Foggy Forest

22 4 0
                                    

Kotak magazine yang masih berisi dua belas butir peluru menjadi satu-satunya kesempatan baginya untuk bertahan hidup di antara para mayat hidup.

"Shit!"

Seorang lelaki berkulit seputih susu mengumpat dengan kasar. Ia memasukkan kotak magazine terakhirnya ke dalam pistol, kemudian mulai menembakkan beberapa peluru ke arah kumpulan mayat hidup, sebelum kembali berlari ke dalam hutan berkabut yang kini serupa labirin.

Keputusannya untuk menghindari hukum militer ternyata berujung membawanya ke dalam keadaan yang jauh lebih buruk. Epping Forest yang menjadi tempat persembunyiannya ternyata tidak seaman yang dipikirkannya.

Sejak ratusan tahun lalu, telah beredar mitos menyeramkan tentang hutan yang terletak di perbatasan London tersebut. Kata mereka, mayat-mayat prajurit yang mati dalam pertempuran di era kuno tidak dikubur dengan baik—hanya ditinggalkan dan dibiarkan membusuk begitu saja di Epping Forest.

Rumor lain juga mengatakan bahwa Epping Forest adalah daerah kekuasaan para penyihir. Manusia yang masuk ke sana tidak akan bisa keluar dengan selamat.

Ia pikir semua itu hanya omong kosong belaka. Sampai akhirnya, dirinya melihat sendiri seperti apa keadaan hutan itu.

Pohon-pohon menjulang terlalu tinggi, sekaligus terlalu rimbun hingga menghalangi cahaya matahari. Udara terasa begitu lembab, dan semua itu diperparah dengan kabut tebal yang tak pernah absen untuk menyelubungi wilayah Epping Forest.

Segalanya bermula ketika ia melihat jubah hitam yang melayang di udara. Lekukan jubah itu membentuk tubuh manusia, meskipun tidak ada yang mengenakannya.

Lima menit setelah kemunculan jubah yang melayang-layang di antara kabut dan pepohonan, ia mulai mencium bau tak sedap yang begitu tajam. Selain itu, tanah yang diinjaknya juga terasa lengket, padahal sejak tiga hari lalu tidak ada hujan yang turun di tempat tersebut.

Tak lama setelahnya, tangan-tangan busuk penuh kotoran dan belatung mulai merambah keluar dari dalam tanah.

Para mayat merangkak keluar dari dalam tanah, lalu mengejar satu-satunya orang yang masih hidup di antara mereka.

"Jangan dekati aku!"

Sekali lagi, suara letusan senapan terdengar nyaring di tengah hutan.

Lelaki itu terus berlari, menoleh ke belakang sesekali untuk mengukur jarak dengan para mayat hidup, kemudian berteriak dengan marah juga putus asa. "Biarkan aku hidup dengan tenang! Tolong!"

Dan terus seperti itu, hingga para mayat hidup akhirnya berhasil menangkap pergelangan kakinya.

***

Sir Oskar mengangguk kepada bawahannya, mengisyaratkan pada mereka untuk membawa kembali seorang prajurit yang kabur dari pengadilan setelah membantai penduduk suatu desa.

"Jangan! Tolong jangan bunuh aku! Aku hanya ingin hidup!" Orang yang ditangkap itu menjerit-jerit, ia tampak ketakutan setengah mati. Akan tetapi, perlawanan yang dilakukannya pada para tentara yang menangkapnya tentu sangat tidak berarti.

"Jangan makan aku!" pekiknya dengan begitu keras. Otot-otot lehernya menegang, kemudian tetes-tetes darah segar mulai mengalir dari dalam mulutnya.

Sir Oskar tiba-tiba mengeluarkan senapannya, lantas menembak tahanan itu tepat di bagian kepala.

"Tuan, Anda tidak boleh membunuhnya!" Seorang anak buahnya terkejut melihat kelakuanku Sir Oskar barusan.

Namun, sang anak buah dengan cepat menjadi panik tatkala melihat ekspresi ketakutan yang terpancar di wajah pimpinannya.

"Tidak! Kita tidak boleh membiarkan monster sepertinya keluar dari hutan terkutuk ini!"

_______

Cermin by Daiyasashi

Phantasia CuniculumWhere stories live. Discover now