17. Perspektif Raisa

1 0 0
                                    

Ditulis oleh Destia Mustikasari

Takdir, siapa yang bisa menentangnya? Siapa yang bisa mengubahnya? Bisakah seorang manusia biasa melakukannya?

Sungguh jika itu bisa, semua orang tentu ingin memilih takdir sesuai keinginan mereka sendiri. Bagitu juga dengan seorang remaja bernama Raisa. Raisa si gadis miskin yang tinggal di sebuah sebuah kota. Raisa yang memiliki 2 saudara perempuan yang jauh sangat cantik dibandingkan dirinya yang begitu buruk rupa. Raisa yang tidak memiliki sahabat karena sifatnya yang tertutup. Raisa yang kekanakkan, pemalas, dan suka berkata ketus. Siapa yang akan mendekatinya? Siapa yang akan menyukainya? Itu adalah hal terlucu yang sering dipikirkan seorang Raisa.

“Ibu, Raisa boleh minta uang tidak untuk beli pulpen?” tanya Raisa yang hendak pergi ke sekolah. “Ia Nak Boleh, Ini!. Sisanya untuk bekal sekolah ya!” balas sang Ibu sambil memberikan uang 7000 rupiah padanya. Raisa pamit meninggalkan rumah, di perjalanan Raisa termenung dengan cemberut di wajahnya ‘Ibu ih masa aku dikasih uang tujuh ribu sih, harusnya kan sepuluh ribu, tiga ribunya untuk beli pulpen’ racau Raisa dalam hati. Raisa hanya bisa berdoa semoga uangnya bisa cukup untuk dirinya jajan sampai pulang sekolah, “miskin banget sih aku, pokoknya aku harus sukses dan punya banyak uang supaya tidak hidup susah seperti ini” kata Raisa pada dirinya sendiri.

Sampai sekolah, seperti biasa Raisa telat untuk mengerjakan jadwal piket, dan teman-temannya akan protes bahkan ada juga beberapa yang masa bodo karena sudah biasa dengan kebiasaan seorang Raisa. Teman-teman di kelasnya memang seperti itu di luar jam sekolah, begitu memperlihatkan ketidaksukaannya pada Raisa, dan Raisa untuk beberapa saat akan merasa terluka dengan perilaku teman-temannya. Karena itu, Raisa selalu bersemangat jika berhubungan dengan belajar di kelas, karena teman-temannya akan berubah 180 derajat padanya dan mendekatinya untuk belajar bersama atau meminta contekan. Huh, ada untungnya juga punya otak pintar dan disenangi banyak guru, setidaknya ketika pembelajaran di kelas Raisa merasa dihargai. 

Seperti itulah keseharian seorang Raisa di sekolah, pergi kemana mana sendirian kecuali jika teman-temannya membutuhkannya. Raisa bahkan belum pernah berpacaran, Ia juga menyadari tidak akan laki-laki yang akan menyukainya, si buruk rupa Raisa. Namun, siapa yang menyangkan gadis seperti Raisa dikelilingi oleh cogan-cogan berkedudukan tinggi di sekolah. Secara, Nadia sangat aktif dan berusaha untuk selalu berkontribusi memberikan yang terbaik untuk sekolahnya. Tiga orang sahabatnya bernama Ifan, Randy, dan Satya yang selalu menemani dan mendukungnya di organisasi. Juga ada seorang kakak kelas tampan dan berprestasi yang merupakan ketua osis di sekolahnya dan menjadi taksiran Raisa selama lebih dari satu setengah tahun, bernama Daffa. Mereka perhatian dan sangat menjaga Raisa, mereka mengakui Raisa sebagai gadis pintar yang baik hati, rajin dan pekerja keras, hal-hal itulah yang mereka lihat pada diri Raisa. Takdir memang selalu baik karena dibalik segala kekurangan Raisa masih ada orang-orang yang menganggapnya penting dan layak di lingkungan mereka.

Takdir yang Raisa miliki sebagai seorang gadis buruk rupa namun dikenal pintar di lingkungannya berada, tidak bisa untuk tidak diterima olehnya. Toh tidak mungkin juga Raisa menyalahkan takdir atas apa yang Ia miliki dan memaksakan takdir apa yang ingin Dia punya. Setiap harinya, Raisa hanya berusaha mengubah nasibnya yang buruk menjadi lebih baik seperti yang diinginkannya. 

“Raisa!” seseorang memanggil, yang tidak lain adalah sang ketua osis tampan. “Iya kak” balas Raisa yang hendak pergi ke perpustakaan. “Nanti pulang sekolah rapat ya, jangan lupa” lanjut ketua osis, “oke kak” jawab Raisa sambil tersenyum. Raisa memasuki perpustakaan sambil berpikir mengapa kakak tingkatnya tidak pindah sekolah, padahal temannya Raisa yang merupakan adik dari kakak tingkatnya itu pindah ke sekolah di kota yang fasilitasnya jauh lebih baik dari sekolahnya ini. Hmm…, Raisa berpikir sendiri. Itu pasti sudah ketentuan Tuhan.

TAKDIRWhere stories live. Discover now