The Laugh Box

15 5 0
                                    

Negeri Wkwkland adalah negeri yang aman dan damai. Semua orang yang tinggal di sana selalu bahagia. Selalu ada canda dan tawa dalam hidup mereka. Tapi semua berubah, sejak Penyihir Merah datang. Dia mencuri tawa semua orang di negeri ini. Sekarang, tidak ada lagi canda tawa, tidak ada lagi orang yang bahagia. Semua orang berpura-pura, bahagia dengan terpaksa. Sang Raja pun sudah mati dalam hampa dan Pangeran kini naik tahta. Tetapi tidak ada yang berubah.

Aku ingin bisa tertawa, tetapi bukan tertawa pura-pura. Benar-benar tertawa. Tawaku diambil saat usiaku dua tahun. Sudah lima belas tahun aku hidup tanpa tertawa. Rasanya seperti ada yang kurang dalam hidupku. Di ulang tahunku yang ke tujuh belas, aku ingin mendapatkan hadiah yaitu tawaku kembali. Aku bersumpah akan mendapatkannya kembali dan mengembalikan tawa semua orang di negeri ini. Mau bagaimana lagi, tidak ada yang berani melawan si Penyihir.

Ibu melepasku dengan pasrah, hanya bekal makanan yang ia bawakan dan juga doa. Rakyat lainnya hanya tersenyum iba dan Pangeran berjanji akan memberiku istana. Tetapi yang kumau hanya tawaku kembali. Aku hanya rakyat biasa dan aku akan mengubah segalanya. Aku akan memulai perjalananku ke istana Penyihir Merah. Mohon doanya.

Aku tidak sendirian. Aku ditemani dua peri hutan, Lol dan Lulz. Mereka bilang akan membantuku mengambil kembali tawa yang telah dicuri oleh Penyihir Merah. Dengan kecerdikanku dan kekuatan mereka, aku yakin bisa mengalahkannya.

“Hewan apa yang bersaudara?” Lol memecah keheningan di tengah perjalanan kami.

Dan Lulz menjawab, “Katak beradik!”

“HAHAHAHA!!”

“HEHEHEHE!!”

“HIHIHIHI!!”

“WKWKWK!!”

“AWOKAWOK!!”

Mereka berdua terus melempar tebak-tebakan dan setelah itu tertawa terbahak-bahak. Aku tidak tahu dimana letak lucunya. Aku benar-benar ingin tertawa lepas seperti mereka.

Setelah perjalanan panjang, akhirnya kami sampai di istana Penyihir Merah. Besra, gelap dan suram. Tapi kami tidak takut. Dengan sekuat tenaga, akhirnya kami berhasil mengalahkan Penyihir Merah. Kami juga baru tahu Penyihir Merah sangat takut dengan suara tawa peri hutan. Ternyata suara tawa adalah kelemahannya. Dia mencuri tawa kami agar ia semakin kuat. Sayangnya, ia tidak kuat mendengar suara tawa peri hutan. Jujur, aku juga tidak tahan. Kami mengikatnya lalu membakarnya hidup-hidup. Maaf penyihir, kami terpaksa membunuhmu.

Kami berusaha membuka kotak besar dari kayu dengan ukiran orang tertawa di sisinya. Aku yakin di dalam kotak inilah Penyihir Merah menyimpan tawa semua orang.  Setelah dibuka, keluar cahaya berwarna-warni dari kotak itu. Semua cahaya melayang-layang di udara, lalu semuanya menyatu di langit dan meledak. Kemudian semua cahaya itu menyebar ke seluruh negeri. Tanpa sadar aku tersenyum dan mataku berair. Aku bahagia. Benar-benar bahagia. Semua orang mendapat tawanya kembali.

“Hewan apa yang mematikan?” Di perjalanan pulang, Lol kembali memberikan tebak-tebakan pada kami, dan Lulz kembali menjawab, “Cicak! Cicak napas…” Tanpa sadar aku ikut tertawa.

“XIXIXIXI!!” Aku merasa ada yang aneh dengan tawaku. Tawa macam apa ini, “XIXIXIXI!!”

________

Cermin by dithdithxx

Phantasia CuniculumOù les histoires vivent. Découvrez maintenant