Putri Tidur

11 4 0
                                    

Sebagai sosok setengah nyx, sulit sekali bagi Khor mendapatkan kepercayaan di kedua dunia. Di para manusia, ia dianggap setengah iblis dan selalu dikaitkan dengan pembawa sial. Sementara di dunia bawah, status setengah manusianya dianggap sebelah mata. Telinganya terlalu runcing untuk manusia, dan tanduknya tidak tumbuh seperti iblis. Sehingga, mendapatkan kepercayaan merupakan sebuah kehormatan tiada tara bagi Khor. Sosok bernama Chandio yang berjalan beriringan dengannya adalah guru besar dari akademi sihir, sedang mendiskusikan hal paling penting untuk akademinya.

“Mungkin, yang kau rasakan sosok kegelapannya ada di tubuh gadis itu.”

Khor mengadu kedua alis, “Kau tidak menyebutnya Penyihir seperti yang lain?”

Chandio menghela berat. Kedua kakinya terus menuruni tangga memutar dari kuil dewa Latius milik akademi. Semakin jauh ke bawah, semakin Khor sadari tekanan sihir kegelapan begitu kental disini.

“Aku percaya dia dijebak.” Chandio melanjutkan, “Tidak banyak informasi dari para pemilik kegelapan. Satu hal, mereka bukan kejadian alami.”

Dewi Kegelapan telah berabad-abad disegel dan tidak memiliki penerus yang baru. Secara normal tidak ada satupun manusia dapat dianugerahinya, sehingga tentu keberadaan kegelapan dirasa begitu janggal. Iblis memiliki indra setajam itu untuk membedakan tipe aura manusia, sementara hanya beberapa dari manusia saja yang dianugerahi indra serupa.

Mereka sampai pada pintu raksasa dengan segel sihir raksasa di ujung tangga. Lambang dua rubah merah—lambang rumah Araceli penguasa tanah setempat.

Khor sempat ragu mengenai kepercayaan yang ditaruh Chandio padanya. Ia yakin membuka tempat sakral yang telah disegel merupakan pelanggaran berat, apalagi pada orang luar sepertinya. Belum selesai keraguan Khor, kedua pintu terbuka dengan sendirinya.

Chandio segera melangkah masuk, menyadari ketidakberesan. Ia segera mengecek satu sisi pintu dari arah dalam, sementara atensi Khor terpaut pada peti melayang di hadapannya.

“Sekarang aku paham dengan maksud radar iblismu yang bertingkah …” Di balik pintu tersebut, Chandio mendapati sebuah segel seukuran knop pintu. Lambang yang tertera terlihat asing di mata guru besar tersebut, tetapi ia tentu pernah melihatnya. Segel tersebut yang menyerap segel raksasa milik Araceli di balik sana, sekaligus mempertahankan tampilannya seakan-akan segel tersebut tetap bekerja.

Chandio menatap Khor yang masih terpaku pada peti melayang. Pemuda nyx itu balik melihatnya, penuh kehororan. “Bukan dia asal dari kegelapan yang kurasakan …” kedua mata skarletnya mengikuti arah dari segel kecil. Terdapat sisa-sisa dari sihir kegelapan dari sana, yang justru mengarah ke langit-langit gelap yang menjulang.

Khor cepat melompat dan segera menendang asal ke arah asal garis kegelapan. Pandangannya buruk di kegelapan, tetapi ia jelas merasakan seseorang dengan tudung berhasil menghindari tendangannya. Orang itu segera menerjang turun, sebuah kotak mengusiknya untuk mengeluarkan sihir.

“Chandio! Bawah!!”

Kubah kecil antimateri terbentuk, tetapi orang bertudung dengan cepat menangkis dengan kedua tangan. Berkat gerakan tersebut, kotak kayu pun terjatuh. Ia mengabaikan benda tersebut dan dengan segera melesat pergi melintasi tangga tanpa berhenti.

Khor pun mendarat, menghampiri Chandio yang baru saja memungut kembali kotak yang dijatuhkan. Setelah mendapati kotak apa itu, keduanya menahan napas.

“Apa … kita baru saja menghalau kebangkitan Penyihir ini?”

Di dalam kotak tersebut merupakan kunci raksasa, yang matanya begitu serupa dengan lubang pada peti melayang milik sang gadis yang disegel.

______

Cermin by turmalin_

Phantasia CuniculumWhere stories live. Discover now