Silya

13 4 0
                                    

Aku berjalan, menatap benda kubus ditanganku. Sudah seminggu lamanya, ketika sebuah kotak muncul di depan rumahku, di Negara S ini, tidak diketahui siapa yang mengirimnya, tetapi juga tidak sulit untuk menebak.

Di zaman ini, para penyihir telah hidup berdampingan dengan manusia, tentu saja dengan populasi paling sedikit di dunia. Kebanyakan dari mereka memilih untuk menyamar dan hidup damai dengan cara mereka sendiri, sementara beberapa menggunakan identitas mereka dan berhasil masuk ke dunia politik atau lainnya.

Aku mengalihkan pandanganku ke seberang jalan, melihat seorang anak yang adalah penyihir tengah diintimidasi oleh teman-temannya.

Diskriminasi, sepertinya kurang lengkap kalau tidak menyebut kata itu. Mereka menganggap kami aneh, berbahaya, bahkan beberapa kasus pembunuhan berencana terhadap penyihir terjadi. Dengan hukum yang berkata lain, kami tidak bisa berbuat apa-apa. Bukannya tidak bisa melawan, tetapi seluruh keturunan penyihir beresiko musnah dengan adanya kesenjangan populasi. Walaupun tidak bisa dikatakan semua keturunan penyihir musnah.

Baru saja, seminggu yang lalu setelah kejadian beberapa penyihir yang bentrok dengan manusia, kubus ini segera disebarkan dengan kata-kata manis perdamaian. Apa sebenarnya fungsi dari kubus ini, hanya sebatas ornamen atau dengan fitur lain, aku memicingkan mata lalu berhenti berjalan.

Membuang kubus dari tanganku, kemudian aku mencoba menggunakan sihirku. Hingga beberapa saat kemudian, aku masih tidak bisa mengeluarkan sihirku, layaknya manusia biasa yang normal. Dengan ini tidak akan ada diskriminasi dan masalah pelik lain yang berat sebelah, dan semuanya akan damai seperti saat kami tidak ada. Ini bagus, bukan?

Aku menahan dongkol melihat kubus yang kembali ke tanganku dengan sendirinya. Tidak, ini tidak lebih dari sebuah paksaan.

"Untunglah aku menemukanmu," ucap Welly dengan senyumnya, lalu dengan jentikan tangannya, kubus ditanganku retak di beberapa titik.

"Terima kasih ... ketua." Aku membuang kubus itu ditempat sampah.

"Ayo pulang, banyak yang menungguku membawamu kembali," ucap Welly sambil tersenyum hingga matanya melengkung. Aku hanya mengangguk dan mengikutinya. Kali ini aku akan pulang, ke rumahku yang sebenarnya, dilingkungan seharusnya aku tinggal.

________

Cermin by Merlin_Fian

Phantasia CuniculumWhere stories live. Discover now