Chapter 16

1.3K 133 12
                                    

Baju piyama bertudung dengan bahan kain tebal, dipakai oleh balita yang selalu melangkah kecil, siapa yang tak akan merasa gemas melihatnya?

Pagi ini, (Name) sedang joging bersama ketiga laki-laki beda generasi yang tidak lain merupakan ayah dan kedua adiknya. Oboi masih menggunakan pakaian tidur yang dikenakannya kemarin malam, sebab ia merasa nyaman memakainya. (Name) tidak melarangnya jika memang ia tak ingin mengganti pakaian, itu justru membuatnya tambah imut.

Balita itu berjalan di depan mereka dan diikuti oleh ketiga orang dewasa di belakangnya, selebihnya diperhatikan oleh (Name).

Sesekali ia terhenti dan memunguti sesuatu di pinggir jalan yang membuatnya tertarik, tapi segera disuruh oleh (Name) agar kembali berjalan, atau kadang ia berlarian dengan kaki pendeknya.

"Kak, siapa yang beliin dia baju begitu?" tanya Halilintar

"Aku, lah. Kenapa memangnya?"

"... Bajunya lucu. Tapi, dia engga gerah pakai itu?"

"Untuk sekarang engga, cuacanya juga agak dingin, 'kan. Apalagi buat yang seukuran Oboi."

Halilintar hanya mengiyakannya, ia kembali memperhatikan adiknya yang saat ini sedang bereksplorasi di pinggir jalan yang ditumbuhi rerumputan.

"Eh, eh, noo, jangan dimakan, itu ga enak." ucap (Name) seraya menahan Oboi yang hendak memakan rumput.

Anak kecil itu hanya menatapnya dengan polos saat tangannya dibersihkan, "Itu rumput, Boi, engga boleh dimakan sama kita," ucap (Name) seraya membenarkan pakaian adiknya itu, "Kamu mau makan lagi?"

Oboi memperlihatkan cengiran di wajah bulatnya, itu artinya ia mengiyakan ucapan (Name).

"Padahal tadi udah mam loh, sampai gendut nih." ucapnya seraya mencubit pipi tembam Oboi.

Wajahnya tampak merungut, "Jajan."

"Hehe, iya deh. Mampir dulu, yuk." (Name) pun menggendong Oboi dan kembali berjalan dengan sang ayah dan adiknya, lalu mengajak kedua laki-laki itu untuk mampir ke minimarket terdekat.

Setelah membeli di sana, mereka pergi ke taman untuk numpang duduk seraya beristirahat dan ngemil.

"Ayah, tas-nya mana?" tanya (Name) pada ayahnya.

"Ah? Tas apa, nak,"

"Yang aku kasih tadi pas sebelum jalan ... jangan bilang, itu ketinggalan?"

Amato memperlihatkan ekspresi terkejut, sebelum akhirnya ia cengengesan seraya menyerahkan totebag milik anaknya yang dititipkan padanya. "Nih, bercanda dikit, lah."

(Name) dibuat geleng-geleng kepala. Ia lalu mengeluarkan sebotol susu hangat milik Oboi, ia membawanya sebab tadi anak balita itu belum menyusu di rumah. Maunya langsung diajak keluar rumah.

"Kak, menurut kamu nih, outfit olahraga untuk cewek tuh kayak gimana?" tanya Halilintar tiba-tiba.

"Kenapa kamu tanya begitu? Buat cewekmu, ya?" ucap (Name) dengan iseng.

"Bukan begitu ..." jawabnya dengan suara pelan. Ia tiba-tiba ingin bertanya begitu, sebab melihat pakaian kakaknya juga. Memang idealnya itu memakai celana panjang yang terbilang ketat, tapi sejujurnya Halilintar agak risih melihat yang nyeplak begitu. Kalau nanti malah ada laki-laki yang berpikiran aneh melihat itu, bagaimana?

"Emm, yang begini aja, sih. Yang nyaman dan engga menahan pergerakan kita, biar leluasa bergerak gitu."

"Yang biasa aku lihat itu, ketat semua?"

"Yang cenderung ketat emang memudahkan buat lari, sama aktivitas olahraga kayak senam lantai, ataupun yang bergerak aktif."

"Terus, yang kakak pakai ini 'kan yang buat kamu nanya ..." ucap (Name), seolah menciduk.

Widower [✓]Where stories live. Discover now