetan deh, sini." Tanpa menunggu jawaban darinya, gadis itu langsung menarik (Name) ke depan.

Oh, benar saja. (Name) pun langsung menghampirinya dan mengambil Oboi, dengan alasan anak kecil itu harus nyusu saat ini. Pria yang barusan mengajak Oboi bermain di mejanya, hanya menatap ke arah (Name) dengan senyuman.

"Kenapa diambil gitu aja?"

"... Kamu siapanya?"

"Calon ayahnya," ujarnya dengan enteng.

(Name) menghela napas. "Dia harus minum susu sekarang. Kalau kamu ke sini tanpa tujuan, mending pulang, ya." Setelahnya, (Name) dan Oboi pergi ke dapur, dan dilanjutkan oleh yang lainnya yang mencoba mengusir halus si Alan itu.

"Oboi, dia tuh siapa?" tanya (Name) begitu ia mendudukkan Oboi di salah satu kursi.

Anak kecil berpipi tembam itu menggeleng pelan. "Nda tau."

"Hum... kan kakak udah suruh, jangan dekat-dekat orang asing. Kalau sebatas Tante Eva, boleh. Kalau dia jangan, ya." Entah kenapa jadinya (Name) seperti memberi pemikiran buruk tentang Alan, tapi ia juga tak mau terlibat apapun dengan pria yang menurutnya amat meresahkan itu.

"Mpi... tanya, dia man akak."
(Tapi... katanya, dia teman kakak.)

"... Dia bohong. Kakak aja ga kenal orang itu. Dah ah, Oboi mau jajan ga??"

"Wu!"
(Mau!)

(Name) mengambil kue coklat yang tadi tak sengaja ia buat lebih, memberinya pada Oboi sebagai camilan kecil. (Name) pun mengambil botol dot kosong di dalam paperbag bawaannya untuk diisi air putih. Kemudian, (Name) kembali mengabaikan Oboi karena ada pesanan yang harus diladeni.

=====

Jam tujuh malam, waktunya pulang. Sebelumnya, (Name) memakaikan adiknya jaket agar ia tidak kedinginan karena angin malam. Kini ia hanya perlu menghubungi jemputan, ketika seorang Alan menghampirinya.

"Udah pulang, ya? Ayo aku antar,"

"... Em, ga bisa. Aku udah ada jemputan."

"Mumpung aku baik, loh. Lagian, kasihan, dia lama-lama di luar begini," ucapnya ke arah Oboi.

"Engga, makasih. Mending kamu pergi. Aku udah ada yang jemput."

Alan menghela napas. "Terus? Dia boleh tuh antar kamu pulang, berarti aku juga boleh, dong."

"Alan,"

Pria itu hendak meraih tangan (Name), lalu ditepis dengan kasar (Name) yang segera pergi. Tak lama kemudian, Amato datang menjemputnya.

"Kamu kenapa, nak?" tanya Amato pada anak perempuannya. Anaknya itu tampak tak sedap hati, seperti baru menghadapi masalah.

"Hm? Gapapa, aku capek aja."

"Beneran? Jangan bohong kamu." ucapnya sebelum to the point.

(Name) hanya manggut-manggut. Pada akhirnya Amato mengalah, ia akan membahasnya di rumah saja nanti.

(Name) membenarkan posisi memangkunya, ia melihat layar handphone-nya yang kembali kemunculan direct message dari Alan. Sejujurnya, (Name) sangat amat malas meladeni playboy yang mengejarnya dari jaman kuliah.

To Be Continued

Kangen yea sm pak duda?
Tapi scene pak dudanya bentaran, ya. Mungkin di chapter selanjutnya-

R: apasi anjir, udah lama gini nunggu, sekalinya up malah adanya chap sama pilain :"(

Hehe :'

[ 30 Juli 2023 ]

Widower [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang