15

13.6K 1.3K 56
                                    






.




.



.




Pagi harinya

Kicauan burung terdengar mengiringi pagi hari yang cerah begitu pula dengan sinar matahari yang menerobos melalui cela² gorden.

Sinar itu membangunkan salah satu diantara 2 orang yang tengah tidur sambil berpelukan.

"Eung.. Hoam.. Ternyata sudah pagi" Gibran orang pertama yang bangun dan duduk di sisi ranjang.

Dirinya tengah mengumpulkan kesadaran nya terlebih dahulu sebelum beraktivitas.

Di tengah² sesi pengumpulan nyawa, ponsel miliknya berdering dan membuatnya harus mengangkat telfon itu.

Dan ternyata itu adalah video call karena Gibran nya belum kekumpul penuh nyawa nya jadi ga sadar.

"Halo"

"GIBRAN"

Teriakan itu membuat nyawa Gibran langsung terkumpul akibat terkejut, ia pun lantas melihat nama yang memanggil.

"Kak kirana"

"Kamu kemana aja sayang, kenapa semalam ga pulang?"

"Gibran tidur di apartemen kak"

"Apartemen mu yang mana? Biar kakak susul in"

"Di deket hutan"

"Jangan bilang kamu di kunci di ruang bawah tanah? Wah keterlaluan ini"

"Daripada kakak ngoceh terus nanti kakak ga akan ke sini²"

"Bener juga yaudah kakak akan tiba 30 menit lagi soalnya masih nunggu Glen"

"Sekalian berangkat sekolah kak"

"Sip gih mandi sama bersiap"

Tut

Gibran menaruh ponselnya di nakas dan dirinya beranjak dari ranjang sambil membawa handuk dan seragam.

Selesai mandi dan memakai seragam Gibran pergi menuju dapur untuk membuat sarapan.

Karena sibuk membuat sarapan Gibran tidak menyadari adanya orang yang berjalan kearahnya.

Grep

"Ayam berenang" Latah Gibran yang terkejut dengan pelukan tiba² itu.

Dejavu ga ran? Kan pernah tuh di peluk sama Theo juga 🤣🤣

"Haha lucu sekali kamu" Ucap seseorang yang memeluk Gibran dari belakang.

"Lepaskan pelukan mu al atau sendok ini melayang di kepala mu" Ancam Gibran dan membuat al atau Alfariz melepaskan pelukan nya dengan tidak rela.

Dirinya duduk di salah satu kursi namun Alfariz mendapatkan sebuah pesan bahwa terjadi kerusuhan di markas.

"Sayang aku pergi duluan ya" Pamit Alfariz bergegas keluar dari apartemen Gibran.

Gibran hanya melihat Alfariz yang sudah pergi dari apartemen nya dan sepertinya dia tidak menyadari panggilan 'sayang' dari Alfariz.

Dirinya pun kembali melanjutkan kegiatan membuat sarapan lalu menata nya di meja makan.

Jangan salah walaupun banyak koki di mansion Alrendra tetapi jiwa Aidan itu sudah terbiasa masak sendiri.

Berbenah sendiri ya semua itu Aidan lakukan secara mandiri sejak dia duduk di kelas 4 sd.

Maka tak heran bila hal kecil seperti ini dirinya bisa melakukan nya.

Become the Antagonist Twins (END) ✅Where stories live. Discover now