32

4.8K 584 66
                                    

.











.












.











Brum

Brum

Brum

Deru motor sport yang di kendari oleh si kembar memasuki area mansion dan berhenti di depan garasi.

Kedua nya mematikan motornya lalu turun dari motor dan melepaskan helm nya.

Tak lama berselang datang lah satpam yang biasanya memasukkan motor mereka.

"Tuan muda biarkan saya memasukkan motor anda" Ucap satpam tersebut dengan sopan.

"Ah iya terimakasih pak" Balas Gibran tak kalah sopan lalu pergi bersama Theo.

Kedua pergi untuk memasuki mansion yang kemungkinan orang tua nya sudah pulang.

"Kira-kira mama sama papa suka ga ya bang?" Tanya Gibran memandang Theo.

"Pasti nya suka lah, kan yang membelikan anak bungsu mama sama papa" Jawab Theo mengacak acak rambut Gibran.

Dua bersaudara itu tertawa bersama sepanjang perjalanan memasuki mansion.

Saat masuk mereka tidak melihat kehadiran mama dan papa nya, jadilah mereka mencari di ruang tamu.

Plak

Tamparan begitu kuat Gibran dapatkan saat dirinya baru tiba di ruang tamu, beruntung Theo menahan tubuh nya agar tidak jatuh.

"Papa apaan sih main tampar aja" Protes Theo mendekap tubuh Gibran yang nampak shock.

"Heh anak pembawa sial ini pantas untuk mendapatkan tamparan itu" Ucap papa nya membuat Theo menatap tidak percaya pada papa nya.

Lalu netra nya melihat adanya seorang bayi mungil yang berada di gendongan mama nya.

"Bayi siapa itu?" Tanya Theo yang penasaran sama sosok bayi di dalam gendongan mama nya.

"Bayi ini Ryan yang menemukan di kamar Gibran jadi Gibran jawab pertanyaan kami, anak siapa yang ada di kamar mu?" Tanya sang mama memandang Gibran yang berada di pelukan Theo.

"Heleh itu pasti anak dia sama jalang nya yang di luar sana" Sela sang papa yang tidak memberikan kesempatan bagi Gibran untuk menjawab.

Gibran tertegun dengan ucapan papa nya, se hina itu kah dia di mata sang papa?.

Se buruk itu kah dirinya? Apakah selama ini tindakan mereka yang dekat dengan nya itu hanya palsu?.

Sakit.. Itu lah yang Gibran rasakan, padahal dia sudah berniat untuk berdamai dengan keadaan.

Tetapi dia salah, papa nya tidak akan pernah mau berdamai dengan dirinya.

Tanpa mengucapkan sepatah kata pun Gibdan melepaskan pelukan dan berjalan mendekati mama nya.

Di ambilnya baby Geo lalu pergi ke kamar untuk mengambil barang-barang miliknya dan milik baby Geo.

Dia tidak memiliki alasan untuk bertahan di sini, Artha sudah tidak ada di sana.

Jadi untuk apa dia terus berada di mansion ini? Nenek dan kakek nya saja berada di Amerika.

"Gibran, papa belum selesai bicara dan kamu dengan tidak tau diri pergi begitu saja? Kemana sopan santun mu pada orang yang lebih tua" Sentak papa nya saat melihat Gibran membawa sebuah koper dan tas ransel.

"Sopan santun saya hilang karena orang tua saya tidak pernah mengajarinya" Sindir Gibran yang enggan memandang papa nya lalu pergi begitu saja.

"GIBRAN JANGAN PERNAH KAU INJAKKAN KAKI MU DI RUMAH INI, MULAI SEKARANG MARGA MU BUKAN ALRENDRA" Bentak sang papa yang menghentikan langkah kaki Gibran.

Become the Antagonist Twins (END) ✅Where stories live. Discover now