08

19K 1.7K 100
                                    

.






.








.












Setelah menerima hadiah Gibran lantas berjalan menghampiri rekan nya dan memberikan 100$ dolar Amerika.

Yang 50$ dolar Amerika dia ambil beserta 1 unit Mansion, dia mah tidak peduli dengan uang 100$ dolar Amerika.

Yang dia pedulikan hanyalah 1 unit Mansion itu, kan bagus kalau dia punya banyak Mansion.

"Nih 100$ nya buat kalian dan yang 50$ nya buat gue, dah ya gue duluan" Ucap Gibran memberikan koper berisi yang cas senilai 100$ dolar Amerika.

Dirinya hanya membawa 50$ dolar Amerika dan di masukkan ke saku celana nya.

Lalu dia pergi keluar dari arena dan pergi menuju halte bus.

Sesaat kemudian dia bertemu dengan Theo yang kebetulan baru pulang dari membeli makanan.

"Gibran" Panggil Theo mengalihkan atensi Gibran yang semula fokus pada ponselnya.

Beralih menatap Theo yang kini berada di depan nya, netra nya membulat melihat Theo.

"Kenapa ada di tempat seperti ini sendirian? Tidak tau kah aku panik mencari mu?" Tanya Theo memegang pundak Gibran.

Gibran terpaku dengan semua pertanyaan yang di lontarkan oleh Theo, dirinya merasa heran sekaligus kebingungan.

Apa yang di depan nya ini masih lah Raden Theo Alrendra? Sang tokoh Antagonis yang mengabaikan kembaran nya demi tokoh tak berguna seperti Artha?.

Tetapi kenapa dia malah memperhatikan nya? Mengkhawatirkan nya? Ada apa sebenarnya?.

Rasanya kepala Gibran mau pecah memikirkan semua yang terjadi pada nya, hingga tanpa sadar tubuh nya limbung dan berhasil di tangkap oleh Theo.

"Gib.. Gibran heh Gibran" Panik Theo menepuk pelan pipi Gibran yang berada di pelukan nya.

Namun tidak ada respon dari Gibran membuat Theo makin panik dan langsung menggendong nya.

Lalu dia bawa masuk ke dalam mobil dan menyuruh sang sopir untuk ke rumah sakit terdekat.

Selama perjalanan tidak henti² nya Theo berdoa dalam hati, sungguh dia sangat khawatir dengan kondisi Gibran.

Mau menolak bagaimana pun dia tetap lah saudara kembar Gibran, jika Gibran merasakan sakit maka dia juga.

Nyut

"Ughh" Lenguh Theo memegangi kepala nya yang berdenyut secara tiba² di lirik nya Gibran yang terlelap di pelukan nya.

"Ku mohon jangan pingsan sekarang, Gibran dalam bahaya" Batin Theo berusaha mempertahankan kesadaran nya.

Mata nya kian terasa berat bahkan pusing terus melanda kepala nya, akhirnya tanpa sadar dirinya ikut pingsan bersama Gibran yang masih dalam pelukan nya.

Mobil itu pun tiba di rumah sakit, sang sopir yang menyadari tidak ada suara dari belakang.

Sontak menoleh dan melihat bahwa 2 tuan muda nya sudah tidak sadarkan diri.

Segera dirinya bergegas keluar dari mobil dan memanggil suster untuk membawa emergency patient bed.

Setelah mereka berdua di bawa ke ruangan khusus pasien di periksa, baru setelahnya sang sopir menghubungi sang majikan.

". . ."

"Halo tuan muda Ryan saya ingin menyampaikan kabar"

". . ."

Become the Antagonist Twins (END) ✅Where stories live. Discover now